Sabtu, 10 Oktober 2015

BAB : 15 : WAROTSATUL ANBIYAI ...LATIN....



BAB : KELIMA BELAS : WAROTSATUL ANBIYAI


Telah bersabda rasulullah :   Innal ‘ulamaa  warotsatul  anbiyaa  lam yuritsu   dinaro wala dihaman  innama waritsul   ‘ilmu   min akhodahu, akhodahu  bikhodzin wafirin       ( rowahu bokhari muslim )

Artinya : bahwasesungguhnya ( ‘Ulama ahli ‘ilmu orang yang ber’ilmu ) itu mendapat waris pusaka – pusaka dari pada para nabi, sedangkan para nabi itu tiadalah menurunkan waris berupa (Emas dan Perak) hanya satu beliau sekalian mewariskan ‘ilmu-‘ilmu bagi orang yang mengambilnya yakni orang yang mempelajari dan mengamalkan sebagian terbesar dari pada pusaka waris itu, masyhudnya : bahwa orang yang mendapat waris itu ialah mereka ber’ilmu dengan Shah Islamnya dan shah Ikhsannya. adapun dikata Haji Islamnya ialah orang yang benar-benar menjalankan segala hukum syare’at Islam dan yang dikata shah Ikhsannya ialah yang bathinnya sepenuhnya berpegang dengan Thoreqatnya yakni benar mengikuti sunah Rasulullah .s .a .w. yang dinamakan (Istiqomah) dengan syare’at Alquran, sebagai mana ditegaskan diterangkan  didalam firman Allah ta’ala
Laqod kana lakum fiirasulillahi huswatun hasanah liman kana yarjullaha walyaumal akhiro dzakarullahukasyiron.

Artinya : sesungguhnya bagi kamu pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik ( ikatan yang utama ) yaitu bagi orang-orang yang mengharap Keridhoan Rahmatullah serta keselamatan dihari kemudian yang mereka itu senantiasa pula mengingat Allah.
.
Dan  firman Allah  :   qul inkuntum   tuhibbunallah  fattabi’uni  yuhbibkumullah  wayaghfirkum dzunubakum (Alimran. 13)

Artinya : katakanlah olehmu (Muhammad) jika kalian mencintai (Allah)  maka ikutilah daku ini niscaya kalian dikasihi Allah dan Allah mengampuni dosa-dosa kalian.

Maka itu yang dapat menerima warits pusaka dari pada rasulullah, ialah mereka yang benar-benar berakhlaq mencontoh pada akhlaq Rasulullah yakni perilaku Tasyauf semata-mata ( telah kita uraikan pada bab-bab yang lalu ),

Tulus = Ikhlas. Karena mencintai Allah dan mengingat Allah terus menerus dalam segala Hal keadaan, dengan perkataan ialah mereka yang bikan saja ahli didalam ilmu dzohir bahkan pun ahli pula didalam ilmu bathin ( Ilmu Ma’rifat )

Menurut pendapat setengah dari pada ahli Shufiyah manakala murid yang Shidiq (menjalankan takholli–tahali) dengan sebenarnya Ikhlas mengerjakan warid-warid Bathiniah, maka dia dapat menerima empat fusaka sebagai warits dari Rasulullah .s .a .w.  yakni fusaka Bathin, yaitu ada empat macam.

1 . Har
2 . Istighroq
3 . Natijah
4 . Bashith

Pertama murid itu mendapat (Har )
Artinya : hangat dengan sebab mengerjakan dzikrullah

Kedua : murid itu mendapat ( Istighroq )
Artinya : karam dalam mengerjakan dzikrullah

Ketiga : murid itu mendapat ( Natijah )
Artinya : terbuka berbagai pandangan mata Hatinya didalam mengerjakan dzikrullah,

Keempat : murid itu mendapat ( Basyith )
Artinya : terhampiri pengenalan yang berkekalan dan senantiasa kekal didalam mengerjakan dzikrullah,

Telah berkata saidina syekh ‘Abdulqodir zaelani r.a Dzarrotun min’amalil qulub khairu kaamsyalil jibali min ‘amalil jawarihi

Artinya : satu butiran debu ‘amal hati itu terlebih baik dari pada seumpama segunung ‘amal anggaota tubuh bangsa dhohir.

Perhatikanlah pula firman Allah : Innama yuwafath-thobiruna ajrohum bighoiri hisab,

Artinya : bahwasanya mereka yang shobar (Amal hati) disempurnakan pahalanya tampa terbilang besarnya.
 dan telah berkata syekh ‘abdul wahab sya’roni dengan mengutif dari pembicaraan syekh ibrohim almatlubi. Seorang waliyullah yang besar dalam negri mesir yaitu :
Wa’kum : annahu layashinu ila hadrotil lillahiyatil illa bidzikri

Artinya :   dan ketahuilah  olehmu bahwasanya   tiada   dapat   sampai   seseorang   sampai   kekhadhirot tuhan hanyalah / melainkan dengan berbanyak-banyak dzikrullah,

Maka itu dengan lain perkataan, bahwasanya dengan melajimkan / mendawamkan dzikrullah seseorang mendapat warits atau pusaka    (bathiniah) dari Nabi s.a.w yang empat macam tersebut tadi yaitu :
1.      Har–artinya : hangat / panas diwaktu mengerjakan dzikrullah (dzikir bathiniah
Maksudnya merasa seolah-olah ia akan hancur (luluh) badannya pada waktu mengrjakan dzikrullah didalam lathifah yang tujuh pun tubuh terasa letih atau lemah, maka tetkala itu hendaklah orang yang mendapat (Har) ini menghentikan mandi dan minum air dingi sekurang-kurangnya (40 menit) supaya jangan padam akan  (Nuur Dzikrullahi) itulah sebabnya bahwa thoreqat annaqsabandiyah ila khororiyah maksudnya : thoreqat pengikis pembakar bagi mengikis dan membakar shifat-shifat yang (madmumah) artinya : yang tercela,

2.      Istighroq – artinya : fana yakni karam didalam mengerjakan dzikrullah dengan  (dzikir bathiniah  yaitu karam didalam ‘alam syahadah maka ada beberapa macam yaitu menurut annasyir yang empat :

1.      Narun ========artinya =======================api
2.      Maun ========artinya ==========================air
3.      Rihun ========artinya ============================angin
4.      Turobun ======artinya ================================tanah

Adapun ‘anashir ===Nar ===api maksudnya bahwa orang yang mengerjakan dzikrullah itu terkadang mengalami perasaan Panas atau Ingat yang tiada dapat dihinggakan
sebagai yang dishifatkan dengan ‘anashir==Nar== api oleh karena itu jangan merasa susah atau berkeluh kesah.
Adapun ‘anashir===Maun====air maksudnya bahwa orang yang mengerjakan dzikrullah itu terkadang mengalami perasaan Dingin kadangkala bersangetan dingin seolah-olah sampai seperti menjadi kaku / beku tubuhnya, itulah apa yang dishifatkan

dengan ‘anashir =Air ===maun.
Adapun  ‘anashir===Rihun===angin maksudnya bahwa orang yang mengerjakan dzikrullah (dzikir bathiniyah) itu terkadang mengalami perasaan Ringan melayang seolah-olah hendak terbang keangkasa (‘alam musyahadah menuju ‘alam malakut), maka tidak bisa dishifatkan bagaimana rasanya kemana atau dimanakah dia. Itulah yang dishifatkan dengan =‘anashir = Rihun ===angin.=

Adapun  ‘anashir===turobun===tanah maksudnya bahwa orang yang mengerjakan dzikrullah (dzikir bathiniyah) itu terkadang mengalami perasaan Berat badannya yaitu jauh lebih berat dari biasanya maka terasa sangat beratnya dia bergerak. maka itulah yang dishifatkan dengan =‘anashir = turobun===tanah =

Ketahuilah sebagaimana telah nasyhur didalam riwayat bahwa tetkala junjunan kitaketika berada didalam (Gua hira dijabal nur) sedang demikian tercengang didalam dzikrullah bathiniyahnya lalu mendapat (Wahyu  yang pertamakalinya) maka beliau sedang mendapat (Istighroq) ‘anashir air yakni rasa dingin yang hebat sehingga beliau memintai kepada istrinya yaitu Siti khodijah .r.a untuk menyelimutinya. maka jukalau seseorang mengerjakan dzikrullah dengan sesungguhnya lalu dia mendapat perasaan-perasaan pengalaman-pengalaman (zhohir maupun bathiniyah) sebagaimana halnya (Istighroq)  itu maka dia telah mendapat (Fadhal Allah) limpah karunia Allah  

 1. Natijah = artinya  : Syamrahnya = buahnya = yang didapat didalam mengerjakan dzikrullah ( dzikir akhfiyan ) seumpama mengalami diantaranya seolah-olah ibarat ia melihat dengan penglihatan bathiniyahnya seakan-akan terbit.     

Matahari = dan =Bulan = atau = Bintang = semacam bercahya-cahya cemerlang gilang gemilang pada sekalian badannya / tubuh jasmanunya yang mana cahya itu lain dari pada yang lain tidak dapat dishifatkan, sebab disitulah ketika itulah Terbukanya dinding yang    meng Hijab yang belum pernah dilihat dan belum pernah didengar sebelumnya bahkan belum pernah dirasainya .

 2 . Bashit=artinya: luas=bagi orang yang mengerjakan dzikrullah akhfiyan jenis tersembunyi yakni terhampiri kepadanya Ni’mat karunia Allah ta’ala yang muthlaq seumpama telah kenal dengan yang maha mempunyai segala–galanya tentu mudahsaja mendapat segala sesuatu, karena orang yang Ma’rifat / telah mengenal Allah menjadilah baginya Thobe’at kebiasaan mengerjakan Dzikrullah baik diwaktu duduk atau berdiri maupun - berbaring  bahkan kata setengah ulama sampe diwaktu tidurnya sekalipun senantiasa berkekalan berkepanjangan tiada berkeputusan mengingat Allah maka dikata bahwa orang yang bekekalan berkepanjangan tiada berkeputusan menjalankan Dzikrullah itu, maka darahnya yang setetes dan dagingnya yang segumpal tulangnya yang delapan karat dan seluruh bulunya serta sekalian uratnya bergerak dengan sendirinya serempak membaca dengan sendirinya dzikrullah = Allah = Allah = Allah langsung tampa dorongan atau bantuan anggota Zhohir lagi, maka orang yang telah
sampai sedemikian adanya Zhohirnya hamba ---akan tetapi Bathinnya Allah sajalah yang mengetahui segala haqeqat.

Hwallahu ya’lamu sirrokum wajahrokum

Artinya :    hanyalah    Allah   yang mengetahui   Rahasia   kalian   maupun yang dinyatakan / diterbukakan kalian.

  Demikianlah keterangan mengenai pusaka yang empat sebagai warits dari pada rasulullah .s.a.w yang terus turun temurun sehingga jaman akhir yang dapa tdiperoleh bagi siapa saja yang benar-benar menjalankan – mengerjakan dzikrullah yakni warid-warid bathiniyah dengan memohon ( sharatnya = rukunnya = dan adabnya ) seperti dengan mengikuti peraturan –peraturan yang telah diturunkan oleh ahlinya didalam thoreqat annaqsabandiyah, maka bagi orang yang telah beroleah limpah karunia Allah itu dengan mengerjakan dzikrullah dari tajalli dzat Allah .s.w.t pada masa itu hilanglah seakan ibarat dan terhapuslah sekalian isyarah yang empat dan laksana Kaku lidahnya dan Pingsanlah hatinya lalu cemerlanglah padanya cahya Maqom ikhsan : qola rasulullah.s.a.w
Lima’allahi waqtun yas’uni fihimalaku muqorobun nabiyyun mursalun

Artinya : untuk aku beserta Allah suatu waktu yang tiada sampai padaku didalam waktu itu Malaikat   yang    Muqorobun    dan tiada pula oleh   Nabi-nabi      yang menjadi    Rasul                                                                                                                            
Dan keterangan pusaka yang empat tersebut hendaknya para murid mengukur diri memeriksa dan meneliti pada diri masing-masing sudah sampai dimanakah tingkatan masing-masing atau sudah samapai ditingkatan kedudukan yang mana lalu sekiranya belum merasai / belum mendapa tsalasatu dari pusaka yang empat macam itu janganlah berkecil hati hanya, pertinggi kesungguhan mengerjakan tugas kewajiban beribadah kepada Allah dan melajimkan dzikrullah serta mau selalu memeriksa dan meneliti diri sendiri kalau-kalau masih ada kekurangan pada syaratnya : = shidiq = ikhlas = beradab

Pon demikian para pemimpin yang sedanga memimpin murid-muridnya perlu sekali mepahamkan dengan teliti apa-apa dari laporan dan pengalaman zhohirnya maipun bathinnya dari pada para murid itu, sudah sampai dimanakah tingkatan tiap2 muridnya itu.
Maka sebenarnya tidak sembarangan yang dekat :
Al’ulamau warotsatul anbiya .
bahasa ulama ( ilmunya ) adalah pewaris para Nabi. tentu mesti ada ciri-ciri bukti.

Tamat

Tidak ada komentar: