BAB KEDELAPAN BELAS :
NUUR MA’RIFATULLAH . DAN NUURUL ILAAHII.
Firman Allah subhanahu
wata’aladidalam Alquranul kariim :Alahu nurussamawati wal ard, matsali nurihi
kamiskatin fiiha misbahun, fiizujajati, ajjaatu kaannaha kaukabu duriyyuyyuqodu
min sajarotiin mubarokatin zaetaunatil lasyarkqiyyatiw walaghobiyatin, sayakadu
zaetuha yudiiu walaolam tamsashunaro, nuurun ‘alanuurin,yadillahu linuurihi
mayasyau, wayadhriballahu amtsala
linnasi, wallahu bikulli syai’in ‘aliim
(annur- 35)
Artinya Allah pemberi cahya kepada langit dan bumi
perumpamaan cahya Allah adalah seperti lobang yang tak tembus yang didalamnya
ada pelita besar. Pelita itu didalam kaca itu laksana Bintang yang
bercahya seperti Mutiara yang dinyalakan dengan minyak-minyak dari pohon
yang banyak berkahnya yaitu pohon Zaetun yang tumbuh tidak disebelah
timur – dan tidak disebelah baratnya -
Keterangan :
Pohon zaetun itu biasanya tumbuh dipuncak bukit
maka mendapat sinar matahari baik diwaktu Matahari Terbit maupun diwaktu
akan terbenam, yang minyaknya saja hampir menerangi walaupun tidak tersentuh
api cahya diatas cahya (berlapis-lapis ) Allah membingbing kepada
cahyanya siapa yang Allah kehendakinya dan Allah mengadakan perumpamaan bagi
manusia demi Allah yang Maha mengetahui akan segala sesuatu bahwasanya (Nuur
Cahya) adalah salasatu dari Asmaul Husna maka Allah menamakan Dzat-Nya–Nuur
dan Allah menjadikan Nuur. pun Rasulnya–Nuur agamanya dinamakan Nuur.
Seorang ahli tashauf abu Sa’ad berkata : bahwa
Allah menggambarkan dengan Nuur , karena sesungguhnya Allah nampak
dengan karunia Dzat-Nya akan Nuur itu dan semua Makhluq Allah nampak dengan dinampakan Nuur itu.
Dan lagi diriwayatkan dari pada saidina mas’ud
rodiallahu ‘anhum , bahwa nabi bersabda : disisi tuhanmu kalian tidak ada malam
dan tidak ada siang adapun cahya Nuur langit dan bumi adalah dari Nuur
cahya Dzat tuhan.
Dan lagi
diriwayatkan dari abi durri rodiallahu anhum : saya bertanya kepada Rasulullah
s a w apakah tuan Melihat Tuhan ? yang dijawab beliau : aku melihat Nuur.
Maka
ahli tafsir ‘umumnya memberikan perincian sebagai berikut:
1 .
Annur--------------------------ialah Allah Pemberi Cahya kepada Langit dan bumi
2 .
Almitskatu--------------------------------------- dimisalkan rongga dada
Mu’miin.
3 .
Al’Jujaajatu-------------------------------------------------- Qolbu Hati Mu’miin.
4 .
Almishbahu------ dimisalkan Cahya yang memancar didalam hati Mu’min
5 .
Asysyajarotul Mubarokatu----------------
-Dialah Sumber Wahyu Ilahii
6. Nuurun
‘Ala Nuuriin------------------------- -ialah Cahya Wahyu Ilahi.
Annuru ‘Ibaarotun ‘annuktatin taqo’u fii
olbil’abdi hayyun bashirol haqo walbathila waashluha taqwallah,
Artinya : Annur itu ibarat bintik / titik- titik
yang terletak dalam Hatinya seseorang Hamba sehingga dengan Nuur
itu ia dapat melihat yang Khaq dan yang Bathil dan asalnya titik
itu Taqwa kepada Allah .
Setengah dari pemuka-pemuka ta’rif ini mengatakan
juga : Annuur adalah suatu pengertian dari pada Keyaqinan yang tersedia
dala Hati yang mengkaruniai manisnya Amal Ibadah sebagai bukti
bertumbuhnya Iman dan teguhnya Keyaqinan.
Adapun karunia Nuur yang menampakan Haqeqat
segala sesuatu, sebagai mana sabda rasulullah menurut yang diriwayatkan dari
pada abii sai’id roiallahu anhum .:
Ittaquu
firasatal mu;’mini fainnahu yanzhuru binurillahi ta’ala
Artinya :
takutilah (Indahkanlah) Firasat orang Mu’minin karena
sesungguhnya orang Mu’min itu melihat dengan (karunia Penglihatan) Nurullah.
kiranya perlu kita ketahui berbagai Nuur pada masing-masing alamnya,
bahwa :
1 . pada ‘alam
syahadah ini adalah merupakan Nuur cahya dhohiriyah seperti :
Nuur
Matahari
Nuur
Bulan
Nuur
Bintang
2 . pada ‘alam
malakut ( ‘alam ghoib ) adalah Nuur
cahya bathiniyah yang pada garis pokoknya
terbagi atas tiga yakni :
Nuur
Ma’rifat
Nuur
Ma’ani
Nuur Ilmi
Adapun nuurr ma’rifat itu seumpama Matahari
yang kemampuannya dapat menampak diupuk Kemahaesaan Allah ( Lenyap
diri kedalam kebaqoan Allah ) dan dapat memperkuat Keyaqinan dan
menyinari dalam Masyahadah (berpandang 2ngan) dengan Allah.
Adapun Nuur
ma’rifat adalah laksana Bulan yang kemampuannya dapat menampak diufuk Tauhid
dan dapat menampak pada pendekatan dengan Allah ( muqorobun )
berintai-intaian dengan Allah.
Adapun Nuur
‘ilmi adalah laksana Bintang yang kemampuannya dapat menampak Dimalam
Gelap dan dapat menampak pada
perkara Akhirat dan yang Ghoib
Tempat-Tempat
Terbitnya Nuur :
Itu Ialah di : Hati-Ruuh-dan Sirr :
1 . Nuur Qolbi / hati
tempat terbitnya pada
Tawajuh pemusatan
perhatian semata2
kepada Allah, dan Nuur ini adalah Penghantar
cahya kepada Allah maka membawa
/ memberi Ketenangan untuk Berdzikir kepada Allah.
1. Nuur
ruuh adalah
tempat terbitnya pada
Nuurul Muwajjahu /
berpandang-
pandangan
serta Allah dan inilah Nuur Penyingkap Tabir pembuka Hijab seolah-olah Kunci pembuka
Pintu dan Pembuka
jalan Masuk
kekhadirat Allah
azza wajalla.
2. Nuur sirri . adalah tempat terbitnya pada
Nuur Musyahadah yaitu Nuur bagi
berpandang- pandangan / nyata /
terang dengan Allah Ta’ala.
Pancaran Nuur
Dalam Hati :
Adapun
pancaran Nuur dalam
Hati itu dinamakan
Nuurul Yaqiin
1 . mula-mulanya sinar
Nuur itu rendah
bagaikan Bintang maka
dinamakan Nuurul Islam
2 .
lalu sinar nuur lebih kuat lagi menembus dari ruang Ghoib sehingga cahya bagaikan
Nuur Bulan
maka dinamakan Nuurul Iman.
3 .
Kemudian Nuur itu menaik terus dengan berkat amal ibadah dan Dzikrullah
yang
semakin bertambah dan bermutu sehingga Nuur itu bagaikan sunar Matahari,
maka
dinamkan Nuurul Ikhsan.
Istilah Nuur Islam - Nuurul Iman – Nuurul Ikhsan .
Adalah bahasa yang dipakai
oleh para ahli menurut keadaan didalam latihan – latihan / riyadhoh serta /
mujahadah kesungguhan yaitu menurut kesungguhan ‘amaliyah mensucikan jiwa dari Ma’siat
zhohir dan Ma’siat bathin (takholli)
serta mengisinya dengan shifat-shifat Terpuji dari pada Tho’at
zhohir dan Tho’at bathin (takholli)
Penjelasan
atas istilah – istilah adalah sebagai berikut
1. seorang mu’min selama kegiatannya melaksanakan
perintah-perintah Agama (takaliif )
baru dalam batas – batas yang nampak Zhohir saja
maka tingkat kegiatannya dinamakan Maqom
Islam / Nuurul Islam.
2. manakala
kegiatannya telah meningkat naik menjadi (A’malan Qolbu) dengan riyadhoh
dan mujahadah dengan kegiatan (takholli) dan takholli maka tingkat
kegiatannya itu dinamakan Maqom Iman
/ atau Nuurul Iman
3. manakala
kegiatannya meningkat lagi naik menjadi (‘Amalan Ruuh) dan sirr maka tingkat
kegiatannya itu dinamakan Maqom Ikhsan / atau Nuurl
Ikhsan.
Tegasnya :
(Nuurul Qolbu) itu disebut pula (Nuurul Ma’nawi) yakni tidak terlindung dan tidak terbenam, sebagai mana kata ahli – ahli
tashauf :
Innasy-syamsan
nahari taghrobu bilaili,wasysyamsal quluubi laisat taghibu
Artinya : sesungguhnya Matahati terbenam diwaktu Petang dan sesungguhnya Sinar Cahya Hati
itu. tiada Kunjung menghilang .
Tiga Tingkatan Nuurul Qolbu.
1.Nuur yang menyingkapkan kita akan ma’rifat pada
wujudnya ciptaannya (Allah af’alnya
dan nuur seperti ini bagaikan cahya Bintang yang memberi petunjuk atas ciptaan
Allah, maka Nuur tingkat ini dinamakan Nuurul
Islam.
2.Nuur yang menyingkapkan kita akan Ma’rifat pada
Shifatullah yang Maha sempurna lagi Maha agung, Maha suci dari shifat
kekurangan dan Nuur ini bagaikan Bulan maka
Nuur pada tingkat ini dinamakan Nuur Iman
sedang
batas-batas cahya Nurnya ialah ketika dalam keadaan (Fanau fishifat) dan
yang tersebut diatas tadi ketika dalam
keadaan (Fanau Fil af’al)
3. Nuur yang menyingkapkan kita akan Ma’rifat pada Dzatullah
dan ini bagaikan Matahari
maka Nuur pada tingkat ini dinamakan Nuurul Ikhsan dan batas-batas Nuur cahyanya ialah ketika dalam keadaan (Fanau Fidzdzat)
jelaslah bahwa uraian-uraian tersebut diatas Nuurul Qolbu–Nuurul Ruuh–Nuurul
Sirr serta tingkat-tingkatannya semuanya bersumber dari.
Firman
Allah : Allahu Nuurussamawati Walard.
Artinya :
Allah adalah Nuur cahya pada Langit dan Bumi (Semesta alam)
NUURUL ILAAHII.
Adapun nuurrullahi atau yang disebut juga (Nuurul
Robbiyah) adalah pemberi sinar cahya dalam Bathin manusia maka apabila Nuurul
Ilahi hendak menampakan ketentuannya kepada hambanya niscaya bercahyalah diatas
muka / wajah manusia itu, maka jadi ketika itu berkuasa Ruhaniyah manusia atas
Bashoriyahnya berkuasa Bathinnya atas Dzohirnya, sehingga tiada tertinggal lagi
bekas – bekas Keinsanannya Bashoriyahnya, lalu menjelmalah indrianya seluruhnya
menjadi nuur cahya .
Dalam keadaan yang demikian itu kadang–kadang
fancaran shifat-shifat Ilahi : Wujud–Baqou–Mukhalafatul lilhawaditsi–
Wakhdaniyat. dan semua shifat-shifat Tuhan, baik shifat Nafsiyah–Salbiyah–Ma’nawiyah,
bercahya pada nyatanya kebashoriyahan yang bershifat gelap gulita, maka dengan
itu terbawa perubahan cipta sekali dimana shifat-shifat kebaharuan dan (Muhadats)
keinsanan yang (Nafi) hilang
lenyap karena telah nampaknya shifat-shifat (Keqodiman) azali abadi dan
keilahian (Itsbat),
lalu bertempatlah Maqom Bathin keinsanan yang baru itu Maqom
Keqodiman (dalam kebaqoan Allah).
Oleh karena itu manakala pada Manusia belum hilang
lenyap shifat-shifat kebaharuannya maka bagi Manusia demikian tidak mungkin
melihat Masyahadah dengan Tuhan, karena shifat Qodim dan shifat
Baharu tidak bisa bersama-sama dalam keadaan yang sama seperti umpamanya :Panas–dan–Dingin:
tidak bisa bersama-sama dalam keadaan yang sama dan inilah yang dimaksud dengan
firman Allah ta’la.
Latudrikuhul
Abshooru.
Artinya : bahwa Allah itu tiada dapat dengan
penglihatan mata yang (Baru) Jabatan
fungsi Nuur itu adalah penerangan dan
pungsi Mata Hati itu adalah Hikmah
Melihat kebenaran yang
haqiqi, sedangkan fungsi Qolbu adalah
Tho’at atau inkar , patuh,
atau melanggar,
Adapun Nuur cahya
itulah yang menghantar Hati Kekhadhirot Allah
yang Maha mengetahui segala yang ghoib.
Firman Allah
ta’ala : afaman syarohallahu shodrohul islami fahuwa‘ala nuurin mirrobihi,
Artinya : barang siapa yang diterangi oleh Allah
akan Hatinya untuk Islam (Tho’at Zhohir dan Tho’at Bathin) maka
orang itulah mendapat pancaran Nuur cahya dari Tuhan.
Tingkatan-Tingkatan
Nuur:
1.
Mula2 nya Nuur yang datang itu disebut : Nuur
kesadaran (Nuurul waridil
intibahu)
sebagaimana daripada fungsinya Nuur ini ialah mengusir gelap kelalayan (Zhulmathul ghoflahti), yang dengan jalan
ini maka tampaklah Nuur kesadaran
(Nuurul yaqodhoti )
ketika itu
matahari melihat kebenaran yang haqiqi dengan nyatalah baginya shifat-shifat
lali (Ghoflatun) dan nyata baiknya shifat-shifat kesadaran (Yaqodhotun)
hati tetkala itu serta merta senang menerima shifat-shifat kesadaran pada
mrngingat (
Dzikrullah ) dan meninggalkan segala apa-apa yang membuat lali dari pada
mengingat Allah,
Nuur pada
tingkat ini disebut Nuur bagi para pencari Allah ( Nuurul Tholibiin )
2 .
selanjutnya Nuur yang datang itu ialah yang dinamakan : Nuurkesiapan (Nuurul
waridil iqbalu) dan fungsinya
mengusir gelapnya kekaburan (Zhulmatul aghyari ) dengan menampakan sinar
Ma’rifat yang mencurahkan sinar Rahasia (Bahjatul asrori) maka
ketika itu Matahati melihat kebenaran yang haqiqi dimana nyata (Mudhorotnya)
alam yang berubah-rubah ini dan nyata pula indahnya alam (Rahasia) yang
terang benderang, dengan jalan ini maka Hati dapat menerima kenyataan –
kenyataan apa-apa yang (Terahasia) serta pun meninggalkan gelapnya
apa-apa yang berubah-rubah yang masih kabur. Nuur pada tingkat kedua ini
dinamakan Nuur yang datang untuk orang-orang yang sedang berjalan kepada Allah,
3. selanjutnya menyusul Nuur yang datang itu Nuur
yang dinamakan sebagai Nuur kedatangan (Nuurul tholibiin) pungsinya
ialah mengusir gelapnya ‘alam cipta (Alqaonun) ketika itulah tersingkap
tabir penutup, sejurus kemudian menampaklah Nuur (Tajallinya) yang Maha
Pencipta, ketika itulah Hati dapat bermusyahadah berpandang-pandangan
dengan Allah karena Hati telah meninggalkan perhatiannya kepada selain
Allah. Nuur pada tingkat ketiga ini disebut Nuur untuk para pendatang / penghadap kekhadhirat Allah
yang Maha Suci.
4. kiranya
untuk dapat memudahkan kepahaman atas masalah tersebut diatas ada baiknya kita mengambil contoh perumpamaan misalnya :
isi batu yang kita lihat sepintas kilas seperti kaca batu. orang yang sama
sekali tidak tau (Haqeqat) isi akan tidak percaya bahwa isi itu
sebenarnya adalah air, tetapi bagi orang yang penglihatannya sampai pada (Haqeqatnya)
sumber bathinnya, tentu dia pun tau akan asal usulnya sebagai serangkaian
dengan Air dan berasal dari Air justru itulah, bahwasanya alam cipta ini
hanyalah bayangan belaka, maka selama (Wujudnya) sebagai bahan kasar
maupun bahan halus sekali alam cipta ini dapat dilihat dengan Mata kepala dan
nampak, tetapi apabila ia kembali kepada asalnya / Haqeqat (Wujudiyahnya)
maka ia (Terahasia) .
Seolah–olah ciptaan dan Maha Pencipta (Makhuluq dan
Kholiq) adalah dua kenyataan yang saling mengganapi / menghinggapi : tampa Kholiq tak
mungkin ada Makhluq, tetapi dua kenyataan itu padahal didalam suatu (Wujudullah
jua) yang Mutlaq,
Tiga : kita
kembali membicarakan Nuur yang tiga tingkat tadi yakni :
Nuurul Islam – Nuurul – Iman – Nuurul Ikhsan .
1. Nuurul Islam mengusir gelapnya kekapiran (
Zhulmatu kufri ) ketika itu menampak Nuur keimanan dan Ketho’atan yang dengan
jalan itu Matahati mampu melihat kebenaran yang Haqiqi sehingga Hati menolak
buruknya kekafiran dan kema’siatan dan menerima kenyataan baiknya Nuurul Islam
beserta Ketho’atan, maka Hati tunduk kepada Ketho’atan yang dapat
menghampirikan diri kepada Allah serta menghindari dari pada apa-apa yang dapat
menjauhkan diri (melupakan) pada Allah.
2.Adapun Nuurul Iman mengusir gelapnya kemusyrikan (Zhulmatusy-syikri)
pada ketika
Itu Matahati dapat melihat kebenaran yang Haqiqi
dengan menampaknya pancaran (Rasa Ikhlas), dan menolak buruknya
kemusyrikan yang gelap itu dan menerima serta menerangi keindahan (Ikhlas) lalu tunduk (Ta’zhim
mentauhidkan Allah)
3.Adapun Nuurul Ikhsan mengusir gelapnya kejahatan
menduakan Allah (Zhulmatussui) dan karenanya nampaklah (Nuur
Wujudullah) dan Matahati mampu melihat kebenaran yang Haqiqi dan sadar akan
(Mudhorotnya) kegelapan tanda-tanda bekas (Zhulmatul Itsmi)
dan menepa’ati kebaikannya Maha pembuat tanda-tanda bekas itu maka Hati dapat
menerima pancaran Ma’rifat serta lenyaplah segala – galanya apa-apa selain
Allah.
Adapun
Nuurul Ilahi dapat juga disebut :
Nuuru - Syari’at –
Nuur Thoreqat – Nuur Haqeqat
1
Adapun Nuur
syare’at mengusir gelapnya kemalasan
dan menghadirkan (Nuur Bathin)
Kepada Allah, jauh dari pada menuruti kepentingan
diri dan (Hawa Nafsu) mensuburkan
perbaikan (Zhohiriyah) yakni : Taubat = Taqwa = Istiqomah
2
Nuur Thoreqat mengusir gelapnya kesamaan (Syirik)
dan gelapnya Ma’syiat dan kekotoran (Hati) yang membawa hasil
dari Ilmu-Ilmu Ghoib, sehingga Matahati lebih dapat melihat
kebenaran yang Haqiqi serta lebuh jelasnya buruknya kekotoran (Hati) dan betapa Indahnya
Kecucian kemurnian Hati, dapat menerima segala apa- apa yang wajib
mengenai perbaikan Hati / Jiwa dalam. usaha Takholli dan Taholi
yakni pada pokoknya mengutamakan : Ikhlash = Shidiq = Lurus =
dan damai serta tenang.takh
3. Adapun Nuur Haqeqat mengusir gelapnya hijab (Zhulmatul hijabi) dan menampakan sinar indahnya
Cinta kasih Allah maka nuur Haqeqat
membangkitkan kemantapan. dibidang asrori ghoni : Almuroqobatu (Berhampiri
kepada Allah) Almusyahadatu (Berpandang – pandangan serta Allah)
dan Alma’rifatu ( Mengenal Allah dalam arti yang Haqiqi )
tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar