Sabtu, 10 Oktober 2015

BAB 17 MA'RIFATULLAH TUJUAN KITA, DAN MA'RIFAT ATAS ILMU YAQIIN, 'AENAL YAQIIN, HAQQUL YAQIIN ..LATIN..



BAB KE TUJUH BELAS :



MA’RIFAT SEBAGAI TUJUAN KITA, DAN MA’RIFAT

ATAS ‘ILMUL YAQIIN -‘AENAL YAQIIN - HAQQUL YAQIIN



Bahwasanya tujuan kita adalah Fana untuk mencapai Ma’rifat adapun pengertian Fana menurut pandangan kejiwaan adalah,          ( mentiadakan diri supayaada ). Dan secra tashauf adalah, leburnya perabaan pada kebaqoan Allah disana perasaan keinsanan lenyap karena telah diliputi diri dengan Alkhaqu ta’ala, maka ketika itu antara diri dengan Allah menjadi manunggal dudalam baqonya tampa ( Hulul ) / berpadu dan tampa ( Istihad ) / bersatu, yaitu dekat, berpisah tiada dua, namun didalam pengertian sebagai mana yang dikatakan oleh syekh ‘abdul karimaljaelani katanya.



Innal ‘abda ‘abdu wainnarrobba robbun layashiru ‘abdu robbaan warobbun ‘abdan.



Artinya : bahwa sesungguhnya Hamba adalah Hamba. Tuhan adalah.Tuhan, tiada mungkin Hamba menjadi Tuhan dan juga tidak mungkin Tuhan menjadi Hamba.



Selanjutnya beliau berkata :

Wa’alamatu hadzalkasni an yafna awalan sirri rububiyyati tsumma yafna an ma’allaqoti shifatihi bimutahaqiqi dzatihi.



Arinya : adapun cirinya (Kasfa) itu ialah : yaitu pfananya seseorang dari pancaran tuhan segala yang mengikuti shifatnya karena tahqiqinya dzatullah. dalam pada itu berkata pula saidina ‘ali ibnu tholib karomallahu wajhah .



Wafii fanaii fana fanaii, wafii fanaii wajadti anta.



Artinya : dan didalam kefanaanku barulah kefaanku .tetapi didalam kefanaanku (Itulah Aku) mendapatkan engkau alkhaq ta’ala.

Perihal tashauf  menerangkan. bahwa pintu fanau itu iyalah :



Dawamu  dzikri.

Artinya : berkekalan berdzikir mengingat Allah



Dawamun niyani

Artinya : berkekalan melupakan selain Allah



Adapun mengenai Ma’rifat, maka telah berkata abi qohar :



Alma’rifatu ‘ala lisanil ‘ulamai  hiyal ‘ilmu fakulla ‘ilmun ma’rifatun wakullun ma’rifatin’ilmun. Wakullun ‘alimin billahi ‘arifun wakulla ‘arifi ‘alimun. 



 Artinya : ma’rifat menurut pendapat ‘ulama ( bukan ahli tashauf ) ialah pengetahuan, maka tiap-tiap ‘ilmu itu ma’rifat dan tiap-tiap ma’rifat itu adalah ‘ilmu dan tiap-tiap orang ‘alim dengan Allah   adalah orang ‘arif dan tiap-tiap orang ‘arif adalah ‘alim  (orang yang berilmu)



Selanjutnya beliau memberikan perincian tentang pengertian Ma;rifat katanya



Faman ‘arofallahu bihi fahuwa ‘arifun ‘alal haqiqoti man ‘arofahu biddalilii fahuwa mutakalimun waman ‘arofahu bitaqliyaai huwa ‘amiyun.



Artinya : barang siapa mengenal allah dengan jalan pertolongan allah, orang itu ‘arif akan allah secara haqiqi (ahli tashauf ) dan barang siapa orang ‘arif dengan secara dalil saja. maka orang itu tergolong pada ahli (mutakalim) ahli ushuludin. dan barang siapa yang akan Allah dengan secara taqlid (mengikuti / menuruti perkataan orang lain tampa mencari dalil) maka orang itu bodoh.

Selanjutnya seorang masuk tashauf dari abad ketiga hijriyah yakni : dunun mikriyah. Mengatakan   pandangannya   tentang   tiga   macam tingkat   pengetahuan tentang tuhan yaitu : Pengetahuan umum :



Tuhan itu   satu ( ahad )  dengan  perantaraan  ucapan ( kalimat syahadat.)

Tuhan itu   satu menurut jalan ‘aqal  pikiran  ( pengetahuan ‘ulama / shufi )

Tuhan itu   satu   dengan   pengenalan  /  penglihatan   ( hati sanubari ). 


Maka pengetahuan menurut pengertian yang (pertama) dan yang (kedua) tersebut (awam) dan ‘ulama sebenarnya belumlah merupakan pengetahuan (haqiqi) tentang tuhan, maka keduanya disebut (‘ilmu) dan bukannya (Ma’rifat)  pengertian yang melandasi pengetahuan yang (ketiga) barulah disebut sebagai Ma’rifat karena telah merupakan pengetahuan (haqiqi) tentang tuhan.



Jelaslah bahwa ma’rifat hanya terdapat pada qaom shufi yang sanggup Melihat Tuhan denga hati sanubarinya, yang adalah karunia / anugrah allah kepada qaom shufi yang benar-benar berjuang dengan hasrat bertemu tuhan, dari sangat cintanya mereka kepada tuhannya,



Ketika dunuun di tanya :



Bima’Aroftu Robbaka?



Artinya : dengan bagimana anda Ma’Rifat / mengenal akan tuhan anda ?



Qola : ‘aroftu robbi bi robbi walaolaka robbii lama ‘aroftu robbii.



Artinya : aku mengenal tuhanku dengan tuhanku dan sekiranya bukan pertolongan tuhanku niscaya aku tidak mengenal tuhanku



Dari kata-kata tersebut tergambar bahwa Ma’rifat tidak diperoleh begitu saja tetapi adalah pemberian dari tuhan, oleh karena itu maka Ma’rifat bukanlah hasil pemikiran manusia tetapi terkandung pada kehendak dan rahmat tuhan, dengan lain perkataan, bahwasanya Ma’rifat adalah pemberian Allah kepada qaom  shufi yang  sanggup  mampu    menerimanya

Setengah dari pada ahli shufiyah menerangkan perihal tiga alat untuk memperoleh Ma’rifat yakni tiga alat dalam tubuh manusia. Yang dipergunakan oleh ahli shufiyah pada umumnya dalam hubungan mereka dengan tuhan :



1 . Qolbu =====================untuk mengetahui shifat tuhan

2 . Ruuh ===================== untuk mencintai tuhan

3 . Sirr    =====================untuk melihat tuhan



Adapun Sirr disini lebih halus daripada Ruuh dan Ruuh adalah lebih halus dari Qolbu dan Qolbu itu. tidak sama dengan jantung karena Qolbu adalah alat untuk ( merasa ) dan pula alat untuk berpikir.

Adapun perbedaan Qolbu dengan ‘Aqal ialah bahwa ‘Aqal tak bisa memperoleh pengetahuan sebenarnya tentang tuhan sedang Qolbu bisa mengetahui haqeqat dari segala yang ada manakala Allah melimpahkan Nuur-nya kepada Qolbu insan seolah-olah Siir bertempat di Ruuh dan Ruuh bertempat di Qolbu dan Sirr timbul serta dapat menerima limpahan rahmat da Allah kalu Qolbu dan Ruuh itu telah suci benar kosong daripada selain Allah, maka pada ketika itu tuhan menurunkan cahyanya kepada orang shufi dan menjadilah yang dilihat orang shufi itupun hanyalah Allah begitulah maka dia telah sampai ketingkat Ma’ifat



Diantara beberapa ta’riif tentang Ma’rifat adalah :

Alma’rifat jazmul qolbi biwuujuudil waajibil maujuudi muttashifan bisaairil kamaalati,

Artinya : ma’rifat itu iyalah ketetapan Hati mempercayai akan wuujudnya dzat yang waajib Wuujuudnya yang bershifat dengan segala kesempuraannya

Al’ma’rifatu syuhuuduhu fiil khairoti wafanaauhu fii haibatin



Artinya : ma’rifat itu nampak didalam keadaan tercengang dan leburnya kita didalam keadaan pingsan (fana), sebagaimana digambarkan didalam peristiwa Nabiyullahu Musa memohon agar dapat melihat Allah.



Qola robbi arinii anzhur ilaika qola lan taroonii walakinizhur ilaljabali faistqorro makanahu fasaufa taroonii, falamma tajalla robbuhu liljabali ja’alahu dakka wakharromuusaa sho’iqon.(Al’Imroon 143) berkata Nabi Musa. 



Artinya : hamba dapat melihat engkau,

Wahai tuhanku nampakanlah dzat kesempurnaan engkau kepada Hamba  Allah berfirman : kamu sekali-kali tidak sanggup melihat  (Aku) tetapi melihatlah kebukit itu, maka jika ia tetap ditempatnya niscaya engkau dapat melihat (Aku), tetkala tuhannya nampak bagi bukit itu maka kejadian itu menjadikan bukit itu Hancur luluh dan Musapun jatuh pingsan. Dari ayat tersebut dapatlah dipetik pengertian melihat Tuhan itu bukan dengan mata kepala.



Firman Allah : latudrikuhul abshoru,



Artinya : allah itu tidak mungkin dilihat dengan penglihatan mata kepala.

2  . Bahwa  ma’rifat  itu  sesungguhnya  adalah   tembusnya   penglihatan   Hati  kepada  Allah.



Firman allah ta’ala : qulinzhuruu maadzaa fiissamawaati wal‘ard.



Artinya :   Lihatlah apa yang sebenarnya yang ada dilangit dan dibumi



3. bahwa senantiasa ruuh itu terhijab dengan rasa keinsanan / insaniyah maka tiada yang dilihat kecuali yang nampak juga. Apabila shifat ruhaniyah lebih berkuasa atas shifat keinsanan. Maka berbalik pandangan (mata) kepala menjadi pandangan (mata hati) artinya : tiada dilihat oleh mata kecuali apa yang dilihat oleh (hati) dalam pada itu penglihatan (mata) yang bershifat kebaharuan                       (muhaddats) lebur dalam penglihatan (hati) yang bershifat keqodiman, maka tentunya tidak dapat bercampur baur dengan qodim.



Setengah daripada ahli tafsir atas ayat :



Waalakininzhur Ilaljabali fainistaqorro makanahu fasaufa taronii.



Artinya : akan tetapi lhatlah kebukit itu maka jika ukit tetap ditempatnya, (niscaya engkau dapat melihat aku) ditapsirkan sebagai mengandung pengertian bahwa tuhan menggantungkan bolehnya (jaiz) terlihat atas tinggal tetapnya. Bukit itu pada tempatnya, Artinya : Allah itu mungkin terlihat pada pada dirinya dan apa-apa yang terkandung atas kemungkinan itu (mungkin hukumnya)   



Lalu atas ayat :

Falammaa tajallaa robbahu liljibali Ja’alahu dakka.

Artinya : (tetkala tuhannya nampak bagi bukit itu) maka kejadian itu menjadikan bukit itu (hancur luluh) Ditapsirkan dengan pengertian : maka bila ada kemungkinan bahwa tuhan itu bisa nampak bagi bukit benda beku itu, bagaimana akan tidak mungkin nampak bagi rasulnya dan para aulianya yang tidak beku itu.



Dan lagi manakala dekat, bahwa sesungguhnya Allah berkata –kata dengan Nabi Musa r.a. dan Nabi Musa mendengar kata-kata Tuhan itu lebih mungkin lagi berarti barang siapa yang sudah mencapai Ma’rifat, maka lenyaplah diri keinsanan (lebur luluh) keadaan kebaqoan Allah ta’ala.



Firman allah ta’ala :kullu man ‘alaiha faani. wayabqo wajhu robbuka dzuljalaali wal ikroom ( Arrohman 26-27 )



Artinya : semua yang Ada dibumi itu akan binasa. dan akan tetap Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebenaran dan kemuliaan.



Selanjutnya falsafah Para ahli tashauf :



Man roal haqqo ta’ala ‘annafsihi waman roa nafsahu habiba ‘anillah.



Artinya : barang siapa yang melihat tuhan niscaya lenyaplah iya dari dirinya dan barang siapa masih melihat dirinya niscaya terhijab dia dari pada Allah….. justru maka pengertian Ma’rifat tiada cukup dengan jalan dalil atau dengan aqal pikiran saja, tetapi Ma’rifat dicapai dengan pertolongan Allah sebagai karunianya.



Ma’rifat atas yaqiin.



Bermula Yaqiin ialah :

2. tindakan bahwa keyaqinan itu adalah suatu ‘ilmu yang tidak sesatkan angan-angan dan tidak dicampuri keragu-raguan.

3. bahwa keyaqinan itu adalah Nuur cahya yang diciptakan oleh Allah didalam

 Hati Sanubari Hambanya sehingga dengan bantuan Yaqinan itu dapat jelas bagian segala perkara yang Ghoib.

Tetkala Shekh al-junaed :



Al’yaqiinu irtifaa’urroibi fii masyhadil ghoibi. al’yaqiinu huwas tiqrorul ‘ilmil ladzii layanqolibu  walaa yahuulu walaa yaghoyyiru fiil qolbi



Artinya : yaqiin itu menghilangkan keraguan pada ketika jelasnya yang ghoib bahwa yaqiin itu ialah ketetapan ‘ilmu yang tidak berputar-putar ( berbalik-balik ) dan tidak terumbang-ambing  serta tidak pula (berubah–rubah), dalam hati.

Tegasnya bahwa yaqiin adalah Kerajaan Qolbu dan dengan keyaqinan itu menjadilah sempurna iman dan yaqiin itu pula kunci untuk sampai pada Ma’rifatullah.



walladzina yu’minuna bima ilaika wamaa unjila min qolbika wabil akhirotihum yuuqinuun. (albaqarah  . 4)



Artinya : mereka yang percaya akan apa-apa yang diturunkan kepadamu (Al-quran) dan apa-apa semua kitab suci. Yang dari sebelum engkau dan mereka itu tidak  meyaqini akan masa akhirat



Bahwa yaqiin itu adalah iman tetapi tidaklah tiap-tiap iman itu adalah yaqiin, karena iman itu kadang-kadang dapat dimasuki Ghoflah / kelalayan padahal yaqiin itu tidak bisa dimasuki kelalayan.

Telah bersabda Rasulullah .s.a.w 



akhwafu maakhofu ‘alaa ummatii dhi’ful yaqiin wadhi’ful yaqiin innama yaqunu min ru’yati ahlil ghoflati wamukholathoti arbabil bitholati walquswati.



Artinya : yang sangat aku takutkan diantara ketakutan terhadap umatku ialah (lemahnya keyaqinan) bahwa lemahnya keyaqinan itu adalah kerena terdorong kepada orng–orang yang lupa agamanya , dan bergaul orang sesat yang bershifat kasar lagi berkepala betu. 



Ma’rifat atas ‘ilmul yaqiin



Firman Allah ta’Ala :

Kalaa lauta’lamuuna ‘ilmal yaqiin( Attakasyur  5 )



Artinya : Janganlah begitu, jika kamu mengetahui ‘ilmu Yaqiin.(mengetahui dengan pengetahuan yang Yaqiin)



Maksudnya pengertian, yang mereka dalam keadaan mencari kebenaran dengan jalan pikiran dahulu misalnya : kita kenal Muhammad bin abdullah itu seorang nabi dan Rasulullah, karena kalimat Syahadat memberi keyaqiinan kepada kita dengan pandangan ‘ilmu bahwa Syaidina Muhammad itu benar adalah pesuruh Allah, meskipun belum dijumpai dengan mata kepala jadi pandangan Ma’rufat dibalik tabir (waroul hijabun) diyaqiini kebenarannya atas dalil-dalil yang dapat diterima oleh ‘aqal pikiran itulah dalam tarap seperti ini dinamakan Ma’rifat dengan ilmul yaqiin, yang menurut ahli-ahli tashauf dinamakan.



ma’rifat dalam tarap : fana-u fiil  af’al : aela fahila illallah .



Artinya : fana dalam tingkat fana dalam af’al (perbuatan) tajalli dalam af’al tegasnya : tiada yang berbuat hanyalah Allah.



Ma’rifat atas ainul yaqiin.



Firman allah ta’ala :

Tsumma latarowunnaha ‘ainal yaqiin (Attakaasyur 7)



Artinya : lagi     benar-benar     kamu   akan   melihatnya   dengan    keyaqinan   mata    kepala.



Pengertian ini mengandung keadaan orang mencari kebenaran dengan demikian  Mata kepala, seumpama kita kenal, Syaidina Muhammad .s.a.w. sebagai Rasulullah bukan sekedar pehabaran / ucapan  orang   saja, tetapi dengan jalan kita telah   membaca Al-quran   dan  kitab hasits tentang ajaran Agama Islam yang disampaikan kepada dunia, yang dengan jalan itu lebih Shobar keyaqiinan kepada kita baik dalam pandangan Zhohir maupun pandangan Bathiniyah.



Bahwa syaidina Muhammad .s.a.w. itu sesungguhnya hanyalh Rasulullah bahkan seorang Saidil mursalin. Inilah Ma’rifat pada tingakat ‘aenul yaqiin oleh para ahli tashauf sebagai Ma’rifat tarap.



fanau fiish-shifati . Tajalli fish-shifati aela hayyu illallah.  Fana dalam shifat  fana  tajalli dalam shifat.



Artinya : tiada yg hidup (yang kuasa yang berkehendak berkata2 ) melainkan hanyalah Allah.



Firman allah :

Wamatasyaauna illa ayyasaa allah ( Al’Insan 30 )



Artinya : dan tiadalah kehendak kamu melainkan kehendak Allah jua adanya



ma’rifat atas haqqul yaqiin.



Firman allah ta’ala :



Innahaadzaa lahuwah Haqqul yaqiin ( Al-Waaqi’Ah 95 )



Artinya : sesungguhnya yang disebut ini adalah benar-benar kenyataan yang benar –benar Haqqul Yaqiin.



Yang ini mengandung pengertian bahwa kita mengenal ilmunya Nabi.s.a.w. (seperti pada perumpamaan diatas) bukan saja sekedar sebab mempelajari ajaran Islam tampa perantara lagi, kita Masyahadah berpandang-pandangan   dengannya, maka   Ma’rifat / pengenalan  pada tarap ketiga ini dinamakan : Ma’rifat atas Haqqul Yaqiin, yang oleh para ahli tashauf dinamakan Ma’rifat maka tarap:

fanau fiidz-dzat tajalli fiidz-dzat, aelamajuda illallah,dalam tarap fana dalam dzat tajalli  dalam dzat,



artinya : tiada yang maujud ( berwujud ) muthlaq hanyalah Allah : maka orang yang telah  sampai disini telah mencapai Kamalul Yaqiin,

üMan lam yadzuq lam ya’rif,



Artinya : barang siapa belum merasa maka ia belum mengenal,

Tidak ada komentar: