Sabtu, 10 Oktober 2015

BAB 19 MUROKOBATU-MASYAHADATU ..LATIN...



BAB KESEMBILAN BELAS

 MUROKOBATU – MASYAHADATU

Sebagaimana telah banyak kita bicarakan yang maksudnya bahwa dikehendaki dengan takholli (membuang sipat-sipat dan perangai yang tercela) dan takholli (mensyuburkan menyapa nyata-nyata perangai yang terpuji) yakni untuk mencapai MA’RIFATULLAH / mengenal Allah, maka mengenal Allah itu pulalah kunci bagi berhampiri kepada Allah MUQOROBUN petunjuk –petunjuk AL-QURAN tentang mukorobah  diantaranya , firman Allah ta’ala :

Waidza saalaka ‘Ibadii ‘Annii fainnii ’Qoriib Ajiibu da’watuda’i idza da’ani  (Al’baqoroh 182)

Artinya : dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang AKU, maka (katakanlah) bahwasanya aku dekat, aku meluruskan permohonanmu orang yang berdo’a apabila ia menyuruhku,

Dan lagi Firmannya  :  Wanahnu  Aqrobu Ilaihi  Minhablilwariid  (Qaf 16),

Artinya : dan kami lebih   dekat  kepada   manusia daripada urat nadinya (Urat Lehernya )

Lagi Firman Allah :     Wahuwa ma’kum   ainama   kuntum.   ( Alhadiid 4 )

Artinya :  dan dzat Allah beserta kamu dimana saja kamu  berada Kamu Dimana.Saja  Begitu pula ditunjukan oleh hadits, bahwa Rasulullah S a w  bersabda.         

Anta’budullaha ka annaka tarohu,

Artinya : bahwasanya engkau menyembah Allah  seolah2 keadaanmu melihat dzatnya.

Dan adalagi daripada ubadatubnish shomoti ada diriwayatkan bahwa Rasulullah s a w bersabda.

Afdholu imanulma’i  an ya’lamu annallaha ma’ahu haitsa kaana.

Artinya : yang utama imannya seseorang bahwa ia mengetahui bahwasanya Allah beserta dia dimana saja dia berada
Muroqobat :

Artinya : menurut  bahasa  adalah ber intai-intaian (rasa menguasa) , sedangkan arti menurut istilah tashauf adalah : keadaan seoarang MEYAKINI SEPENUH HATI bahawa Allah selalu melihat dan menguasa I kita yakni Allah Maha mengatahui SELURUH GERAQ GERIQ KITA bahkan apapun yang terlintas dalam HATI KITA,

Berkata Syekh Kusyairi:

Almurokobatu ‘Ilmul’abdi Biththila’irrobbi Subhaanahu Wata’ala:

Artinya : muqorobatu ialah bahwa hamba tau sepenuhnya Yang Allah itu Melihatnya , dan setengah dari pada Ahli thashauf berkata .
Man   Rokoballahu Fiihawa Thoihi ‘Ashomahullahu Ta’ala Fii Jawarihi.

Artinya : barang siapa yang murokobah dengan Allah dalam hatinya maka Allah akan memeliharanya dari berbuat dosa pada anggauta tubuhnya , dalam suatu qishah terceritakan , bahwa : adalah seorang guru pada suatu hari sedang menguji beberapa muridnya tentang muroqobah,

Maka guru ini lalu memberikan pada tiap-tiap seorang muridnya seekor burung dengan perintah agar tiap murid itu berpencar menyembelih masing-masing berungnya tetapi dengan catatan mesti ditempat yang tiada terlihat oleh seorangpun, maka murid itu lalu berpencar sendiri-sendiri masing-masing mencari tempat yang sunyi dan lagi tersembunyi setelah beberapa saat kemudian para murid itu berangsur kembali datang kepada gurunya sambil menyerahkan masing-masing burungnya yang telah mereka potong KECUALI SEORANG MURID yang termuda membawa burungnya kembali kepada gurunya masih dalam keadaan HIDUP, maka guru serentak menegur  : bagaimana kamu tidak melaksanakan perintah dengan tidak memotong burung itu ? JAWAB MURID : tuan guru menyuruh supaya daku memotong burung ini ditempat yang sepi tidak terlihat oleh siapapun, tetapi saya tidak menemukan tempat demikian   KARENA DIMANA SAJA ALLAH MELIHATNYA, tiada dapat tersembunyi dengan demikian tahulah guru itu bahwa satu ini saja muridnya yang mengerti betul akan arti MUROQOBAh, yakni dia selalu merasa intai dan diawasi oleh Allah dimanapun dia berada.

Begitu bahwa orng yang selalu MUROQOBAH dengan Allah tentu dia tidak suka berbuat dosa lagi dan bershifat lurus Dzohirnya dan Bathinnya, berlainan dengan orang ? MUNAFIQ yang selalu takut diawasi dan diintai orang lain, manakalatidak dilihat orang maka beranilah dia memperbuat dosa ditiap-tiap kesempatan yakni lupa melulu bahwa Allah MELIHAT DIA.

Sebaliknya orang yang tiada MUROQOBAH dengan allah ta’ala, maka dia tidak mempunyai pengawal kepada kebenaran karena pengawalnya adalah  SYAITHONIYAH.

Yang menyertainya kepada berbuat dosa selalu, semagaimana dimaksudkan dengan perkataan seorang syekh al-mursyid :

Arrojaau Yuharrikuka Ilaatho’ati Walkhaufu Yab’iduka ‘Anil maa’ashii Walmurqobatu Tuddika Ilaa Thoriqil Haqoiqi,
Artinya : adapun harap yang baik itu menggerakkan kamu kepada tho’at dan takut  (Akan Allah) menjauhkan kamu dari jalannya Ma’siat dan adapun muroqobah itu membawa kamu kejalan yang benar. 
Tingkatan Muroqobah.

Pada pokoknya tingkatan muriqobah itu ada tiga .
·               1 . Muroqobatul Qolbi
ialah kewaspadaan dan pengingatan kepada HATI agar keluar dari HUDHUR hati   serta Allah .
·               2 . Muroqobatur ruuhi
ialah kewaspadaan dan pengingat kepada RUH  agar tetap selalu merasa berada   dalam pengawasan pengintaian Allah.
·                  3 .  Muroqobatus sirru

      ialah kewaspadaan dan pengingatan terhadap SIR / rahasia agar tetap selalu tetap meningkatkan ‘amal ibadahnya dan memperbaiki adabnya . maka beberapa yang dikenakan oleh para ‘ulama tashauf .:

Painnal Bu’dal ‘Abdi Mir Robbihi Innama Huwa Bisui Adzabihi

Artinya : bahwa sesungguhnya jauhnya seorang hamba dari tuhannya hanya saja karena buruk adabnya / tingkah lakunya ,  ;  Perhatikan  firman  Allah ta’ala didalam hadits qudsi.

 abdij’alni makana hamika akfika kulla hamika makunta bika faanta fii khalali   bu’din wamakunta bii faanta muhalli qorbi fahtar linafsika 

Artinya : hai hambaku jadikanlah aku tempat perhatianmu niscaya aku penuhi pula perhatianmu itu dimana aku ada dengan perhatianmu / kemaunmu maka engkau itu berada jauh dari padaku dan dimana kamu ada karena kehendak aku (Allah) maka engkau itu berada dekat aku maka pilihlah yang terbaik bagi dirimu itulah muroqobah yang dimaksud dengan hadits

painnahu Yaroka

Artinya : Maka sesungguhynya Allah tetap melihat / mengawasi kamu

Masyahadah .

Bahwasanya alat untuk memproleh MA’RIFAT sebagai maqom TERTINGGI  adalah SIIR, maka salasatu perbaikan SIIR ialah MASYAHADAH dan nurul MASYAHADAH itu didalam QOLBU /  HATI, dan tingkatannya adalah :
·                         Pertama :  yang membukakan jalan dekat / berhampiri kepada ALLAH  dengan tanda-tandanya bahwa seseorang telah merasaMUROQOBAH ber     Intai – intaian dengan ALLAH.
·                         Kedua : nampak keadaan ADAMIAH / ketiadaan maksudnya hilangnya segala yang maujud hayalah lebur kedalam WUJUDULLAH / bagi Allah sajalah WUJUD yang haqiqi.  
·                         Ketiga : ternampaknya Dzat Allah yang Maha suci, maksudnya  Seseorang Telah fana sempurna FANAUL KAMILU yakni telah lebur dirinya  dan yang BAQO hanyalah wujudullah semata-mata
Bahwa terjadinya masyahadah adalah ketika terjadinya hanya satu WUJUD ( AHAD ) yakni wujudullah sajalah dan tidak wujud lain disamping Allah.

Kata ahli tashauf :  kaannallaha walaa syaiia ma’ahu wahuwal aana ‘alaa maa’alaihi kana

Artinya : adalah Allah tiada suatupun bersamanya yaitu Allah terhadap keadaan bahwa terjadinya keadaan yang demikian itu adalah bagi seorang yang telah tahqiq benar-benar dalam maqom fana, tidak ada pandangan melainkan hanya pandangan akan Allah yang Maha Esa belaka, maka terjadilah masyahadah, karena wujud haqiqi kekal bagi Allah semata-mata, lenyap wujud lain pada dzat-Nya, sebenarnya masyahadah itu biasanya dapat tercapai dengan mujahadah  sungguh-sungguh ber’amal.
Perihal Tasyauf  Menggariskan:

Man  jayyana   zhohirohu   bilmujahadati   hasanallahu    saroirohu   bilmusyahadati,

Artinya : barang siapa menghiasi lahirnya dengan mujahadah (kesungguhan) niscaya Allah memperbaiki SIR / hatinya dengan masyahadah dan lagi
Al’musyhadtu Hudhurul Haqqi,

Artinya : masyahadah itu adalah kehadiran kepada Allah maksudnya : tingkat masyahadah ini di dahului dengan almukhadhoroh ( kehadiran hati ) beserta Allah. Hudhurul qolbi Artinya : menanjak lagi ketingkat Almukasyafah Artinya : terbuka rahasia . yaitu Lamahjuuba ‘Anna’til ghoibi : Artinya : tiada tertutup dari shifat-shifat ghoib, setelah itu barulah seseorang dapat mencapai tingkat Almusyahadah, yang menurut imam junaed rodiallahu anhum ta’rifnya . 

Almusyahadatu Wujudul Haqqi Ma’a Fuqdanihi,

Artinya : Al-musyahadah itu adalah nampaknya AL-HAQ ta’ala dimana alam perasaan sudah tiada.

Kemudian dikatakan juga : ammal musyahadatu fahiya kasyfa hijabil bilhissi ‘annuril qudsi wakasyfaridaish shauni ‘ani kaoni faanta tusyahidu dzatahu fii ‘alami ‘alakutihi wahuwa yusyahiduka fii’alami mulki . anta tusyahidu rububiyyatahu wahuwa yusyahidu ‘ubudiyyataka. Wamusyahadahu robbi lil ‘abdi hiya ikhothotu ilmihi biahwalihi wasrorihi.

Artinya : Al-musyahadah  itu terbukanya Hijab alam perasan dan pancaran nur yang Maha suci yaitu tersingkapnya Tabir peliharaan alam wujud ketika itu engkau melihat Dzatullah dan alam malakutnya. dan Allah pun melihat kamu dalam alam kekuasaan-Nya dan Allah pun melihat kamu dalamalam kekuasaan-Nya engkau menyaksikan Rahasia ketuhanan-Nya dan Allah pun menyaksikan kehambaanmu / pengabdianmu. Dan penyaksian tuhan terhadap hambanya adalah meliputi ilmunya akan ikhwalnya dan

rahasia hatinya, maksudnya : Allah Maha mengetahui atas segala yang diketahui oleh hambanya, pun apa-apa yang diperbuat dan yang tergores dalam hati hambanya, bahwasanya masyahadah itu pun dapat diperoleh  melalui PINTU YAKIN sebagai mana terkandung sabda Rasulullah s a w
Muutuu  Qoola  Antamuutuu.
                                          
Artinya : Rasakanlah mati sebelum engkau mati

Yang dimaksud dengan kata—MATI—dalam pengartian ini ialah HIDUPNYA HATI, dan tiada sangat KEHIDUPAN HATI melainkan dengan SANGAT MATINYA NAFSU, jadi arti MATI disini adalah sangat MATI NAFSU, dan ini dengan merasakannya, sebagai mana dikatakan oleh syekh abu ma’yam.
 
Man Lam Yamtu Lam Yarolhaq.
       
Artinya : barang siapa merasai mati niscaya ia tidak dapat melihat / menyaksikan masyahadah dengan Al-haqqu ta’ala .

Dan syekh abu ‘abas berkata :
Layadhula‘alaihi min baababni : min babil fanail akbari wahuwal maututhobi’iyyu. Wamin babil fana illahi tu’nihi hadzihits thoifatu,

Artinya : tiada masuk masyahadah dengan Allah kecuali melalui DUA PINTU salahsatu dari pintu itu adalah pintu PANAUL AKBAR yaitulah pintu MATI THOBI’I dan daripada pintu FANA yang mengenakan menurut pengertian ahli tashauf.

Ketahuilah jalan untuk sampai kepada MASYAHADAH dengan Allah dengan cara melalui PINTU MATI dalam pengertian MATINYA NAFSU untuk HIDUPNYA HATI dapat ditempuh pada empat tingkat
 ( 1 )  MATI THOBO’II   ( 2 ) MATI MA’NAWII
( 3 ) MATI SURI    ( 4 ) MATI HISSII

Mati Thobi’ii
Adapun MATI THOBI’I menurut ahli – ahli thoreqat terjadi dengan kaunia Allah pada sangatseorang mujahada menjalankan DZIKIR lathoif dalam lathifatul QOLBI, dan MATI THOBI’I ini merupakan pintu pertama bagi MUSYAHADAH dengan Allah maka dengan limpah karunia Allah dia FANA / lenyap pendengarannya, yang dhohir karena nyaringnya telinga BATHIN mendengar kalimatul ‘ulya –Allah – Allah – Allah pada tingkat ini DZIKIR QOLBU  dimulai dengan HATI  berdzikir kemudian menjalar kesegala INDRA serta jalan / bergerak dengan sendirinya lalu ALAM PERASAAN mulai HILANG itulah MATI THOBI’I,  maka pada sangat – sangat seperti itu AQAL PIKIRAN mulai tidak berjalan lagi melainkan terjadilah sebagai ILHAM yang tiba-tiba NUR ILAHI terbit dalam HATI, muhadhoroh hati beserta Allah, maka telinga BATHINNYA mendengar. 

Innanii annallahu lailaha illa anaa

Artinya : dalam tanjakan – tanjakan bathin inilah seorang selaku yang mujahadah itulah memulai masuk pada PINTU FANA yang pertama yang disebut sebagai
Fanau fiil af’al . dan . tajallai fiil af’al.
Dimana gerak dan diam itu adalah pada Allah.

Qauluhu: Laa faa ‘ila Illallah
Tiada yang berbuat gerak  dan diam hanyalah Allah
Mati Ma’nawii.:
Menurut setengah dari pada ahli thoreqat, bahwa MATI MA’NAWI ini terjadi dengan karunia Allah ta’ala pada saat seorang mujahada melakukan DZIKIR didalam LATHIFATUR RUH, digambarkan pula bahwa terjadinya itu sebagai ILHAM yang tiba-tiba NUR ILAHI terbit dalam HATI yang ketika itu penglihatan secara lahir lenyap.

Terganti MATA BATHIN yang menguasai penglihatan DZIKRULLAH sudah pada tingkat ini semakin meresap terus pada diri yang mana DZKIR sudah menjalar hawanya di sekujur tubuh.

 Termasuk segala bulu roma serentak BERDZIKIR, shifat-shifat keinsanan telah lebur diliputi shifat ketuhanan, maka mujahada tersebut telah memasuki FANAU yang kedua yang dinamakan: FANAU FIISH SHIFATI, shifat kebaharuan dan kekurangan serta alam perasaan lenyap / fana dan yang tinggal adalah shifat TUHAN yang maha sempurna lagi ajali.
Mati suri
BAHWA MATI SURI ini terjadi dengan karunia Allah ta’ala pada saat seorang mujahada melakukan Dzikir didalam lathifatussir pada Dzikir lathoif, maka pada tingkat ketiga ini dia telah masuk PINTU MASYAHADAH dengan Allah dan ketika itu segala keinsanan LENYAP PANA dengan lain perkataan alam wujud gelap dan (ghulmatu) telah ditelan alam ghoib (alam malakut) yang penuh dengan nur cahya serta yang BAQO adalah NURULLAH semata-mata.

nur af’alullah – nur shifatullah – dan nur dzarullah,- nurun ‘ala nuriin, -firman Allah ta’ala : nurun ‘alanuril yahdillahu linurihi may-yasya (annur 35)

Artinya : Di cahya diatas cahya Allah melimpahkan karunianya dengan NUR-NYA kepada siapa-siapa yang dikehendakinya (laa mahmuda illallah) tiada yang terpuji melainkan Allah.
Mati Hissii:
Bahwasanya MATI HISSI terjadi dengan karunia Allah jua pada saat seorang  mujahada melakukan  Dzikir Lathofatul Khofi pada dzikir lathoif, yang pada tingkat keempat ini dia telah sampai ketingakat yang lebih tinggi bagai mencapai maqom MA’RIFAT maka LENYAPLAH / PANA segala shifat – shifat KEINSANAN yang muhaddats (Baru) terganti shifat-shifat TUHAN yang  QODIM AJALI ketika itu menanjaklah BATHIN keinsanan lebur kedalam KEBAQOAN ALLAH yang qodim, manunggal abadi dan MA’BUD dan yang bersangkutan lantas mengalami yang tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinganya, tidak pernah terlintas dalam hati sanubari manusia, tak dapat dishifatkan, akan tetapi yang bersangkutan mengerti sendirinya. Untuk mencapai keadaan seperti musyahadah seperti tersebut diatas adalah dengan mujahadah, karena siapa-siapa menghiasi dirinya DZOHIRNYA dengan mujahadah niscaya Allah mempernaikkan sirnya / hatinya dengan masyahada MANLAM YADUQ LAM YA’RIF artinya : siapa-siapa yang belum merasai tentu ia belum mengenalinya.

Selesai

Tidak ada komentar: