Sabtu, 10 Oktober 2015

BAB 18 NUR MA'RIFATULLAH.DAN NURUL ILAAHI . LATIN...



BAB KEDELAPAN BELAS :
NUUR MA’RIFATULLAH . DAN NUURUL ILAAHII.

Firman Allah subhanahu wata’aladidalam Alquranul kariim :Alahu nurussamawati wal ard, matsali nurihi kamiskatin fiiha misbahun, fiizujajati, ajjaatu kaannaha kaukabu duriyyuyyuqodu min sajarotiin mubarokatin zaetaunatil lasyarkqiyyatiw walaghobiyatin, sayakadu zaetuha yudiiu walaolam tamsashunaro, nuurun ‘alanuurin,yadillahu linuurihi mayasyau,  wayadhriballahu amtsala linnasi,   wallahu bikulli syai’in  ‘aliim   (annur- 35)  

Artinya Allah pemberi cahya kepada langit dan bumi perumpamaan cahya Allah adalah seperti lobang yang tak tembus yang didalamnya ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca itu laksana Bintang yang bercahya seperti Mutiara yang dinyalakan dengan minyak-minyak dari pohon yang banyak berkahnya yaitu pohon Zaetun yang tumbuh tidak disebelah timur – dan tidak disebelah baratnya -
Keterangan :

Pohon zaetun itu biasanya tumbuh dipuncak bukit maka mendapat sinar matahari baik diwaktu Matahari Terbit maupun diwaktu akan terbenam, yang minyaknya saja hampir menerangi walaupun tidak tersentuh api cahya diatas cahya (berlapis-lapis ) Allah membingbing kepada cahyanya siapa yang Allah kehendakinya dan Allah mengadakan perumpamaan bagi manusia demi Allah yang Maha mengetahui akan segala sesuatu bahwasanya (Nuur Cahya) adalah salasatu dari Asmaul Husna maka Allah menamakan Dzat-Nya–Nuur dan Allah menjadikan Nuur. pun Rasulnya–Nuur agamanya  dinamakan Nuur.

Seorang ahli tashauf abu Sa’ad berkata : bahwa Allah menggambarkan dengan Nuur , karena sesungguhnya Allah nampak dengan karunia Dzat-Nya akan Nuur itu dan semua Makhluq  Allah nampak dengan dinampakan Nuur itu.

Dan lagi diriwayatkan dari pada saidina mas’ud rodiallahu ‘anhum , bahwa nabi bersabda : disisi tuhanmu kalian tidak ada malam dan tidak ada siang adapun cahya Nuur langit dan bumi adalah dari Nuur cahya Dzat tuhan.

Dan lagi diriwayatkan dari abi durri rodiallahu anhum : saya bertanya kepada Rasulullah s a w apakah tuan Melihat Tuhan ? yang dijawab beliau : aku melihat Nuur.

Maka ahli tafsir ‘umumnya memberikan perincian sebagai berikut:
1 . Annur--------------------------ialah Allah Pemberi Cahya kepada Langit  dan bumi
2 . Almitskatu--------------------------------------- dimisalkan rongga dada Mu’miin.
3 . Al’Jujaajatu--------------------------------------------------  Qolbu Hati Mu’miin.
4 . Almishbahu------ dimisalkan Cahya yang memancar didalam hati Mu’min
5 . Asysyajarotul  Mubarokatu---------------- -Dialah Sumber Wahyu Ilahii
6. Nuurun ‘Ala Nuuriin------------------------- -ialah Cahya Wahyu Ilahi.

Annuru ‘Ibaarotun ‘annuktatin taqo’u fii olbil’abdi hayyun bashirol haqo walbathila waashluha taqwallah,

Artinya : Annur itu ibarat bintik / titik- titik yang terletak dalam Hatinya seseorang Hamba sehingga dengan Nuur itu ia dapat melihat yang Khaq dan yang Bathil dan asalnya titik itu Taqwa kepada Allah .

Setengah dari pemuka-pemuka ta’rif ini mengatakan juga : Annuur adalah suatu pengertian dari pada Keyaqinan yang tersedia dala Hati yang mengkaruniai manisnya Amal Ibadah sebagai bukti bertumbuhnya Iman dan teguhnya Keyaqinan.
Adapun karunia Nuur yang menampakan Haqeqat segala sesuatu, sebagai mana sabda rasulullah menurut yang diriwayatkan dari pada abii sai’id roiallahu anhum .:

Ittaquu firasatal mu;’mini fainnahu yanzhuru binurillahi ta’ala

Artinya : takutilah (Indahkanlah) Firasat orang Mu’minin karena sesungguhnya orang Mu’min itu melihat dengan (karunia Penglihatan) Nurullah. kiranya perlu kita ketahui berbagai Nuur pada masing-masing alamnya, bahwa :

1 . pada ‘alam syahadah ini adalah merupakan Nuur cahya dhohiriyah seperti :
Nuur Matahari
Nuur Bulan
Nuur Bintang
2 . pada ‘alam malakut ( ‘alam ghoib )  adalah Nuur cahya bathiniyah  yang pada garis pokoknya terbagi atas tiga yakni :
Nuur Ma’rifat
Nuur Ma’ani
Nuur Ilmi
Adapun nuurr ma’rifat itu seumpama Matahari yang kemampuannya dapat menampak diupuk Kemahaesaan Allah ( Lenyap diri kedalam kebaqoan Allah ) dan dapat memperkuat Keyaqinan dan menyinari dalam Masyahadah (berpandang 2ngan) dengan Allah.
 Adapun Nuur ma’rifat adalah laksana Bulan yang kemampuannya dapat menampak diufuk Tauhid dan dapat menampak pada pendekatan dengan Allah ( muqorobun ) berintai-intaian dengan Allah.   

 Adapun Nuur ‘ilmi adalah laksana Bintang yang kemampuannya dapat menampak Dimalam Gelap  dan  dapat menampak  pada  perkara  Akhirat dan yang Ghoib  
Tempat-Tempat Terbitnya Nuur :

Itu Ialah di : Hati-Ruuh-dan Sirr :
 1 .  Nuur Qolbi /   hati   tempat   terbitnya   pada   Tawajuh   pemusatan   perhatian    semata2 
  kepada Allah, dan Nuur ini adalah Penghantar cahya kepada Allah maka    membawa / memberi Ketenangan untuk Berdzikir kepada Allah.

1.  Nuur ruuh   adalah   tempat   terbitnya   pada     Nuurul   Muwajjahu    / berpandang-
pandangan serta Allah dan inilah Nuur Penyingkap Tabir pembuka Hijab  seolah-olah Kunci  pembuka   Pintu  dan   Pembuka   jalan   Masuk   kekhadirat   Allah   azza wajalla.

2. Nuur sirri . adalah tempat terbitnya pada Nuur Musyahadah yaitu Nuur bagi   berpandang-  pandangan / nyata / terang dengan Allah Ta’ala.
Pancaran Nuur Dalam Hati :

Adapun     pancaran     Nuur     dalam   Hati  itu   dinamakan    Nuurul Yaqiin
1 .   mula-mulanya   sinar  Nuur  itu  rendah  bagaikan  Bintang maka dinamakan  Nuurul Islam

2 .   lalu sinar nuur lebih kuat lagi menembus dari ruang  Ghoib  sehingga cahya bagaikan
       Nuur Bulan maka dinamakan Nuurul Iman.

3 .   Kemudian Nuur itu menaik terus dengan berkat amal ibadah dan Dzikrullah yang
       semakin bertambah dan bermutu sehingga Nuur itu bagaikan sunar Matahari, maka
       dinamkan Nuurul Ikhsan.
Istilah  Nuur Islam - Nuurul Iman – Nuurul Ikhsan .

Adalah bahasa yang dipakai oleh para ahli menurut keadaan didalam latihan – latihan / riyadhoh serta / mujahadah kesungguhan yaitu menurut kesungguhan ‘amaliyah mensucikan jiwa dari Ma’siat zhohir dan Ma’siat  bathin (takholli) serta mengisinya dengan shifat-shifat Terpuji dari pada  Tho’at  zhohir dan Tho’at bathin (takholli)

Penjelasan atas istilah – istilah adalah sebagai berikut

1. seorang mu’min selama kegiatannya melaksanakan perintah-perintah Agama (takaliif )
baru dalam batas – batas yang nampak Zhohir saja maka tingkat kegiatannya  dinamakan Maqom Islam / Nuurul Islam.

2.   manakala kegiatannya telah meningkat naik menjadi (A’malan Qolbu) dengan riyadhoh dan mujahadah dengan kegiatan                        (takholli) dan takholli maka tingkat kegiatannya itu dinamakan  Maqom Iman / atau Nuurul Iman 

3.  manakala kegiatannya meningkat lagi naik menjadi (‘Amalan Ruuh) dan sirr maka tingkat kegiatannya itu dinamakan Maqom Ikhsan / atau Nuurl Ikhsan.

Tegasnya :  (Nuurul Qolbu) itu disebut pula (Nuurul Ma’nawi)  yakni tidak terlindung dan  tidak terbenam, sebagai mana kata ahli – ahli tashauf :
Innasy-syamsan nahari taghrobu bilaili,wasysyamsal quluubi laisat taghibu

Artinya : sesungguhnya Matahati terbenam diwaktu Petang dan sesungguhnya Sinar Cahya Hati itu. tiada Kunjung menghilang .
Tiga   Tingkatan Nuurul Qolbu.

1.Nuur yang menyingkapkan kita akan ma’rifat pada wujudnya ciptaannya (Allah af’alnya
dan nuur seperti ini bagaikan cahya Bintang  yang memberi petunjuk atas ciptaan Allah, maka Nuur tingkat ini dinamakan Nuurul Islam.

2.Nuur yang menyingkapkan kita akan Ma’rifat pada Shifatullah yang Maha sempurna lagi Maha agung, Maha suci dari shifat kekurangan dan Nuur ini bagaikan Bulan maka Nuur pada tingkat ini dinamakan Nuur Iman
 sedang batas-batas cahya Nurnya ialah ketika dalam keadaan (Fanau fishifat) dan yang  tersebut diatas tadi ketika dalam keadaan  (Fanau Fil af’al)

3. Nuur yang menyingkapkan kita akan  Ma’rifat  pada  Dzatullah  dan ini bagaikan  Matahari 
maka Nuur pada tingkat ini dinamakan Nuurul Ikhsan dan batas-batas Nuur cahyanya  ialah ketika dalam keadaan (Fanau Fidzdzat) jelaslah bahwa uraian-uraian tersebut diatas Nuurul Qolbu–Nuurul Ruuh–Nuurul Sirr serta tingkat-tingkatannya semuanya bersumber dari.
Firman Allah : Allahu Nuurussamawati Walard.
Artinya : Allah adalah Nuur cahya pada Langit dan Bumi (Semesta alam)

NUURUL ILAAHII.

Adapun nuurrullahi atau yang disebut juga (Nuurul Robbiyah) adalah pemberi sinar cahya dalam Bathin manusia maka apabila Nuurul Ilahi hendak menampakan ketentuannya kepada hambanya niscaya bercahyalah diatas muka / wajah manusia itu, maka jadi ketika itu berkuasa Ruhaniyah manusia atas Bashoriyahnya berkuasa Bathinnya atas Dzohirnya, sehingga tiada tertinggal lagi bekas – bekas Keinsanannya Bashoriyahnya, lalu menjelmalah indrianya seluruhnya menjadi nuur cahya .

Dalam keadaan yang demikian itu kadang–kadang fancaran shifat-shifat Ilahi : Wujud–Baqou–Mukhalafatul lilhawaditsi– Wakhdaniyat. dan semua shifat-shifat Tuhan, baik shifat Nafsiyah–Salbiyah–Ma’nawiyah, bercahya pada nyatanya kebashoriyahan yang bershifat gelap gulita, maka dengan itu terbawa perubahan cipta sekali dimana shifat-shifat kebaharuan dan (Muhadats) keinsanan  yang (Nafi) hilang lenyap karena telah nampaknya shifat-shifat (Keqodiman) azali abadi dan keilahian                      (Itsbat), lalu bertempatlah Maqom Bathin keinsanan yang baru itu Maqom Keqodiman (dalam kebaqoan Allah).

Oleh karena itu manakala pada Manusia belum hilang lenyap shifat-shifat kebaharuannya maka bagi Manusia demikian tidak mungkin melihat Masyahadah dengan Tuhan, karena shifat Qodim dan shifat Baharu tidak bisa bersama-sama dalam keadaan yang sama seperti umpamanya :Panas–dan–Dingin: tidak bisa bersama-sama dalam keadaan yang sama dan inilah yang dimaksud dengan firman Allah ta’la.
Latudrikuhul Abshooru.

Artinya : bahwa Allah itu tiada dapat dengan penglihatan mata yang (Baru) Jabatan fungsi Nuur itu adalah penerangan dan pungsi Mata Hati itu adalah Hikmah
Melihat kebenaran yang haqiqi, sedangkan fungsi Qolbu adalah Tho’at  atau inkar , patuh, atau melanggar,
Adapun Nuur cahya itulah yang menghantar Hati Kekhadhirot Allah yang Maha mengetahui segala yang ghoib.

Firman Allah ta’ala : afaman syarohallahu shodrohul islami fahuwa‘ala nuurin mirrobihi,

Artinya : barang siapa yang diterangi oleh Allah akan Hatinya untuk Islam (Tho’at Zhohir dan Tho’at Bathin) maka orang itulah mendapat pancaran Nuur cahya dari Tuhan.
Tingkatan-Tingkatan Nuur:

1.  Mula2  nya  Nuur yang datang itu disebut :  Nuur   kesadaran  (Nuurul  waridil  intibahu)
        sebagaimana daripada fungsinya Nuur ini ialah mengusir gelap kelalayan (Zhulmathul   ghoflahti), yang dengan  jalan  ini  maka  tampaklah Nuur  kesadaran  (Nuurul yaqodhoti )
 ketika itu matahari melihat kebenaran yang haqiqi dengan nyatalah baginya shifat-shifat lali (Ghoflatun) dan nyata baiknya shifat-shifat kesadaran (Yaqodhotun) hati tetkala itu serta merta senang menerima shifat-shifat kesadaran pada mrngingat                     ( Dzikrullah ) dan meninggalkan segala apa-apa yang membuat lali dari pada mengingat Allah,
 Nuur pada tingkat ini disebut Nuur bagi para pencari Allah ( Nuurul Tholibiin )  

2  . selanjutnya Nuur yang datang itu ialah yang dinamakan : Nuurkesiapan (Nuurul waridil   iqbalu) dan fungsinya mengusir gelapnya kekaburan (Zhulmatul aghyari ) dengan menampakan sinar Ma’rifat yang mencurahkan sinar Rahasia (Bahjatul asrori) maka ketika itu Matahati melihat kebenaran yang haqiqi dimana nyata (Mudhorotnya) alam yang berubah-rubah ini dan nyata pula indahnya alam (Rahasia) yang terang benderang, dengan jalan ini maka Hati dapat menerima kenyataan – kenyataan apa-apa yang (Terahasia) serta pun meninggalkan gelapnya apa-apa yang berubah-rubah yang masih kabur. Nuur pada tingkat kedua ini dinamakan Nuur yang datang untuk orang-orang yang sedang berjalan kepada Allah,

3. selanjutnya menyusul Nuur yang datang itu Nuur yang dinamakan sebagai Nuur kedatangan (Nuurul tholibiin) pungsinya ialah mengusir gelapnya ‘alam cipta (Alqaonun) ketika itulah tersingkap tabir penutup, sejurus kemudian menampaklah Nuur (Tajallinya) yang Maha Pencipta, ketika itulah Hati dapat bermusyahadah berpandang-pandangan dengan Allah karena Hati telah meninggalkan perhatiannya kepada selain Allah. Nuur pada tingkat ketiga ini disebut Nuur untuk  para pendatang / penghadap kekhadhirat Allah yang Maha Suci.

4.  kiranya untuk dapat memudahkan kepahaman atas masalah tersebut diatas ada baiknya  kita mengambil contoh perumpamaan misalnya : isi batu yang kita lihat sepintas kilas seperti kaca batu. orang yang sama sekali tidak tau (Haqeqat) isi akan tidak percaya bahwa isi itu sebenarnya adalah air, tetapi bagi orang yang penglihatannya sampai pada (Haqeqatnya) sumber bathinnya, tentu dia pun tau akan asal usulnya sebagai serangkaian dengan Air dan berasal dari Air justru itulah, bahwasanya alam cipta ini hanyalah bayangan belaka, maka selama (Wujudnya) sebagai bahan kasar maupun bahan halus sekali alam cipta ini dapat dilihat dengan Mata kepala dan nampak, tetapi apabila ia kembali kepada asalnya / Haqeqat                             (Wujudiyahnya) maka ia (Terahasia) .

Seolah–olah ciptaan dan Maha Pencipta (Makhuluq dan Kholiq) adalah dua kenyataan yang saling mengganapi / menghinggapi : tampa Kholiq tak mungkin ada Makhluq, tetapi dua kenyataan itu padahal didalam suatu (Wujudullah jua)  yang Mutlaq,
Tiga : kita kembali membicarakan Nuur yang tiga tingkat tadi yakni :

Nuurul Islam – Nuurul – Iman – Nuurul Ikhsan .

1. Nuurul Islam mengusir gelapnya kekapiran ( Zhulmatu kufri ) ketika itu menampak Nuur keimanan dan Ketho’atan yang dengan jalan itu Matahati mampu melihat kebenaran yang Haqiqi sehingga Hati menolak buruknya kekafiran dan kema’siatan dan menerima kenyataan baiknya Nuurul Islam beserta Ketho’atan, maka Hati tunduk kepada Ketho’atan yang dapat menghampirikan diri kepada Allah serta menghindari dari pada apa-apa yang dapat menjauhkan diri (melupakan) pada Allah.

2.Adapun Nuurul Iman mengusir gelapnya kemusyrikan (Zhulmatusy-syikri) pada ketika
Itu Matahati dapat melihat kebenaran yang Haqiqi dengan menampaknya pancaran (Rasa Ikhlas), dan menolak buruknya kemusyrikan yang gelap itu dan menerima serta menerangi keindahan  (Ikhlas) lalu tunduk (Ta’zhim mentauhidkan Allah)

3.Adapun Nuurul Ikhsan mengusir gelapnya kejahatan menduakan Allah (Zhulmatussui) dan karenanya nampaklah (Nuur Wujudullah) dan Matahati mampu melihat kebenaran yang Haqiqi dan sadar akan (Mudhorotnya) kegelapan tanda-tanda bekas (Zhulmatul Itsmi) dan menepa’ati kebaikannya Maha pembuat tanda-tanda bekas itu maka Hati dapat menerima pancaran Ma’rifat serta lenyaplah segala – galanya apa-apa selain Allah.

Adapun Nuurul Ilahi dapat juga disebut :
Nuuru - Syari’at – Nuur Thoreqat – Nuur Haqeqat
1   Adapun   Nuur syare’at mengusir   gelapnya kemalasan dan  menghadirkan  (Nuur Bathin)
Kepada Allah, jauh dari pada menuruti kepentingan diri dan  (Hawa Nafsu) mensuburkan perbaikan (Zhohiriyah) yakni : Taubat = Taqwa = Istiqomah 

2   Nuur Thoreqat mengusir gelapnya kesamaan (Syirik) dan gelapnya Ma’syiat dan kekotoran (Hati) yang membawa hasil dari Ilmu-Ilmu Ghoib, sehingga Matahati lebih dapat melihat kebenaran yang Haqiqi serta lebuh jelasnya buruknya kekotoran                   (Hati) dan betapa Indahnya Kecucian kemurnian Hati, dapat menerima segala apa- apa yang wajib mengenai perbaikan Hati / Jiwa dalam. usaha Takholli dan Taholi yakni pada pokoknya mengutamakan : Ikhlash = Shidiq = Lurus = dan damai serta tenang.takh

3. Adapun Nuur Haqeqat mengusir gelapnya hijab (Zhulmatul hijabi) dan menampakan sinar indahnya Cinta kasih Allah maka nuur Haqeqat  membangkitkan kemantapan. dibidang asrori ghoni : Almuroqobatu (Berhampiri kepada Allah) Almusyahadatu                              (Berpandang – pandangan serta Allah) dan Alma’rifatu ( Mengenal Allah dalam arti yang Haqiqi ) 



tamat



Tidak ada komentar: