BAB : 13 KETERANGAN PERIHAL
NAMA-NAMA HATI
Bahwasanya
nama – nama Hati itu bermacam2, diantaranya yang tersebut didalam firman Allah
ta’ala, Shodru–Qolbu– fu’adu–Syaghofi–Lubbun – (Albab) sirr
Afaman
syarohallahu shodrohu lil islami fahuwa ‘ala nuurin mirrobbihi, fawaelun
lilqosyati Qulubuhum mindzikrillahi, ulaaika fii dholaalimmubiin.
Artinya : adalah orang yang telah dilapangkan oleh
Allah dadanya (Hatinya) untuk islam
maka orang itu diatas cahya dari tuhannya, maka neraka wel bagi segala mereka
yang kusut hatinya daripada mengingat Allah, mereka inilah dalam kesesatan.
Dan lagi firmannya : ulaaika
kataba fii qulubihimul imaanu waayyadahum biruuhi minhu ( al-mujadalah .22 )
Artinya : mereka itu disuratkan oleh Allah di dalam
hati mereka keimanan dan diteguhkan mereka dengan ruuh (‘ilmu) dari
Allah. dan hati itu dinamakan juga : (fu’ad ) sebagai mana di dalam firman Allah ta’ala
:
Makadzabal fu’adu maroaa
(annajmu. 11)
Artinya : tiadalah berdusta Fu’ad itu ( Hati Muhammad ) mengenai apa yang
dilihatnya.
Dan Hati itu dinamakn juga : (syaghofi,)
seperti dalam firman Allah ta’ala :
Qod saghofaha hubban.
Artinya : sesungguhnya sangat mendalam Hatinya
mencintainya. Juga hati itu dinamakan pula : Lubbun (Albab) seperti dalam ayat
Inna fii kholqissamaawaati wal
ardi wakhtilafillaili wannahar laayatil liuulil albab (al–‘imran. 190)
Artinya : sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi
dan pada pergantian malam dengan siang benar – benar terdapat bukti wujudullah
dan kekuasaannya bagi mereka yang ber’akal quat dan jernih.
Dan setengah dari pada itu Hati dimengenakan ( sirr ), dalilnya firman Allah ta’ala
dalam hadits qudsi :
Al insanu sirri wa ana sirruhu
Artinya : bahwa manusia yang kamil almukamil itu
rahasia kami dan kami rahasia mereka. Maksudnya : manusia itu rahasia kami –
‘ilmu laduni dan ‘ilmu ma;rifat – dan bahwa : kami rahasia mereka – kamilah pandangan
hati mereka, dan pendengarannya dan penglihatannya dan wujudnya dengan kami
dari pada kami kepada kami tiada beserta dengan mereka hanyalah kami.
Diantara mahabbah utama yang telah mendapat rahasia
tersebut adalah saidina Abubakar .r.a karena Nabi .s.a.w telah bersabda :
Maafadhollakum abubakrin
bikasroti sholatin washiyamin bal bisirri waqri fii shodrihi.
Artinya :
tiadalah melebihi kamu abubakar itu dengan banyaknya shalat dan berpuasa
tetapi dengan sebab Rahasia yang amat berat / kokoh di dalam dadanya.
Dan telah pula berkata abubakar shidiq .r.a. :
Fii kulli kitabun sirrun.
Wasirrullahi fiil quraani awaila suwari.
Artinya : didalam tiap–tiap kitab itu ada beberapa
Rahasia. Dan Rahasia Allah di dalam Al – Quran itu adalah segala permulaan surat.
Maka di dalam kaitan ini telah barkata syekh albu’buul
asroriyah :
Huruful fawatihi fii awailissuri hiya hurufun nuri.
Adapun segala hurup fawatih pada segala permulaan
sirat itu adalah huruf nuur selain daripada itu, bahwa Hati disebut juga : (Insan) dalilnya firman
Allah ta’ala :
Laqod kholaqnal insana fii
akhsani taqwiim. (attiini. 4)
Artinya : demi sesungguhnya kami jadikan Insan itu
pada sebagus – bagus rupa / bentuk / pendirian. Maqshudnya : sedemikian bagus
rupa insan itu hingga tidak dapat dipandang dengan mata kepala dan tidak dapat
diraba dengan anggota tubuh kasar. Terbanding dengan tubuh halus, maka tubuh
dhohir itu belum sesempurna tubuh halus karena tubuh dhohir itu tersusun
daripada – darah – daging – dan sebagainya, bahkan mengandunga najis dalam
perut lagi pila terkena rusak – sakit – tua – dan binasa.
Bagaimana rupa insan diri yang halus yang bathin itu
telah diterangkan dalam hadits qudsi :
Wakhuliqol insanu ‘ala shurotirrahmani
Artinya : dan dijadikan insan itu diatas rupa rahman ( yakni : ‘ala shurati ismirrahmaan )
Siapakah rupa nama Rahman ? yaitulah nama kalimat (Allah–Allah–Allah) yaitulah
seolah–olah tinta penulis (Nuur
Muhammad) yang menyinarkan kalimat (Allah–Allah–Allah)
itu pada sekalian tubuh, maka kalimat itu bergeraq dengan sendirinya–berbunyi dengan
sendirinya–berkekalan–berkepanjangan–tiada berkeputusan.
Yaitulah Seolah-olah Tinta Penulis Nuur Muhammad
Yang Menyinarkan Kalimat: Allah.Allah.Allah.Itu Pada Sekalian Tubuh,
Maka Kalimat Itu Bergerak Dengan Sendirinya-Berbunyi Dengan
Sendirinya-Berkekalan-Berkepanjangan-Tiada Berkeputusan.
Manakala nur muhammad itu bercahya – cahya pada
sekalian tubuh yang zhohir beserta bathin, maka dikatakan insan itu juga (tidak tidur hatinya) dan
manakala Nur Muhammad itu tiada bercahya diluar tubuh pun juga tidak didalam
tubuh batin, maka insan itu (mati hatinya) lagi pula hati itu dikatakan juga :
‘aqal , dalillnya ialah sabda rasulullalah :
Awalu makholaqollahul ‘aqlu
Artinya : mula – mula yang
dijadikan oleh alah itu ‘aqal.
Al’aqlu nuurul fii qolbi.
Artinya : ‘aqal itu adalah
cahya didalam hati.
Dan menurut ahli tashauf daripada ahli thoreqat naqsabandiyah bahwa itu
ada dikatakan : (lathifah) dan terperinci dengan nama :
1.
lathifatul
qolbi
2.
lathifatul
ruuh
3.
lathifatul
siir
4.
lathifatul
khofi
5.
lathifatul
akhfa
6.
lathifatulnnafsi
anathiqoh
7.
lathifatul
kullijasadi
didalam bahasa kita suka disebut Sukma firman Allah ta’ala
alaa lahulkholqu wal amru, tabarokallahu robbul
‘alamiin, (al – imran . 54)
artinya : ketahuilah : bagi allah segala makhluq ini
dan segala urusan itu milik allah maha agung allah seru sekalian alam.
Telah berkata
syaihuna : ‘ilam annal insana murokabu min’asyroti lathoifi wahiya ‘alaqismaini
Artinya : ketahuilah oleh kamu bahwa manusia tersusun dari
sepuluh lathoif dan terdiri dari
Dua bagian
1 .
‘Alamul Amri :
Lathifatul Qolbu…Lathifatur Ruuh…Lathifatus
Sirr…Lathifatul Khofi…Lathifatul Akhfa
2 . ‘Alamul
Kholqo
Lathifatun Nafsi Annathiqoh
‘Anashir
Maun-------( Air )‘Anashir Narun ---( Api )‘Anashir Rihun-----( Angin )‘Anashir
Turobun-----( Tanah ).
Maka yang empat ini terhimpun dan dinamakan :
lathifatul kulli jasadi
KETERANGAN
TENTANG NUUR MUHAMMAD
Dikala ‘alam
adam sharofi yang dinamakan alam ghoib (al-ghuyubu)
belum ada sesuatu makhluqpun, maka dzatullah dikatakan adalah perbendaharaan
yang tersembunyi belum ada yang mengenalnya, kemudian dzatullah berkenan
menciptakan makhluq pertamanya yang dibangsakan (Nuur) dan disebut (Nuur
Muhammad), lalu diciptakan ‘arsyi yang juga disebut sajarotul yaqin (Pohon yang diyakini) yang tumbuhnya
diantara alam (Adam) dan alam (wujud)
maka Nuur Muhammad bercahya gilang–gemilang kemudian tetkala Nuur Muhammad akan
dimasukkan kedalam Qondillullah–tiba–tiba terjadi gelap gulita dan setelah Nuur
Muhammad masuk didalam Qondillullah–terjadi terang kembali. Dengan cahya yang
gilang-gemilang dan karena shifat takutnya kekhadirat ilahi maka senantiasa
Nuur Muhammad munajat kekhadirat ilahi subhanahu wata’ala, oleh sebab itulah
‘Azza wajalla.- menjadikan waqtu dengan peredaran hari berganti ada siang dan
ada malam, maka dengan Nuur Muhammad inilah Allah menjadikan semesta Alam.
Oleh karena
Nuur Muhammad sangat takutnya kekhadirat allah ta’ala hingga kata ibarat :
bercucuran peluh / uap, maka allah ta’ala menjadikan segala ruuh – ruuh. Begitu
bergeraknya Nuur Muhammad itulah ruuh ilafi namanya, dan bergesernya ruuh ilafi
maka Allah jadikan ruuh idhofi, dan ruuh idhofi itulah yang meliputi (menyelulup) keseluruh tubuh kasar (kesemua badan jasmani)
Adapun
Qondillullah dida;am alam shaghir pada tubuh kita berada kedudukannya didalam
Hati sanubari (didalam hati jantung
ada bentuk seperti bunga teratai :
itulah Qondillullah)
Dan rupa hati
sanubari itulah jantung dinamai (Musajada) yakni tempat (sujud) yakni tempat berhubungan antara (Kholiq) dengan (Makhluq) itulah yang disebut dengan nama (Syahiro)
Adapun arti ( Syahiro ) adalah tersiar maksud
maknanya ( suatu ruangan ) paseban dan didalam alam ( Syahiro itu )
diduduki oleh ( Muhammad ) yakni ( Qondillullah ) yaitu tempat
wasilah hubungan antara ( Kholiq ) dengan ( Makhluq ), oleh
karena lafazh aljalalah ( Allah – Allah – Allah ) itu cahya yang gilang
– gemilang.
KEJADIAN LEMBAGA ADAM
Adapun kejadian lembaga adam itu daripada anashir yang
empat
1 . Air
2 . Api
3 . Angin
4 . Tanah
yang terjadinya dari shifattullah (Muhammad) kemudian Allah jadikan Asma Allah itulah (Adam), maka dimasukanlah disitu ( Shodda ) atau darah
ada lima, yaitu
1
. Nuur
2
. Rasa
3
. Ruuh
4
. Nafas
5
.Budi
demikianlah yang menjadi keadaan Shifatullah yang suci.
bahwasanya darah itu (Jisim Lathif) dan mulai dimasukan kedalam rongga jasmani Insan
pertama – tama pada :
Demikianlah Yang Menjadi Keadaan Shifattullah Yang
Suci.
1
. Rupa
2
. Lalu Hidung
3
. Lalu Mata
4
. Lalu Pada Telinga
5
. Lalu Pada Mulut
6
. Lalu Pada Seluruh Otaq Kepala
Kemudian
Seterusnya Pada Yang Lain.
KETERANGAN TENTANG SIR / RAHASIA.
Adapun rahasia itu diturunkan kepada kepada Otaq, dan
Otaq itu tempatnya pada (Baital Ma’mur)
setelah itu ditempatkan kepada sulbi ( Tulang belakang ),
Sebelum
itu rahasianya pada alam Ghaib (Nuthfah) namanya
Sesudah
turun rahasianya itu dari Qolam (Mudhghoh),
Setelah
kumpul rahasianya itu (Alaqoh), namanya
Maka
berupa rahasianya itu (Kholqoh) namanya
Tetkala
pecah rahasianya kepada Adam ( Wujud idhofi ) namanya
Tetkala
bernafas rahasianya itu (insanul kamil) namanya
Tetkala
samar rahasianya itu (Ghoibul hawiyah) namanya
Tetkala
keluar rahasianya itu (dzattullah) namanya
Tetkala
ghoib rahasianya itu (Ghoibul ghuyub)
namanya
Maka
benama (Ahadiyah) yaitu dzat muthlaq namanya,
Artinya :
yang ada dengan sendirinya yakni Esa, tiada kecampuran sekalian Adam,
Maksudnya
: itiqod kita kepada Allah ta’ala (tetapi
kata itu benar-benar) karena menilik kepada diri dan tiada adam kepada
ilmunya, yaitu (‘Asyiqun) artinya
birahi allah ta’ala itu akan kenyataan dengan (Dzatnya) sebagaimana yang dikatakan ulama :
al’ilmu huwadz–dzatu
kasyifati,
artinya : ilmu itu Dzat seperti shifat, maka berdiri allah
ta’ala itu dengan birahinya.
Adapun birahinya itu ‘ilmunya lagi pula menilik pada
segala ‘ilmunya, maka: kelihatanlah….’ilmunya….yaitu : haqeqat (Muhamad SAW)
adapun kehadirannya Dzat itu pada ‘ilmunya, yaitu : empat perkara :
1.
Wujud
2.
‘Ilmu
3.
Nuur
4.
Syahud
Yakni yang dikatakan……………………….
1.
Huwal awwalu
2. Huwal
Akhiru
3. Huwazh-zhahiru
4. Huwal
bathinu.
Artinya : yang permulaan-yang kesudahan-yang
zhahir-yang bathin.
Demikianlah kata ahli alshufiyah.
Keterangan tentang wasilah dalam thareqat dzikir
: menuju pada (dawamu ma’allahi).
Sebagaimana telah
diterangkan bahwasanya tujuan aripada thareqat naqthajami itu telah di tegaskan
dalam hadits atau ta’rifnya, iiyalah ù
Dawamu
‘ubuudiyyati zhahiran wabathinan ma’a dawami hizhuril qalbi ma’allahi.
Artinya : senantiasa berkekalan mengabdi
(beribadat) menghambakan diri kepada
Allah zhahirnya dan bathinnya serta senantiasa berkekalan hadhir hatinya serta
Allah.
Didalam kehidupan sehari-hari tampak
sunatullah (hukum ketetapan Allah)
bahwa mencapai sesuatu atau menuju pada sesuatu itu mesti dengan mempergunakan
tatacara atau disebut dengan kata : sistem, dan setiap tatacara itu mesti
terikat dengan aturan tertentu umpamanya mengandung urutan dan susunan (tertib dan terikat) alat2, sarana2,
dan perasarana2, dayaguna untuk mencapai tujuan.
Adapun tujuan kita hidup ini sebagaimana
yang dikehendaki oleh Allah ta’ala tiada lain melainkan untuk berkekalan
semata2 beribadah kepada Allah. Yaitu ditegaskan dan ditugaskan oleh Allah
ta’ala tersurat didalam firmannya:
Wamaa
khalaqtul jinna wal-insa illaa liya’buduuna. (adz-dza riyati-52)
Artinya : tiyada aku jadikan (jin) dan (manusia). Melainkan untuk mereka menyembah Aku (memperhambakan diri mereka kepada Aku
dengan berkekalan).
Bahwasanya memperhambakan diri kepada
Allah di syaratkan dan di rukunkan.
pertama-tama beriman kepada Allah, dan manakala sudah
ada iman lalu menyusul kejiban menegakkan ‘ibadat kepada Allah meliputi segala
segi zhahirnya maupun bathinnya, yang segala undang-undang dasar itu termaktub
dalam Al-quranul karim dan sunnatur rasul SAW, dan cara persahabatan dan
siyasat atau hikmah taktik pelaksanannya itu pada (jama’ dan kias) hikmai dan ‘ulama dan istilah thareqat.
Maka dikehendaki dalam hukum Allah bahwa
manakala sudah ada iman langsung kita di wajibkan menjalankan dzikrullah
(mengingati Allah) dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya, sedangkan arti banyak
itu menurut para ahlinya yaitu sampai melampoi batas hitungan atau bilangan
maksudnya tiada berbilang lagi, hal mana ditegaskan dan ditegaskan dalam . dalm
firman Allah :
Yaa
ayyuhal-ladziina amanuudz-kurullaha dzikran katsiran, wasabbihuhu bukratan
wa-ashiilaa, 9al-ahzab 41-43)
Artinya: wahai sekalian orang yang telah
beriman, sebutlah oleh kalian akan Allah dengan sebutan yang sebanyak-banyaknya,
dan tasbihkanlah oleh kalian akan Allah di pagi dan petang hari (maksudnya: siang malam).
Nyatalah dari ayat-ayat
tersebut bahwa : iman saja tanpa menjalankan (dzikrullah) tidaklah memenuhi kewajiban ‘ubudiyah dan bahwa
setelah kalimah ….Alladzina amanuu….di iringi dengan kalimah perintah:…..udzkurullaha…….menunjukkan betapa hukum menjalankan (dzikrullah) aitu adalah : fardhu ‘ain
dan lagi pula bahwa orang yang beriman itu ialah orang yang benar-benar mengikuti Rasulullah SAW, dengan
mengambil contoh tauladan daripada banyak berdzikir mengingati Allah,
sebagaimana dinyatakan dalam
firman allah ta’ala :
Laqad
kaana lakum fii rasuulillahi aswatun hasanah liman kana yarjullahu walyaumal
akhira wadzakarallahi katsiiran (al-ahzab-31)
Artinya : sesungguhnya pada diri
rasulullah ada suri tauladan yang baik bagi kalian, yaitu barangsiapa yang
mengharap ridha Allah dan kebahagiaan hari yang kemudian serta banyak mengikuti
Allah. Yaitu menurut apa yang dijelaskan didalam sabdanya rasulullah SAW :
Ta’arraf
illallahi fiir-rakha-i yu’arrifuka fiisy-syidati,
Artinya : kenali kepada Allah (ingatlah kepada Allah) dimasa
kesenangan niscaya Allah mengingati akan engkau di masa kesusahan.
Kini jelaslah bahwa thareqat dzikir kita
tetap merupakan tatalaksana dari apa yang diwajibkan oleh (syara’) berdasarkan (al-Quran)
dan (Hadits nabi saw). Maka
selanjutnya diperlakukan adanya sarana penghantar kepada tujuan yaitu yang
disebut (wasilah), maksudnya : tali
penghubung / pengikat atau disebut perantara yang bershifat penghantar
pemersatu bagi menyampaikan kita berwahdah kehadhirat Allah ‘azza wa jalla
sebagaimana diperintahkan dalam firman Allah ta’ala :
Yaa
ayyuhalladziina amanuut-taqullaha wabtaghu ilaihil wasilatu wajahidu fii
sabiilillahi la’allakum tuflihuuna (alma-idah-35)
Artinya : wahai segala orang yang
beriman takutlah kalian kepada Allah dan carilah jalan penghantar / perantara
kepadanya dan berjuanglah pada jalannya, agar kalian mendapat keberhasilan.
Dan lagi perlunya adanya sarana
penghantar dipujikan dalam firman Allah ta’ala pula :
U-laaikal-ladziina
yad’uuna ilaa rabbihimul wasilata ayyuhum qurabu wayarjuuna rahmatahu
wayakhafuuna ‘adzabahu, inna ‘adzaaba rabbaka kana mahduuran. (al-isra-57).
Artinya : orang yang menyembah /
berdo’a, mereka mencari dan penghubung kepada tuhannya, mana yang lebih dekat
kepadanya (thareqat muraqabatul ma’iyyah) dan mengharapkan rahmat tuhan serta
takut akan siksanya, yang sesungguhnya ‘adzab tuhanmu itu adalah sangat
menakutkan.
Bagaimana hukumnya mengambil atau menjalankan
wasilah itu? Jawabannya ialah menurut qaidah yang berlaku :
Inna lilwasaa ili hukmul maqasidi
Artinya : bahwasanya bagi segala sesuatu
wasilah itu hukumnya menurut hukumnya apa-apa yang maksudnya, maksudnya :
jikalau apa-apa yang dimaksud kan itu hukumnya wajib,
seumpama ‘ibadah haji atau shalat jumah, maka mengambil wasilah penghantar /
penghubung yang menyampaikan paa tujuan ‘ibadatnya itupun wajib pula, seumpama
: berkendaraan dan / atau berbekal atau sepertinya. Maka dalam hal berwasilah untuk maksud tujuan yang haram segala bentuk
penghantarnya pun haram, demikian pula dalam hal yang sunnah atau makruh.
Ingat-ingatlah jangan sampai kita salah
mengambil wasilah, maka hendaknya, nuruti apa yang telah itunjukkan /
digariskan idalam sabda rasulullah saw. :
kun
ma’allahi. Wa inlam takun ma’allahi fakun ma’a kana ma’allahi. Fainnahu
yuusiluka ilallahi
artinya : jadilah dirimu beserta allah
(hendaklah kamu beserta Allah) dan apabila kamu tidak bisa beserta Allah, maka
jadikanlah dirimu beserta orang yang telah apat dirinya beserta Allah, maka
sesungguhnya diyalah (orang itu) yang menghubungkan engkau menghantar
menyampaikan engkau kepada Allah.
Timbul tentunya pertanyaan : siyapakah
orang tersebut, dimana dan bagaimana orang itu dan apa ciri-cirinya orang yang
sudah dapat beserta Allah itu? Jawabannya : bukankah Allah berfirman
menjelaskan ddengan orang yang bagaimana Allah itu beserta? Tilik oleh kita
ayat2 yang seumpama bunyinya :
Inna llaha ma’ash-shabirina-inna llaha ma’almuttaqiina.
Maka dapat kita kesimpulan, bahwa orang
yang (taqwa dan shabar) adalah orang-orang yang dapat beserta Allah, maka
mereka itu dapatlah kita dekati, semoga mereka pun berilmu sehingga kiranya
dapat kita jadikan mereka itu sebagai wasilah untuk (muqarabah ke khadhirat
allah yang maha Esa, karena walaupun benar bahwa : seseorang nampak (taqwa dan
bershifat shabar0 belum tentu mustahaq dijadikan wasilah, tetapi tiap seseorang
yang sudah dapat beserta Allah lagi mustahaq dijadikan wasilah, tentu mereka
itu bershifat shabar lagi taqwa, dan dengan mereka mudah mudahan kita dapat
terpimpin menjalankan :
Dawamul’ubudiyyah
zhahiran wabathinan ma’a dawami hudhuril qalbi ma’allahi.
Artinya : senantiasa berkekalan
memperhambakan diri kepada Allah zhahirnya dan bathinnya beserta senantiasa
berkekalan hadhir hatinya beserta Allah subhanahu wata’ala-yakni sesuai firman
Allah ta’ala :
Alladziina
hum fii shalatihim khaa syi’uuna (al-mukminun-3)
Artinya : yaitu mereka yang dalam
shalatnya khusyu’.
Dan
lagi firman Allah ta’ala : alladziina hum ‘alaa shalatihim daa i-muuna (al-mu’araj-23)
Artinya : yaitu mereka yang atas shalat
mereka berkekalan.
Bagaimana telah kita ketahui (khusyu’) itu pertanda bahwa benar-benar iya telah mengingati
Allah dengan sempurna dan berkekalan dan bahwa dia tiada lebih banyak
mengingati (dunia) atau yang selain Allah.
Firman Allah ta’ala : wadzkuru rabbaka fii nafsika tadharru’an
wakhiifatan waduunal jahri minal qauli bilghuduwwi wal-ashali wala takun minal
ghaafiliina (al-anfal-305)
Artinya : dan dzikirkan olehmu tuhanmu (allah) didalam jiwamu dengan
merendahkan diri dan rasa takut, lagi pula tidak dengan suara yang nyaring / keras di waktu pagi dan
petang (siang malam) dan janganlah
kamu termasuk orang-orang yang (lali).
Dan lagi firmannya : Wadzkur rabbaka katsiiran wa sabbih
bil’asyiyyi wal-atskari (al-‘imran -41)
Artinya : dan dzikirkanlah tuhanmu
sebanyak-banyaknya dan tasbihkanlah pada waktu petang dan pagi.
Dan lagi firmannya : Wadzkurisma rabbika watabattal ilaihi
tabtiila (al_muzamil -8)
Artinya dan sebut-sebutlah asma tuhanmu (Allah) dan berbaktilah kepadanya
dengan.
Dan lagi firmannya : fa-idz qadhaitumu sh-shalata fadzkurullaha
qiyamaan waqu’uudan wa’alaa junuubikum (annisa-103)
Artinya : maka apabila kamu telah selesai
mengerjakan sembahyang. Hendaklah kamu ingat akan Allah sewaktu berdiri dan duduk dan berbaring.
-Quran yang menunjukkan betapa
kita diwajibkan mengingati Allah dengan menyebut-menyebut nama Allah ayat-ayat
serta dengan berkekalan dalam keadaan dan kedudukan yang bagaimana pun.
Sebagaimana telah diterangkan pada bab-bab yang terdahulunya atas kewajiban
berdzikir (mengingati dan menyebut-nyebut nama Allah) tiada suatu ‘udzur
(halangan) yang dapat dibenarkan, kecuali hilang ‘aqal atau gila. demikian
pentingnya menjalankan dzikrullah!
Rasulullah saw, bersabda : inna fii jasadi mudhghatan, idza
shalihat shalhul jasadu kulluhu, wa idza fasadat fasadal jasadu kulluhu, alaa
wa hiyal qalbu.
Artinya : bahwa sesungguhnya di dalam
tubuh / jasad manusia itu ada segumpal daging- apabila itu baik niscaya baiklah
seluruh jasad itu, dan apabila segumpal daging itu rusak niscaya rusaklah jasad
itu seluruhnya, ketahuilah : itulah (hati).
Dan lagi sabdanya : Inna llaha laa yanzhuru ilaa shuwarikum walaa ilaa a’malikum walakinna
llaha yanzhuru ilaa quluubikum.
Artinya : bahwasanya Allah itu tidak
memandang akan rupa kamu dan juga tidak pada ‘amal-‘amal kamu, melainkan Allah
itu memandang kepada segala (hati)
kamu sekalian.
Jelasnya
adalah bahwasanya dibawah susu kiri kita terdapat segumpal / sekepalan daging
yang di sebut jantung dan dapat dilihat dengan mata kepala apabila dada kita
dibagian situ dibedah, itulah yang di dalam ilmu thareqat disebut (hati) yang zhahir, daerah
perhubungannya sukma (hati) yang
disebut (lathifatul qabu).
Hati zhahir atau jantung itu didalamnya
terdiri dari (dua) ruangan atau
bilik, yaitu :
1.
bilik yang
sebelah kanan didalam jantung itu adalah tempat iman,tauhid, ma’rifat, islam, ‘aqal, malaikat,
2.
bilik yang
sebelah kiri berisi darah hitam, ialah tempat kendaraan syaithan, iblis, dunia, hawa nafsu,
kedua lubuk itu atau sama berlawanan / bertentangan,
maka dalam diri kita bersarang pengaruh syaithan iblis yang selalu mengajak
manusia kepada syirik dan segala macam ma’shiat. Justru itu maka kita
diperingatkan oleh allah ta’ala dengan firmannya :
alam
‘ahad ilaikum yaabanii adama an lata’buduusy-syaithana, innahu lakum ‘aduw-wummubiina
(yaa siin-60)
tiadakah bukankah telah kami janjikan
kepada kamu sekalian, wahai anak2 adam. Bahwa janganlah kalian sembah syaithan,
karena dia itu musuh yang nyata bagimu.
Telah berkata rasulullah saw, ‘adaa ‘aduwwika fii nafsika baina
janbaika,.
Artinya : yang paling sesat menjadi
musuhmu itu berada di dalam diri engkau di antara (dua
(dua sisi engkau) atau antara (dua lambung engkau di dalam dua lubuk hatimu) .
Dan lagi sabdanya : innasy-syaithana
yajrii minibni adama majraddami,
Artinya
: bahwa sesungguhnya syaithan itu berjalan pada diri manusia di tempat jalannya
darah (pembuluh darah).
Itulah
syaithan / iblis di dalam diri kita menyebar keseluruh tubuh kita hendak
menguasai jiwa raga manusia untuk dibawa kepada berbuat segala macam kejahatan
dan kekejian, maka dinamakan dia (hawa
nafsu), selama ada darah mengalir di tubuh kita selama itu tetap ada (hawa nafsu), maka bukannya (hawa nafsu) itu dapat dimusnahkan
melainkan mesti jangan di ikuti bahkan mesti dilumpuhkn ditundukkan pada (iman, tauhid,
ma’rifat, islam), berarti timbul selalu di dalam diri kita adu
kekuatan antara (iman) dibilik lubuk (hati)
yang satu berlawanan dengan (hawa nafsu
syaithanniah) yang maqamnya di dalam bilik lubuk (hati) yang sebelahnya
Firman
Allah ta’ala : Wa amma man khafa maqama
rabbihi wanahan-nafsa ‘anil hawaa, fainnal jannata hial ma’wa (anna
zi’at-40-41).
Artinya
: dan adapun orang yang takut akan kebenaran tuhannya dan manakala dirinya dari
aliran (hawa nafsunya) maka
sesungguhnya syurgalah tempat kediaman baginya.
Rasulullah
saw, telah bersabda : Laa yukminu ahadukum hattaa yakuunu hawahu
tab’an lima ji’atu bihi.
Artinya
: tiadalah sempurna iman seseorang dari kalian sampai adalah (hawa nafsunya) menjadi mengikuti atas
ajaran-ajaran yang telah daku sampaikan,
Firman
Allah ta’ala :Innannafsa la-amaratu
bisy-syu-i illaa marahima rabbii (yusuf-53).
Artinya
: sesungguhnya hawa nafsu itu selalu menyuruh untuk kejahatan, kecuali
siapa-siapa yang dikasihi (dilindungi
tuhannya).
Maka
daya pancaran kejahatan itu yang beredar ddengan gerakan (hawa nafsu) meliputi seluruh aliran aran (darah) itu berpusat dalam gelapnya (hati), yang manakala (hati)
itu (lathiifatul qalbu) tidak dipalu
dengan (dzikrullah) yaitu yang
memancarkan nuur ketuhanan yang terang benderang, maka jiwa seeorang itu akan
diliputioleh kegelapan asap dan kebutnya
api neraka, maka itu menyelamatkan diri daripada kegelapan tersebut mestilah kita
berpegang pada petunjuk dari rasulullah saw, dengan sabdanya :
Inna likulli syai-in shiqalatan, wa
inna shiqalatal qalbi dzikrullahi.
Artinya
: sesungguhnya untuk segala sesuatu itu ada sunar cahya yang menerangi, dan
bahwasanya sinar cahya yang menerangi (hati) itu adalah (dzikrullah).
Maka
justru itu pada pan ilmu thareqat sangat dipentingan bermaca-macam kifayah
(dzikrullah biqalbu0, ada kalanya dengan membanyakkan zikir kalimat nafi isbat
/ kalimat tauhid / kalimatul husna / kalimatul tahliil : (laa ilaha illallah) dan ada kalanya
dengan dzikir kalimatul ‘ulya / isimudz-dzat / lafazh aljalalah (allah, allah,
allah) pun biqalbi, yang
mulai bab berikut ini kita mulai secara bertahap.
Tamat