Senin, 09 April 2012

Perihal Niat. tulisan versi arabic & latin

-->
Perihala Niat
Perhatikanlah firman Allah SWT:
×êbûnÆCÛ|ÖbûnÆCÓC×sL
÷Ûüé ûùjÆC øç÷Æ Dú¡ùÇügøÕ øÓC ÷jøMü±÷C üØ÷C øOünùÕøCëûùÙùC üÈø¾
Qul innii umirtu an a’budallaaha mukhlishan lahud-diin (Az-Zumar 11)
Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya aku diperintahkan menyembah Allah dengan ikhlash beragama karena-Nya semata-mata.
Camkanlah sabda Nabi Muhammad saw.:
×êbûnÆCÛ|ÖbûnÆCÓC×sL
è|Ý÷ÙD÷Õ \îùnüÕC ùûÈøÃùÆ ÷DÖû÷ÙùC÷Ü ùODû÷êûùÚÆDùLøÅD÷Öü±÷ËüCDÖû÷ÙùC
ë÷ÆùC øçøP÷nüYùæ÷ºùçùÆüÝør÷mùÓCë÷ÆùC øçøP÷nüYùåüR÷ÙD÷ üÛ÷Ö÷º
D÷æøMüêù¡øé  D÷êüÙøjùÆ øçøP÷nüYùå ÷ØD÷ üÛ÷Õ÷Ü ùçùÆüÝør÷m÷Ü ùÓC
çüê@@@÷ÆùC ÷n@÷XD÷Õ ë|ÆùC øç@øP÷nüYùæ÷º D÷æøcùÃýÚ÷é  \õ÷C÷nüÕùÜ÷C
Innamal-a’malaalu binniyyati, wainnamaa likullimri-in maanawaa, faman kanaat hijratuhu illalaahi warasuulihi fahijratuhu ilallaahi warasuulihi, waman kaanat hijratuhu lidunyaa yushiibuha awimra-atin yankihuha fahijratuhu illaa maa haajara ilaih.
Artinya: Sesungguhnya segala amal perbuatan itu (bergantung) dengan niat. Dan setiap orang akan memperoleh hasil sesuai dengan niat yang dibuhulnya. Maka siapa yang hijrah karena Allah dan Rasulnya, hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrah karena kepentingan dunia atau karena perempuan yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya memperoleh sekedar apa yang di inginkannya.”'''''''''''''''
Ayat di atas mengandung keterangan, bahwa Nabi Muhammad saw diperintahkan Allah untuk menyampaikan kepada manusia supaya hanya mengabdi diri atau beribadah kepada-Nya semata.sedangkan hadits berikutnya mengandung petunjuk, bahwa nilai amal seseorang itu bergantung kepada “Niat” yang dibuhulnya.
Ucapan Rasulullah sebagaimana tersebut mempunyai latar belakang historis, yakni tatkala terjadi “peristiwa hijrah”. Berhijrahlah beliau meninggalkan kota Mekkah ke Madinah demi demi perjuangan Lillah.
Alkisah, tersisiplah suatu peristiwa di dalamnya, adalah seorang pemuda yang menyintai seorang pemui bernama Ummu Qjies yang sehari-hari ipanggil dngan nama “Qielah”. Ia telah bertekad untuk ikut serta hijrah bersama Nabi saw, sedang sang pemuda hasrat bermula untuk tetap tinggal di Mekkah. Namun kiranya dalam suasana :api asmara” itu sang pemudi pernah memajukan syarat, ia bersedia inikahi kelak apabila telah tiba di Madinah. Akhirnya pemuda itu pin turut hijrah pula. Tak lama kemudian ssuah sampai di Madinah keduanya menikahlah.
Dikalangan para shahabat peristiwa yang romantis itu sudahlah menjadi rahasia umum, sehingga paa suatu waktu di antara shahabat bertanya kepada Nabi Muhammad saw, “apakah hijrah yang bermotif demikian itu berpahala atau tidak?’’ beliau menjawab sebagaimana teks hadits tersebut di atas.
Atas dasar kisah ini jelaslah,”niat” adalah intrumen kejiwaan yang melahirkan bentuk-bentuk amal sesuai dengan petikan hati, keridhaan Allahkah yang dituntutnya? Atau sekedar kepuasan dari yang hendak dicapainya?
Jadi dengan keterangan-keterangan ini jelaslah sudah, bahwa yang dikehendaki dengan petikan atau getaran hati bukanlah berbentuk bunyi atau “lafazh”, seperti orang yang berkehendak mengerjakan shalat mesti mengucapkan “ushallii fardhas-shubhi rak’ataini…….” Atau orang hendak berpuasa malam harinya mesti mengucapkan “nawaitu shauma ghadi, dan seterusnya, dan seterusnya…………..
Mengeraskan atau melafazkan seperti itu, namanya proklamasi isi hati, bukan niat.
Ma’na “Niat”
Maka sesuai dengan asalnya, niat terambil dari kata “Niyyatun” artinya menurut lughah (bahasa): sengaja, kehendak hati (Iradat), tujuan hati (Qashad)
 Niat menurut istilah Ulama Syafi’iyah, ialah: “Menyengaja berbuat sesuatu disertai dengan pelaksanaan.”
Perhatikanlah contoh-contoh di bawah ini :
Apabila seseorang mendengar adzan, kmudian teringatlah ia akan datangnya waktu ‘Ashar (misalnya), sadarlah bahwa panggilan Tuhan untuk shalat mesti ditunaikan. Kemudian segeralah ia pergi ke tempat air untuk bersuci; ia mencuci tangan, berkumur-kumur, membasuh muka, kedua tangan, mengusap kepala, membasuh kedua kaki, dan seterusnya, bertasyahud……..teranglah adanya bahwa orang tersebut kita namakan telah “berwudhu”.
Selanjutnya orang tersebut berganti pakaian yang bersih, kemudian mengambil dan menghamparkan sajadah, berdirilah menghadap kiblat…….terang pulalah bahwa ia adalah orang yang mau shalat, bukan yang mau sepakbola/volley /lain-lannya.”
Dengan inbi terang dan gamblang, bahwa “Kemauan Hati, atau kesadaran diri” akan melakukan sesuatu perbuatan (shalat umpamanya), itulah “niat” namanya.
Tamat