Misteri 9 Macam ROH Yang Ada Pada
Tubuh MANUSIA Roh adalah bagian dari tubuh kita
yang tidak dapat dihindari keberadaanya bahkan Allah SWt pun berfirman pada "surat
Al-isra'17 ayat 85 yang artinya dan mereka bertanya kepadamu tentang roh.
katakanlah roh itu termasuk urusanku. dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit" dengan pengetahuan ini yang telah dilakuakan
pengkajian dari dahulu secara sangat sangat mendalam oleh nenek
moyang kita ternyata memang tubuh manusia
itu terdiri dari 9 jenis roh dan mereka memiliki fungsi dan tugas nya masing
masing berikut 9 Macam Roh Pada Manusia Serta Fungsinya :
- Roh idhofi atau dalam bahasa kejawen sering disebut dengan roh ilafi/ilofi :
Alam tinggal roh idhofi ini adalah
nur (cahaya) yang terang benderang dan sangat sejuk. roh idhofi adalah roh
central atau pusat dalam tubuh manusia roh ini yang memiliki peranan paling
besar/penting dan roh inilah yang memerintah dari ke 8 roh lainya maka dari itu
roh idhofi diberi julukan "johar awal suci" roh inilah yang membuat
manusia hidup. roh idhofi adalah roh sumber dari 8 roh lainya bila mana roh
idhofi ini keluar dari raga manusia maka dapat dipastikan roh yang ke 8 akan
ikut serta keluar dari raga dan kejadian inilah yang disebut Kematian maka dari
itu roh idhofi disebut "Nyawa" namun bila kebalikanya yaitu ke 8 roh
keluar dari tubuh kita namun 1 roh(Idhofi) tetap tinggal dalam raga dapat dipastikan manusia masih
bisa hidup namun pasti saja memiliki kekurangan dikarenakan 8 fungsi yang
mengatur tubuh kita hilang. 'bagi seseorang yang mempunyai tingkat ilmu
kebatinan tinggi dapat menjumpai wujud dari roh idhofi ini. wujud dari roh
idhofi tidak jauh berbeda dengan tubuh kita dari rupa, suara, tingkah dan
segala sesuatunya persis seperti wujud kita sendiri yang memiliki (tidak ada
yang berbeda) sifat inilah yang membedakan roh idhofi berbeda dengan roh
lainya.
- Roh Rabbani : Alam tinggal roh ini dalam nur (cahaya) berwarna kuning diam tak bergerak.
Sifat roh rabbani ini tidak
mempunyai kehendak apa apa. memiliki ketentraman hati. dan tubuh tidak
merasakan apa apa. karena roh ini tidak memiliki hawa nafsu maka roh ini sering dipergunakan para kaum supranaturalis sebagai
titik acuan dalam semedi / bertapa. untuk mencapai ketenangan dan penyatuan
dengan alam
- Roh Rohani : roh ini yang mengendalikan hawa nafsu manusia.
Roh ini mimiliki 2 sisi kehendak
yang berbeda. roh yang membuat kita sering merasakan kadang menyukai sesuatu
hal. dan kadang tidak menyukai hal tersebut (membenci). roh ini pun yang
memiliki pengaruh akan perbuatan baik dan buruk roh ini pun menemoati 4 jenis
nafsu yaitu 1. Nafsu luwama (aluamah)
2.Nafsu Amarah 3.Nafsu Supiyah 4.Nafsu mulamah (mutmainah). jika roh ini meninggalkan tubuh manusia maka manusia makan
manusia tidak akan mempunyai nafsu lagi. bilamana manusia mampu menguasai roh
ini maka ia akan hidup dalam keilmuan. roh ini memiliki sifat mengikuti
penglihatan. apa yang kita pandang
apa yang kita lihat disitulah roh
rohani berada. untuk melihat / menjumpai roh ini kita akan menjumpai terlebih
dahulu melihat macam macam nur (cahaya) seperti kunang kunang. setelah cahaya
tersebut hilang barulah kita dapat menjumpai roh ini
- Roh Nurani : roh ini membawa sifat terang.
Karena roh inilah manusia bisa
merasakan suatu petunjuk yang menuntun
dan keterangan dalam hati & pikiran. bilamana roh nurani meninggalkan tubuh
maka orang tersebut akan merasakan gelap nya hati dan pikiran. Roh Nurani menguasai nafsu mutmainah yang menonjol yang dapat
mengalahkan nafsu lainya sehingga membawa kebaikan yang terjaga. hati terasa
tentram, prilaku baik dan terpuji, air muka pun akan terlihat bersinar (bercahaya) tidak banyak berbicara, tidak ragu dalam mengambil
keputusan, serta tidak mengeluh jika ditimpa kesusahan/musibah. bagi yang bisa
menguasai roh ini semua perkara, suka, duka akan dipandang sama rata
- Roh kudus : biasa dikenal dengan sebutan roh suci.
Roh ini membawa pengaruh sifat welas
asih pada semua makhluk. tidak segan memberi pertolongan dan berbuat
kebajikan serta mempengaruhi
perbuatan amal ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianutnya
- Roh Rahmani : Roh diberi nama yang mengambil dari kata "Rahman" yang artinya pemurah.
Karena roh ini memiliki sifat
pemurah suka memberi dan bersifat sosialitas
[ Blog Misteri Beda Dunia ]
- Roh Jasmani : pemahaman sifat kerja roh ini sering diterapkan dalam ilmu pengobatan dikarenakan roh inilah yang mengatur seluruh sistem peredaran darah, urat syaraf pada manusia.
Karena roh inilah kita memiliki rasa
sakit, cape, segar, roh inipun memiliki nafsu amarah dan nafsu hewani nafsu
inilah yang membuat kita malas, menyuakai hubungan badan, serakah, dan ingin
dimengerti sendiri. salah satu tantangan seseorang mempelajari ilmu kebatinan
untuk mencapai taraf supranatural yang paling utama adalah menundukan sifat roh
jasmani ini dalam tubuh. karena tanpa
terlebih dahulu menundukan sifat roh ini maka tidak akan mampu menguasai ilmu
kebatinan tingkat tinggi yang selalu terhalang oleh rasa sakit malas dan
sebagainya
- Roh Nabati : roh ini yang mengendalikan perkembangan pertumbuhan pada tubuh
- Roh Rewani : roh inilah yang menjaga tubuh kita. bila roh ini keluar dari tubuh maka kita akan tertidur.
Dan apa bila roh ini kembali dari tubuh maka kita akan
kembali terbangun. jika seseorang tertidur bermimpi dengan arwah seseorang.
maka roh rewani dari orang yang bermimpilah
yang menjumpainya. jadi mimpi tersebut adalah hasil kerja roh rewani yang
mengendalikan otak manusia. pergi dan keluarnya roh rewani pun yang diatur oleh
roh idhofi. begitupun degan roh yang lainya masih tetap dalam kekuasaan roh
idhofi.
MEMAHAMI LATHIFAH 7 DALAM THORIQOH
AL-MU'TABAROH
Ke 7 Titik Batin Yang Kita Sebut Dengan Lathifah, yaitu:
1.
Latifatul-Qolby:
Di sini letaknya sifat-sifat syetan, iblis, kekufuran, kemusyrikan, ketahayulan
dan lain-lain, letaknya dua jari dibawah susu sebelah kiri. Kita buat dzikir
sebanyak-banyaknya, Insya Allah pada tingkat ini diganti dengan Iman, Islam,
Ihsan, Tauhid dan Ma’rifat.
2.
Latifatul-Roh
: Di sini letaknya sifat bahimiyah
(binatang jinak) menuruti hawa nafsu, , letaknya dua jari dibawah susu sebelah
kanan. Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah di isi dengan khusyu’
dan tawadhu’.
3.
Latifatus-Sirri
: Di sini letaknya sifat-sifat syabiyah
(binatang buas) yaitu sifat zalim atau aniaya, pemarah dan pendendam, , letaknya
dua jari diatas susu sebelah kiri. Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya Insya
Allah diganti dengan sifat kasih sayang dan ramah tamah.
4.
Latifatul-Khafi
:Di sini letaknya sifat-sifat pendengki, khianat dan sifat-sifat syaitoniyah,
letaknya dua jari diatas susu sebelah kanan. Kita buat dzikir
sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat syukur dan sabar.
5.
Latifatul-Akhfa
:Di sini letaknya sifat-sifat robbaniyah yaitu riya’, takabbur, ujub, suma’ dan
lain-lain, letaknya ditengah-tengah dada. Kita buat dzikir sebanyak-banyaknya
Insya Allah diganti dengan sifat-sifat ikhlas, khusyu’, tadarru dan tafakur.
6.
Latifatun-Nafsun-Natiqo
: Di sini letaknya sifat-sifat nafsu amarrah banyak khayalan dan panjang
angan-angan, , letaknya tepat diantara dua kening. Kita buat dzikir
sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat tenteram dan pikiran
tenang.
7.
Latifah
Kullu-Jasad : Di sini letaknya sifat-sifat jahil “ghaflah” kebendaan dan
kelalaian, , letaknya diseluruh tubuh mengendarai semua aliran darah kita yang
letak titik pusatnya di tepat ditengah-tengah ubun-ubun kepala kita. Kita buat
dzikir sebanyak-banyaknya Insya Allah diganti dengan sifat-sifat ilmu dan amal.
Mengenal Lathifah-lathifah Batin dalam Thariqat Sufi
Acuan dalam pengamalan tarekat bertumpu kepada tradisi dan
akhlak nubuwah (kenabian), dan mencakup secara esensial tentang jalan sufi
dalam melewati maqomat dan ahwal tertentu. Setelah ia tersucikan jasmaniahnya,
kemudian melangkah kepada aktivitas-aktivitas, yang meliputi:
Pertama : Tazkiyah an nafs atau pensucian jiwa,
artinya mensucikan diri dari berbagai kecenderungan buruk, tercela, dan hewani
serta menghiasinya dengan sifat sifat terpuji dan malakuti.
Kedua : tashfiyah al qalb, pensucian kalbu. Ini berarti menghapus dari
hati kecintaan akan kenikmatan duniawi yang sifatnya sementara dan
kekhawatirannya atas kesedihan, serta memantapkan dalam tempatnya kecintaan
kepada Allah semata.
Ketiga : takhalliyah as Sirr atau
pengosongan jiwa dari segenap pikiran yang bakal mengalihkan perhatian dari
dzikir atau ingat kepada Allah.
Keempat : tajalliyah ar-Ruh atau
pencerahan ruh, berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan gelora cintanya.
Qosrun
= Merupakan
unsur jasmaniah, berarti istana yang menunjukan betapa keunikan struktur tubuh
manusia.
Shodrun
= (Latifah al-nafs) sebagai unsur
jiwa
Qalbun
= (Latifah al-qalb) sebagai unsur
rohaniah
Fuadun
= (Latifah al-ruh) Unsur rohaniah
Syaghofun
= (Latifah al-sirr) unsur rohaniah
Lubbun
= (Latifah al-khafi) unsur rohaniah
Sirrun
= (Latifah al-akhfa) unsur
rohaniah
Hal ini relevan dengan firman Allah
SWT. dalam Hadist Qudsi :
“Aku jadikan pada tubuh anak Adam (manusia) itu qasrun
(istana), di situ ada sadrun (dada), di dalam dada itu ada qalbu (tempat bolak
balik ingatan), didalamnya ada lagi fu’ad (jujur ingatannya), di dalamnya pula
ada syagaf (kerinduan),di dalamnya lagi ada lubbun (merasa terialu rindu), dan
di dalam lubbun ada sirrun(mesra), sedangkan di dalam sirrun ada “Aku”.Ahmad
al-Shirhindi dalam Kharisudin memaknai hadist qudsi di atas melalui system
interiorisasi dalam diri manusia yang strukturnya yang dapat diperhatikan dalam
gambar di atas.
Pada dasarnya lathifah-lathifah tersebut berasal dari alam
amri (perintah) Allah “Kun fayakun”, yang artinya, “jadi maka jadilah”
(QS.36:82) merupakan al-ruh yang
bersifat immaterial. Semua yang
berasal dari alam al-khalqi (alam ciptaan) bersifat
material. Karena qudrat dan iradat Allah ketika Allah telah
menjadikan badan jasmaniah manusia, selanjutnya Allah menitipkan kelima
lathifah tersebut ke dalam
badan jasmani manusia dengan
keterikatan yang sangat kuat.
Lathifah-lathifah itulah yang mengendalikan kehidupan
batiniah seseorang, maka tempatnya ada di dalam badan manusia. Lathifah ini
pada tahapan selanjutnya merupakan istilah praktis yang berkonotasi tempat.
Umpamanya lathifah al-nafsi sebagai tempatnya al-nafsu al-amarah. Lathifah
al-qalbi sebagai tempatnya nafsu allawamah.
Lathifah al-Ruhisebagai tempatnya al-nafsu al-mulhimmah, dan
seterusnya. Dengan
kata lain bertempatnya lathifah yang bersifat immaterial ke
dalam badan jasmani manusia adalah sepenuhnya karena kuasa Allah. Lathifah
sebagai kendaraan media bagi ruh bereksistensi dalam diri manusia yang bersifat
barzakhiyah (keadaan antara kehidupan jasmaniah dan rohaniah).
Pada hakekatnya penciptaan ruh manusia (lima lathifah),
tidak melalui system evolusi. Ruh ditiupkan oleh Allah ke dalam jasad manusia
melalui proses. Ketika jasad Nabi Adam a.s telah tercipta dengan sempurna, maka
Allah memerintahkan ruh Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s. Maka dengan
enggan ia menerima perintah tersebut. Ruh memasuki jasad dengan berat hati
karena harus masuk ke tempat yang gelap. Akhirnya ruh mendapat sabda Allah:
“Jika seandainya kamu mau
masuk dengan senang, maka kamu nanti juga akan keluar dengan
mudah dan senang, tetapi bila kamu masuk dengan paksa, maka kamupun akan keluar
dengan
terpaksa”.
Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian turun sampai ke
batas mata, selanjutnya sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung
jari kaki. Setiap anggota tubuh Adam yang dilalui ruh menjadi hidup, bergerak,
berucap, bersin dan memuji Allah. Dari proses inilah muncul sejarah mistis
tentang karakter
manusia, sejarah salat (takbir, ruku dan sujud), dan tentang
struktur ruhaniah manusia (ruh, jiwa dan raga).
Bahkan dalam al Qur’an tergambarkan ketika ruh sampai ke
lutut, maka Adam sudah tergesa gesa ingin berdiri. Sebagaimana firman Allah :
“Manusia tercipta dalam ketergesa-gesaan” (QS.21:37). Pada proses penciptaan
anak Adam pun juga demikian, proses bersatunya ruh ke dalam badan melalui
tahapan. Ketika sperma berhasil bersatu dengan ovum dalam rahim seorang ibu,
maka terjadilah zygot (sel calon janin yang diploid ).
Ketika itulah Allah meniupkan sebagian ruhnya (QS.23:9),
yaitu ruh al-hayat. Pada tahapan selanjutnya Allah menambahkan ruhnya, yaitu
ruh al-hayawan, maka jadilah ia potensi untuk bergerak dan berkembang, serta
tumbuh yang memang sudah ada bersama dengan masuknya ruh al-hayat.
Sedangkan tahapan selanjutnya adalah peniupan ruh yang
terakhir, yaitu ketika proses penciptaan fisik manusia telah sempurna (bahkan
mungkin setelah lahir). Allah meniupkan ruh al-insan (haqiqat Muhammadiyah).
Maka dengan ini, manusia dapat merasa dan berpikir. Sehingga layak menerima
taklif syari’ (kewajiban syari’at) dari Allah dan menjadi khalifah Nya.
Itulah tiga jenis ruh dan nafs yang ada dalam diri manusia,
sebagai potensi yang menjadi sudut pandang dari focus pembahasan lathifah
(kesadaran). Lima lathifah yang ada di dalam diri manusia itu adalah tingkatan
kelembutan kesadaran manusia. Sehingga yang dibahas bukan hakikatnya, karena
hakikat adalah urusan Tuhan (QS.17:85), tetapi aktivitas dan karakteristiknya.
Lathifah al-qalb, bukan qalb (jantung) jasmaniah itu
sendiri, tetapi suatu lathifah (kelembutan), atau kesadaran yang bersifat
rubbaniyah (ketuhanan) dan ruhaniah. Walaupun demikian, ia berada dalam qalb
(jantung) manusia sebagai media bereksistensi. Menurut Al Ghazall, di dalam
jantung itulah memancarnya ruh manusia itu. Lathifah inilah hakikatnya manusia.
Ialah yang mengetahui, dia yang bertanggung jawab, dia yang
akan disiksa dan diberi pahala. Lathifah ini pula yang dimaksudkan sabda Nabi
“Sesungguhnya Allah tidak akan memandang rupa dan hartamu, tetapi ia memandang
hatimu”.
Latifiah al-qalb bereksistensi di dalam jantung jasmani manusia, maka jantung fisik manusia ibaratnya sebagai pusat gelombang, sedangkan letak di bawah susu kiri jarak dua jari (yang dinyatakan sebagai letaknya lathifah al-qalb) adalah ibarat “channelnya”. Jika seseorang ingin berhubungan dengan lathifah ini, maka ia harus berkonsentrasi pada tempat ini. Lathifah ini memiliki nur berwarna kuning yang tak terhinggakan (di luar kemampuan indera fisik).
Latifiah al-qalb bereksistensi di dalam jantung jasmani manusia, maka jantung fisik manusia ibaratnya sebagai pusat gelombang, sedangkan letak di bawah susu kiri jarak dua jari (yang dinyatakan sebagai letaknya lathifah al-qalb) adalah ibarat “channelnya”. Jika seseorang ingin berhubungan dengan lathifah ini, maka ia harus berkonsentrasi pada tempat ini. Lathifah ini memiliki nur berwarna kuning yang tak terhinggakan (di luar kemampuan indera fisik).
Demikian juga dengan lathifah al-ruh, dia bukan ruh atau
hakikat ruh itu sendiri. Tetapi lathifah al-ruh adalah suatu identitas yang
lebih dalam dari lathifah al-qalb. Dia tidak dapat diketahui hakikatnya, tetapi
dapat dirasakan adanya, dan diketahui gejala dan karakteristiknya. Lathifah ini
terletak di bawah susu kanan jarak dua jari dan condong ke arah kanan.
Warna cahayanya merah yang tak terhinggakan. Selain
tempatnya sifat-sifat yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifat bahimiyah
atau sifat binatang jinak. Dengan lathifah ini pula seorang salik akan
merasakan fana al-sifat (hanya sifat Allah saja yang kekal), dan tampak pada
pandangan batiniah.
Lathifah al-sirri merupakan lathifah yang paling dalam,
terutama bagi para sufi besar terdahulu yang kebanyakan hanya menginformasikan
tentang tiga lathifah manusia, yaitu qalb, ruh dan sirr. Sufi yang pertama kali
mengungkap sistem interiorisasi lathifah manusia adalah Amir Ibn Usman Al Makki
(w. 904 M), yang menurutnya manusia terdiri dari empat lapisan kesadaran, yaitu
raga, qalbu, ruh dan sirr. Dalam temuan Imam al Robbani al Mujaddid, lathifah
ini belum merupakan latifiah yang terdalam.
Ia masih berada di tengah tengah lathifah al ruhaniyat
manusia. Tampaknya inilah sebabnya sehingga al Mujaddid dapat merasakan
pengalaman spiritual yang lebih tinggi dari para sufi sebelumnya, seperti Abu
Yazid al Bustami, al-Hallaj (309 H), dan Ibnu Arabi (637 H). Setelah ia
mengalami “ittihad” dengan Tuhan, ia masih mengalami berbagai pengalaman
ruhaniah, sehingga pada tataran tertinggi manusia ia merasakan sepenuhnya,
bahwa abid dan ma’bud adalah berbeda, manusia adalah hamba, sedangkan Allah
adalah Tuhan.
Hal yang diketahui dari lathifah ini adalah, ia memiliki nur
yang berwarna putih berkilauan. Terletak di atas susu kiri jarak sekitar dua
jari, berhubungan dengan hati jasmaniah (hepar). Selain lathifah ini merupakan
manifestasi sifat-sifat yang baik, ia juga merupakan sarangnya sifat
sabbu’iyyah atau sifat binatang buas. Dengan lathifah ini seseorang salik akan
dapat merasakan fana’ fi al-dzat, dzat Allah saja yang tampak dalam pandangan
batinnya.
Lathifah al-khafi adalah lathifah al-robbaniah al-ruhaniah
yang terletak lebih dalam dari lathifah al-sirri. Penggunaan istilah ini
mengacu kepada hadis Nabi : “Sebaik-baik dzikir adalah khafi dan sebaik baik
rizki adalah yang mencukupi”.
Hakikatnya merupakan rahasia Ilahiyah. Tetapi bagi para sufi, keberadaanya merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Cahayanya berwarna hitam, letaknya berada di atas susu sebelah kanan jarak dua jari condong ke kanan, berhubungan dengan limpa jasmani. Selain sebagai realitas dari nafsu yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifat syaithoniyyah seperti hasad, kibir (takabbur, sombong), khianat dan serakah.
Hakikatnya merupakan rahasia Ilahiyah. Tetapi bagi para sufi, keberadaanya merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Cahayanya berwarna hitam, letaknya berada di atas susu sebelah kanan jarak dua jari condong ke kanan, berhubungan dengan limpa jasmani. Selain sebagai realitas dari nafsu yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifat syaithoniyyah seperti hasad, kibir (takabbur, sombong), khianat dan serakah.
Lathifah yang paling lembut dan paling dalam adalah lathifah
al-akhfa. Tempatnya berada di tengah-tengah dada dan berhubungan dengan empedu
jasmaniah manusia. Lathifah ini memiliki nur cahaya berwarna hijau yang tak
terhinggakan. Dalam lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan’isyq
(kerinduan) yang mendalam kepada Nabi Muhammad S.a.w. sehingga sering sering
ruhaniah Nabi datang mengunjungi.
Relevan dengan pendapat al-Qusyairi yang menegaskan tentang
tiga alat dalam tubuh manusia dalam upaya kontemplasi, yaitu:
Pertama : Qolb yang berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat Alloh.
Kedua : Ruh berfungsi untuk mencintai Alloh, dan
Ketiga : Sirr berfungsi untuk melihat Alloh.
Dengan demikian proses ma’rifat kepada Alloh menurut al
Qusyairi dapat digambarkan sebagai berikut dibawah ini.
“Aktivitas spiritual itu mengalir di dalam kerangka makna
dan fungsi rahmatan lil ‘alamin; Tradisi kenabian pada hakekatnya tidak lepas
dari mission sacred, misi yang suci tentang kemanusiaan dan kealam semestaan
untuk merefleksikan asma Allah”.
Praktek Dzikir Setelah seorang murid mengikuti talqin ini
maka secara resmi dia sudah menjadi pengikut tarekat. Selanjutnya dia
mengamalkan ajaran-ajaran dalam tarekat tersebut, khususnya dalam tata cara
dzikirnya. Pertama-tama seorang dzikirharus membaca istighfâr sebanyak 3X,
kemudian membaca shalawât 3X, baru kemudian mengucapkan dzikir dengan mata
terpejam agar lebih bisa menghayati arti dan makna kalimat yang diucapkan yaitu
lâ ilâha illa Allâh. Tekniknya, mengucap kata la dengan panjang, dengan menariknya
dari bawah pusat ke arah otak melalui kening tempat diantara dua alis,
seolah-olah menggoreskan garis lurus dari bawah pusat ke ubun-ubun –suatu garis
keemasan kalimat tauhid–. Selanjutnya mengucapkan ílâha seraya menarik garis
lurus dari otak ke arah kanan atas susu kanan dan menghantamkan kalimat illa
Allâh ke dalam hati sanubari yang ada di bawah susu kiri dengan sekuatkuatnya.
Ini dimaksudkan agar lebih menggetarkan hati sanubari dan membakar nafsu-nafsu
jahat yang dikendalikan oleh syetan.
Selain dengan metode gerakan tersebut, praktek dzikir di
sini juga dilaksanakan dengan ritme dan irama tertentu. Yaitu mengucapkan
kalimat lâ, ilâha, illa Allâh, dan mengulanginya 3X secara pelan-pelan.
Masing-masing diikuti dengan penghayatan makna kalimat nafy isbat (nafy =
meniadakan yang selain Allah isbat = menetapakan hanya ada Allah tiada yang
selainNya) itu, yaitu lâ ma’buda illa Allâh (tidak ada yang berhak disembah
selain Allah), lâ maqsuda illa Allâh (tidak ada tempat yang dituju
selainAllah), dan lâ maujuda illa Allâh (tidak ada yang maujud selain Allah).
Setelah pengulangan ketiga, dzikir dilaksanakan dengan nada yang lebih tinggi
dan dengan ritme yang lbih cepat. Semakin bertambah banyak bilangan dzikir dan
semakin lama, nada dan ritmenya semakin tinggi agar“kefanaan” semakin cepat
diperoleh.
Jadi dzikir pertama yang diamalkan murid adalah dzikir nafy
isbât, dengan suara jahr (keras). Setelah itu, murid dapat melangkah kepada
model dzikir berikutnya yaitu ism dzat, yang lebih menekankan pada dzikir sirr
dan terpusat pada beberapa “Lathifah”. Untuk lebih jelasnya ajaran tentang
pengisian “lathifah” tersebut.
Dapat dilihat dari tabel di atas beberapa sifat yang harus
dihilangkan dalam diri seorang murid, dengan melalui dzikir yang harus terisi
dalam “lathifah” yang berjumlah 7 “lathifah” tersebut, untuk mencapai
sifat-sifat yang terpuji. Sementara dzikir yang harus dilakukan oleh seorang
murid adalah sangat tergantung kepada kondisi batin seorang murid, berapa kali
mereka akan berdzikir, dan untuk menilai kemampuan murid dalam jumlah yang
harus dibebankannya adalah sang guru dapat menilainya melalui “indera keenam”.
Selain dzikir sebagai ajaran khusus, tarekat tetap sangat menekankan
keselarasan pengamalan trilogi Islam, Iman, dan Ihsan, atau yang lebih akrab
lagi dengan istilah syari’at, tarekat, dan hakekat. Dalam konteks ini
pengamalan dalam tarekat hakekatnya tidak jauh berbeda dengan kalangan Islam
lain. Semuanya dimaksudkan untuk dapat mengimplementasikan Islam secara kâffah,
tidak saja dimensi lahir tetapi juga dimensi batin.
Demikianlah pemaparan singkat tentang 7 Lathifah Simpul
Batin, semoga menjadi pengetahuan yang mencerahkan batin dan ruh kita. Jika
masih bingung tanyakan Guru Mursyid anda.
Illahi antal-maqshudi waridlakal mathlubi a’thini mahabbataka
wa ma’rifatika yaa robbii
KANDUNGAN EMPAT UNSUR ALAM SEMESTA DALAM HURUF EJAIYAH
|