Senin, 12 Oktober 2015

BAB : 3 : MEMBINA AKHLAQ KESOPANAN ZHAHIR



BAB : KETIGA
MEMBINA AKHLAQ KESOPANAN ZHAHIR

Bermula dalam rangkaian (takhalli) dan (tahalli) yakni mensuci bersihkan (hati) dari segala shifat yang tercela an menanam suburkan hati dengan shifat yang terpuji. Maka tidak berlebih dilupakan membina (Akhlaq) kesopanan zdahiriyyah menurut ajaran-islam-oleh karena itu sebelum sampai kita pada membicarakan shifat-shifat hati yang mana perlu diberantas dari yang buruk2 dan yang mana perlu disuburkan dari terpuji2 dibawah ini kita bicaakan dari hal perangai dzahirriyyah  dahulu.

1.                     Iman dan Akhlaq : akmalullmukminina imanana ahsanahum khuluqan (alhadits : rawahu ahmad ‘an ibnu hurairah), artinya : orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah-orang yang paling baik akhlaqnya.

2.                     Allah menuntut akhlaq rasulnya : addabbainii rabbii fa-ahsana ta’diibii (alhadits : rawahul…..’an ibn mas’ud), artinya : telah menuntun akan aku oleh tuhanku maka adabku menjadi bagus.

3.                     Melajimkan basmalah : kullu amrin zii balin laayubda ufih bismillahirrahmanirrahiim aqtha’u (alhdits : rawahu ‘abdulqadir rahawi ‘an abii hurairah),= artinya : tiap-tiap perbuatan baik yang tidak melalui dengan basmillahirrahmanirrahiim, putuslah ‘amal itu (tidak berpahala/berkah).

4.                     Bersiwak an kebersihan : assiwaku mathharatu lilfami mardhatun lirabbi wamajlatu lbashari (alhadits : rawahu thabranii ‘an abii ‘abas), = artinya : adalah bersiwak itu membersihkan mulut, allah merihai dan membuka pandangan mata, islam-mengutamakan kebersihan zhahir dan bathin, baik menggosok gigi, tempat tinggal, rumah ‘ibadah, pekaangan, bahkan seluruh lingkungan sebagai contoh, adalah bahwa dengan menjaga agar gigi selalu bersih, hikmatnya tetap terpelihara sehatnya penglihatan, mata, karena  tiap bagian tubuh/itu tubuh kita, itu satu dengan lainnya berhubungan saling mempengaruhi, dalam al-quarn banyak ayat yang menerangkan …..kebersihan itu termasuk pada yang terpuji dan disukai oleh Allah ta’ala. Firman Allah ta’ala :

innallaha yuhibbut-tawabiina wayuhibbul mutathahhiriin (albaqarah-222),=artinya: sesungguhnya Allah suka pada orang-orang yang bertaubat dan suka cinta kepada orang-orang yang membersihkan dirinya (yang memelihara kebersihan)

,dan lagi firman Allah ta’ala : wallahu yuhibbul mutathhiriina (attaubat-108),=artinya : dan Allah mengasihi orang-orang yang bersih, dan lagi : wasiabaka fathahhir (almuddasir-4), =artinya : dan pakaianmu hendaklah kamu bersihkan, dan lagi firmannya

mayuridullahu liyajmal ‘alaikum min haraj walakin yuriidu liyuthahhirakum liyutimma ni’matahu ‘alaikum la’allakum tasykuruuna (almaidah-6), = artinya : tiadalah Allah hendaknya menyulitkan kamu tetapi Allah hendak membrsihkan kamu dan (dengan itu) menyempurnakan ni’matnya bagimu agar kamu bersyukur, didalam hadits yang diriwayatkan dari sitii ‘aisyah r.a, telah bersabda Nabi saw, al-islamu nazhiifun fatanazhafuu, = artinya : islam adalah bersih, maka hendaknya kalian selalu memelihara kebersihan, dari ayat tersebut tersimpul bahwa dengan bersih zhahir dan bathin maka Allah anugrahan barbagi ni’mat seperti kesehatan  dan lingkungan yang baik dan menyenangkan. Setengah daripada min ahli asrari syare’ati berkata : manakala kotor alat-alat tubuh, seumpama ambut, mulut, telinga, kuku, lubang hidung, terutama bagian pusat dan kemaluan, maka akan mendapat kesukaran untuk (khusyu’) dalam ‘ibadah, karena apa yang di’amalkan tiada apat ddituliskannya dikitab ‘amalnya yang kanan, semuanya dikurangi dengan angka-angka kekotoran tubuhnya, dan ada lagi dari golongan mereka berkata : syaitha-ysaithan itu bersarang pada tubuh kita dibagian-dibagian yang kotor2 lembab, parit-parit dan kolam-kolam lempengan-lempengan cekungan-cekungan, hutan-hutan dan belukar tempat berambut bulu hidung-ketiak dan sekitar kemaluan, manakala syaithan sampai dapat bersarang disitu  tentu orang yang punya tubuh itu selalu cendrung berbuat hal-hal yang tercela dan sukar mendapat (khusyu’) atau (ma’rifat), hendaknya selalu bersihlah tibuh itu sehingga tiada berkesempatan syaithan bersinggah apalagi bersarang maka itu : kebersihan adalah menolak syaithan.

5.                     Mendahulukan yang kanan : kana asuula llahi shalallahu ‘alaihi wasallama yu’jibahut-tayamunnu fii tana’ullihi wafii thahuurihi wafii sa-anihi kullihi (rawahul khasanah ‘an ‘aisyah), artinya : = adalah rasulullah saw mendahulukan yang kanan dalam mengenakan sandal, bersisir, bersuci, dan didalam segala hal. Maka didalam kita melakukan atau menuju pada kebaikan hendaklah kita, awali dengan anggautabadan yang kanan seperti memasuki masjid, mushalla, mengambil barang makanan atau memberikan/menyodorkan sesuatu dan sebagainya, sedangakan dalam hal-hal yang dinilai kurang atau tidak baik kerjakanlah dengan enggauta badan yang kiri seumpanya menyapu najis, masuk kejamban, dan sebaiknya, dan pada memakai baju atau celana atau sepatu dahulukanlah yang kanan dan ketika melepaskannya dahulukanlah yang kiri, berlaku juga memotong kuku,
6.                      
7.                     Hati-hati bila kencing :  ittaqulbaula fainnahu awwalu mayuhasibu bihil ‘abdu fiilqabri (alhadits ; rawahu thabranii ‘an abi umamah),= artinya : berhati-hatilah kalian terhadap air kencing, sesungguhnya yang dihitung pertama kali diqubur adalah soal air kencing itulah. Banyak orang meremehkan atau kurang menjaga kesopanan kencing (jorok) pada hal tidak bersih disitu maka wudhunya tidak shah, tentunya shalatnya pun demikian, maka penting sekali keduukan istinja (bercebok) dan janganlah buang qadh hajat ditempat dan secara sembarangan,

8.                     Menyempurnakan wudhu : attamimuul wudhu-a , wailun lil-a’qaabi minannari, (rawahu ibn majah ‘an khalidibn walidi ).= artinya : sempurnakanlah wuhumu, celakalah bagi tumit2 dari api neraka (bila tidak lengkap dibasuh)

9.                     Shalat tiang ‘amal : awwalu mayuhasabu bihil ‘abdu yaumal qiamatish-shalatu fain shaluhat shaluha sa-iru ‘amalihi wain fasadat fasada sa-iru ‘amalihi, (hadits : rawahu thabrani), = artinya : pertama-tama yang dihisab mengenai ‘amal manusia dihari qiamat adalah shalat, apabila shalatnya  baik maka ‘amal lainnya pun menjadi baik dan apabila shalatnya buruk maka seluruh ‘amalannya pun menjai buruk,

10.                 Menyempurnakan ruku’ dan sujud : aswa-annasi sariqatan allahdzii layutimmu ruku’aha walasujudaha (hadits : rawahu ahmad ‘an qatadah),= artinya : seburuk-buruk manusia pencuri ialah orang yang tidak menyempurnakan ruku’nya dan sujudnya. Bahwasanya mencuri itu adalah perbuatan yang sangat jelek, maka pencuri yang paling jahat ialah yang mengurangi ruku’ dan suju, maksudnya tiak (thumaninah) atau tidak terpenuhi syarat dan rukun shalat, mencakup semua kifayah shalat, pun dimaksudkan sebagai pencuri yang jahat yaitu meeka yang mengerjakan shalatnya bukan kaena Allah dan bukan bagi Allah.

11.                 Meluruskan shaf :  sawwu shafuufakum fainna taswiyatash-shafuunii fiitamami lish-shalati (hadits : syaikhana ‘an anas), = artinya : luruskanlah barisanmu!(dalam berjama’ah) kaena lurusnya shaf/barisan itu termasuk menyempurnakan shalat.

12.                 Adab berjama’ah : ama yahsyalladzii yarfa’u ra’sahu qablal-imaami  anyuhawwilallahu shuuratahu shuuratu himarin (hadits : rawahu bukhari muslim ‘an ibn hurairah),= artinya : ingatlah takutlah hendaknya orang-orang yang mengangkat kepalanya mendahului (imam) itu, allah akan merubah rupanya dengan rupa keledai. Kesopanan shalat berjama’ah ma’mum tidak boleh mendahului imam baik tempatnya maupun ….., dan ini pun menggariskan perlunya disiplin yang tegak dalam berjama’ah muslim sebagai keluarga besar.

13.                 Berpakaian : albisuuts-tsiyabal biidha, finnaha athharu waithyabu wakaffinuu  biha mautakum                          (rawahu ahmad ‘an samarah), = artinya : pakailah pakaian yang putih sesungguhnya pakaian putih itu lebih suci, bersih dan lebih baik, kafanilah orang yang mati dengan pakaian itu. Diantara hukumnya pakaian putih ialah mengingatkan kita akan datangnya (mati pasti) dan pakaian putih itu tetap mencorakkan sopan dalam hal keadaan apapun.

14.                 Berpakaian bagus/rapih :  ahsinuu libasakum wa aslihuu rihalakum hatta hakuunuu sya’atan finnaasi, = artinya : berpakaianlah kalian yang bagus /rapih dan baikkanlah tempat tinggal kalian sehingga kalian laksana tahi lalat (indeng2) dihadapan manusia. (menambah keindahan).

15.                 ‘aurat wanita : ya asma-u, innalmar-ata idzabalaghatil mahidha lam yashluh an yuraa illaa hadzaa wahdza, wa asyara ila wajhihi wakaffaihi (rawahu abu daud ‘an ‘aisyah), = artinya : wahai asmau. Sesungguhnya wanita itu bila sudah datang bulan (haidh) tidak pantas terlihat tubuhnya kecuali yang ini dan ini, (sambil beliau menunjukkan muka dan kedua telapak tangannya). Bagi wanita yang sudah ‘aqil baligh wajib menutupi ‘auratnya dengan menutupi anggauta badannya kecuali muka dan telapak tangannya, kata ahli filsafat abu ahan itu tidak akan menjadi sasaran kelalawar manakala buah-buah itu dibungkus rapat-rapat.

16.                 berpakaian yang dilaknat Allah : la’anallahur-rajula yalbisu lubsatal ma-ati walmar-atu talbasu lubsatal rajuli (rawahu abu daud ‘an ibnu hirairah),= artinya : dila’nat Allah orang laki-laki yang memakai pakaian wanita dan juga wanita yang memakai pakaian laki-laki.

17.                  Menyambung rambut : la’anallahul washilata walmustaushilata walwasyimata walmustausyimata (rawahu bukhari muslim ‘an abi hurairah), = artinya : dila’nat Allah orang perempuan yang menyambung rambutnya dan menyuruh disambung dan yang membuat tahi lalat palsu dan yang menyuruh dibuatkan. Diantara ashur-anshur rambut palsu dan indeng-indeng palsu itu adalah (penipuan) dan menipu dalam segala hal terlarqang pada agama.

18.                 Dua golongan yang tidak masuk syurga : shinfani min ahlinnari lam arahuma ba’du : qaumun ma’ahum siyathun ka-adznabil baqari yadhribuuna bihannasa, wanisaa-ukasiyatun ‘ariyatun mumilatun matsilatun ru-usahunna ka-asnimatil bahtil maa-ilati layadkhulnal jannataa walayajidna riimaha layuujadu mimasirati kadza wakadza (rawahu muslim ‘an ibn hurairah), = artinya : dua golongan termasuk ahli neraka, sesudah itu daku tidak tau (1) segolongan manusia yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang dipakai memukul orang-orang. (2) orang wanita yang telanjang menari nari dengan melenggak lenggokan kepalanya seperti pundak sapi, mereka tidak akan masuk syurga dan tidak akan mendapatkan harumnya syurga, sesungguhnya harumnya syurga itu dapat tercium dari jarak sekian sekian. Maksudnya kira-kira orang yang suka mensakiti orang lain dan orang yang suka sengaja mempertontonkan / memamerkan ‘auratnya dan gaya yang dibuat-buat untuk menarik perhatian an nafsu /gairah orang, keduanya ahli neraka.

19.                 Makan bersama :  ijtami’uu ‘alaa tha’amikum wadzkuruusmallahi yubarak lakum fiihi (rawahu ahmad ‘an wa’asyi ibnu harab),= artinya : berkumpullah kamu sekalian atas makananmu dan sebutlah asma-allah niscaya kalian mendapat berekah pada makanan itu. Seyogyanya dalam keluarga muslim dibiasakanlah makan bersama-sama dengan membaca basmalah.

20.                 Bila lupa membaca basmalah : idza akala ahadukum tha’aman falyaqul bismillahi fa-inlasiya fiil-awwali falyaqul : bismillahi fii awwalihi akhiratihi (rawahu abu daud ‘an ‘aisyah) , = artinya : bila salaseorang kamu makan maka bacalah bismillahi, bila engkau lupa membacanya pada permulaan makan maka baca saja bismillahi fii awalihi wa-ikhirihi (dengan asma-allah dipermulaan atau di akhirnya), hadits ini selain menunjukkan agungnya lafazh bamalah pun juga menunjukkah betapa kita disuruh mengingati Allah ta’ala dalam segala keadaan terutama dikala suka dan ni’mat agar dari mengucap lafazh bamillah jiwa kita lantas bersyukur dan hudhur hati serta Allah. 
21.                 ÷ Jangan makan minum dengan tangan kiri : laay’kulanna ahadukum tsimalihi walaa yasrabanna biha, fainnasy-syaithana ya’kulu bitsimalihi wayatsrabu biha (rawahu muslim ‘an ibn ‘umar), = artinya : janganlah seorang pun diantara kamu makan (menyuap) dengan tangan kiri dan jangan pula minum dengan tangan kiri itu, sesungguhnya syaithan makan minum dengan tangan kiri.

22.                 Jangan mencela makanan : maa’aban-nabiyyu shalallahu ‘alaihi wasallama tha’aman quth-thu, kana idzaystahahu akalahu wainkarihahu tarakahu (rawahu ahmad ‘an abi hurairah), = artinya : samasekali tidak pernah mencela makanan bila beliau berselera terhadap makanan itu makanlah beliau, dan bila tidak menyukainya maka beliau meninggalkannya (tidak dimakan).

23.                 Jangan makan sambil bersendiri : lakulu muttakian (rawahu bukhari ‘an abi hujaifah), = artinya : sabda rasulullah saw, saya tidak pernah makan dengan bersendiri , maksudnya makan dan minum itu mesti dengan sikap yang baik dan sopan.

24.                 Dilarang menghembus makanan : idza syariba ahadukum pala yatannafas fiil-ana-i (rawahu bukhari muslim ‘an qatadah), = artinya : manakala seseorang kamu minum maka janganlah menghembus kedalam tempat minum.

25.                 Larangan minum sambil berdiri : nahaa rasulullahi shalallahu ‘alaihi wasallama anyasyrabur-rajulu qiman (rawahu muslim ‘an anas), = artinya : rasulullah melarang seseorang minum sambil berdiri.

26.                 Hal mengambil makanan yang jatuh : innakum laa tadruuna fii ayii tha’amakum albarakatu fa-idza waqa’at luqmatu ahadikum falya’hudha walyumith makana biha min adzaa, walaa yada’ha lisy-syaithani (rawahu muslim ‘an jabar), = artinya : sesungguhnya kalian tiada mengetahui pada makanan yang mana yang ada barakah, maka apabila ada bagian dari sesuapmu jatuh, ambillah dan bersihkanlah kotoran yang ada padanya, jangan kamu tinggalkan makanan yang jatuh itu, kaena menjadilah bagian syaithan.

27.                 Kesopanan duduk : laa tajlisuu bainar-rajulaini illa bi-idznihima (rawahu abu aud ‘an ‘umar waibnu sya’ab), = artinya : janganlah kamu duduk ditengah-tengah dari orang-orang kecuali dengan idzin mereka itu. Mencampuri duduk orang yang sedang duduk-duduk atau bincang-bincang adalah perbuatan yang tidak sopan, karena mengganggu, mestinya tunggulah jika ada keperluan kepada sala seorang dari mereka sampai mereka idzinkan engkau ikut duduk.

28.                 jangan berbisik :  idza kanuu tsalatsatan falayatanajaa itsnani duunast-tsalitsa (rawahu bukhari ‘an ibnu hurairah), = artinya : bila kamu sedang berkumpul tiga orang janganlah kamu berbisik berduaan, meninggalkan orang ketiga. Maksudnya : jika tiga orang duduk jangan bebisik dua orang dengan dengan membiarkan yang satu orang karena itu menyinggung perasaan orang.

29.                 Yang tidak disukai Allah : innallaha kariha lakum tsalatsan, qiila waqala, waidha’atalma-i, wakatsrata ssuwali (rawahu bukhari ‘an mughairah), = artinya : sesungguhnya Allah benci akan kamu pada tiga perkara : banyak omong kosong, berkata ini dan itu, menghambur-hamburkan harta,(bersuka2) dan banyak bertanya (seperti mempersoalkan segala macam).

30.                 Mencaci dan meratapi : itsnaani fiinnasi huma bihim kufrun : ath-tha’nu fiil-ansabi, wanniyyahatu ‘alalmayyiti (rawahu ahma ‘an abi hurairah), = artinya : ada dua erkara apabila beraa pada manusia, dialah kafir, ialah mencela / memaki keturunan dan meratapi orang mati

31.                 Jangan mengadu domba : laa yadkhudhulul jannata qattatun (rawahu bukhari muslim’an hujaifah),= atinya : tidaklah akan masuk syurga orang yang suka mengadu domba.

32.                 kesopanan duduk berkumpul : laa yuksimurrajulurrajula min majlisihi tsumma yajlisu fiihi walakin tafassahuu watawatta’uu (rawahu ‘an abi ‘umar), = artinya : janganlah seseorang menyuruh orang lain bediri ari tempat duduknya lalu dia duduk disitu, tetapi lapangkanlah dan luaskanlah. Adalah sangat tidak sopan tercela menempati orang lain yang sedang berdiri apalagi sengaja menyuruh orang lain berdiri untuk diambil alih tempat duduknya.

33.                 Tergolong pendusta : kafaa bilma-ikadziban ayyuhadditsa bikulli masami’a (rawahu muslim ‘an abi hurairah)., = artinya : cukuplah beralasan seseorang dianggap pendusta apabila ia selalu membicarakan apa-apa saja yang dia dengar. Setiap apa yang kita dengar itu belum tentu yang baik2 seseorang yang suka pada mencerita2kan apa-apa yang dia dengar segala macam orang, acapkali banyak menambah-menambahnya atau mengurangi, maka layaklah orang begitu digolongkan sebagai tukang dusta.

34.                 Kesopanan bertetangga : man kana yu’minu billahi  walyaumil akhiri fala yu’dzijarahu, waman kana yu’minu billahi walyaumilakhiri falyaqul khairan auliyaskut (rawahu bukhari ‘an abi hurairah), = artinya  barangsiapa  yang beriman kepada Allah dan hari ahir maka janganlah mensakiti tetangganya, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka bicaralah yang baik-baik atau diam.

35.                 Kesopanan antar sesama muslim :  khamsun min haqqilmuslimi ‘alalmuslimi, radduttahiyyati, waijabatudda’wati, wasy-syuhudul janazati, wa’iyadatulmaridhi, watastmiitul’athisi idzahamidallaha (rawahu ibnu majah ‘n abi hurairah), = artinya : adalah lima macam kewajiban seseorang muslim terhadap muslim lainnya : ialah menjawab salam dan memenuhi panggilannya (undangan), menghantarkan (menyaksikan) jenazah-berkunjung ketika sakit dan …..ketika berbangkis (bersin) membaca hamdalah (tahmid=alhamdulillah). Qaum muslimin disuruh bersetia kawan, senashib sepenanggungan, dalam keadaan bagaimanapun, sehat atau sakit. Manakala kita berbangkis hendaknya membaca (alhamdulillahi rabbil’alamiina) dan yang mendengar segera menyahut (mendo’akan) yarhamkallahu. Yang berbangkis menyambut : yahdikumullahu. Dan yang mendengar menyahut : wayushlih balakum (semoga membaguskan perilaku anda).

36.                 Kesopanan sewaktu berbangkis : idza ‘athisa ahadukum falyadh’kaffaihi ‘alaa wajhihi walyahfidh mautahu (rawahu hakim ‘an abi hurairah), = artinya : apabila seseorang kamu berbangkis maka letakkanlah kedua telapak tangannya pada mukanya dan direndahkanlah suaranya, maksud menutupi muka dengan telapak tangan yaitu pada bagian mulut dan hidung agar suaranya agak teredam (tidak terlalu nyaring) dan kemungkinan air ludah atau ingus tidak sampai mengganggu orang.

37.                 Orang sombong tidak masuk syurga : laa yadkhululjannata man kana qablihi mitsqala dzarratin min kibri, innallaha jamilun yuhibbuljamala, alkibru batharulhaqqi wafamthunasi (rawahu muslim ‘an ‘abdullah ibnu mas’ud), = artinya : tiada akan massuk syrga orang yang didalam hatinya ada shifat takabur (sombong) walau itu hanya seumpama seberat butir debu, sesungguhnya Allah itu maha elok menyukai keelokan  takabur ia menolak kebenaran dan merendahkan orang lain.

38.                 Munafiq : arba’u man kana fiihi kana muna fiqan khalishan waman kanat fiihi khashlatun minhunna kanat fiihi khashlatun minannifaqi hatta yada’aha idza’tumina khana, waidza haddatsa kaddaba, waidza ‘ahada ghadara, waidza khashama fajara, ( rawahu bukhari muslim ‘an ‘bdullahi bin ‘umar bin ‘asha), = artinya : ada empat perkara : barangsiapa memiliki sebagian dari shifat tersebut berarti dia adalah (munafiq) murni, barangsiapa meninggalkannya, ialah : bila dipercaya menghianat-bila berbicara berdusta-bila berjanji mengingkari- bila bertengkar jahat dia. Orang yang shaleh selalu membuang (empat) shifat tersebut.   

39.                 Hidup musti berseimbang :  laisa bikhairikum mantaraka dunyahu liakhiratihi  walaa akhiratahu lidunyahu hatta yushiiba minhuma jami’an, fainnadunya balaghun ilal akhirati walatakuunuu kalla ‘alannaasi (rawahu ibnu ‘asakar ‘an anas), = artinya : bukanlah menjadi orang yang terbaik dari antara kamu barangsiapa yang meninggalkan dunianya untuk akhiratnya dan yang meninggalkan akhiratnya untuk dunianya, sesungguhnya dunia ini bekal akhirat, dan janganlah kamu menjadi beban manusia lain.

40.                 Hargailah ‘ilmu : fathul ilmi anniyanu wadha’atuhu ayyuhadditsa bihi ghaira ahliha ( rawahu ibnu abii syaibah), = artinya : bahayanya ‘ilmu itu ada dua : melupakannya dan mensia-siakannya, termasuk pada mensia-siakan ilmu ialah membicarakannya dengan yang bukan ahlinya. Lupa itu membahayakan ilmu dan membicarakannya dengan bukan ahlinya itu bahaya karena bisa2 salah menerangkannya, pada orang yang bukan ahlinya.

41.                 Membahayakan agama : fatuddiini tslatsatun : faqiihu fajirun, waimaamun jairun, wamujtahidun jahirun (rawahu dailamii ‘an ibnu ‘abas),= artinya : yang membahayakan agama itu ada (tiga perkara) : (1) orang pandai yang durhaka, (2) pemimpin yang aniaya, (3) pejuang (mujtahidin) yang bodoh.


42.                 Obat hati yang keras/kasar : atuhibbu anyaliina qalbaka watudrika hajataka irhamilyatiima wasma’ ra’sahu wa-at’amhu min tha’amika yalin qalbaka watudrik hajataka ( rawahu thabrani ‘an abi ddarda-i), = artinya : apakah kamu senang agar hatimu menjadi lunak dan terpenuhi kebutuhanmu? Kasih sayangilah (anak yatim) belailah kepalanya dan ajaklah makan bersamamu niscaya hatimu menjadi lunak/lembut dan kebutuhanmu terpenuhi.

43.                 Jagalah diri : uthlubul hawaijubi’izzatil-anfasi fainnal umura tajrii bilmaqadiiri ( rawahu ibnu ‘asakir ‘an ‘abdullah bin mas’ud), = artinya : carilah kebutuhan hidup dengan senantiasa menjaga harga diri, sesungguhnya segala persoalan itu berlaku/berjalan menurut ketentuan. Mencari bekal hidup itu wajib tetapi hendaklah dengan jalan yang baik dimana harga diri dan kehormatannya terpelihara, adapun keberhasilan akan (rizqi) itu sudah tertentu dalam suratan taqdir Allah, maka janganlah memenuhi kebutuhan hidup itu dengan menjatuhkan nilai-nilai harga diri.

44.                 Menghilangkan marah : innalghadhaba minasy-syaithani wainnasy-syaithana khuliqa minannari wainnama tuthfi-annara bilma-ifaidza ghadhiba ahadukum falyatawadh-dha’ (rawahu abu daud), = artinya : sesungguhnya marah itu datangnya dari (syaithan) dan syaithan itu dijadikan dari api, sesungguhnya api itu bisa dipadamkan dengan air, apabila salasatu diantara kamu marah maka segera wudhulah.

45.                 Ditinggalkan orang karena jahatnya : innasy-syarrannasi munjilatan ‘indallahi yaumalqiyamati man tarakahunnasu ittaqa-a fuhsihi (rawahu bukhari muslim ‘an ‘aisyah),= artinya : sesungguhnya manusia yang mendapat tempat tinggal yang paling jelek nanti dihari qiamat ialah orang yang ditinggalkan (dikucilkan) oleh orang2 lain karena ditakuti kejahatannya. Maksudnya : sejahat2nya orang yang jahat manakala manusia tidak ada lagi yang mau mendekatinya karena sudah sama tau akan kejahatannya orang itu.

46.                 Bukan Mukmin : laisalmukminu billazii yasyba’u wajarahu jai’un ilaa jannati (rawahu bukhari), = artinya : tidak disebut mukmin yang dirinya kenyang pada hal tetangga dekatnya menderita kelaparan.

47.                 Waspaa akan atangnya fitnah : badiiru bil-a’malish-shalihati fasatakuunu fitanun kaqitha’illaili nuzhlimi yushbihurrajulu mukminan wayumsii kafiran wayumsii mukminan wayushbihu kafiran yabi’u diinahu bi’aradhin minaddunya (rawahu muslim), = artinya : bersegeralah kalian beramal shalih, kelaq akan datang (musim fitnah) laksana putusannya malam yang gelap gulita, seseorang dipake harinya menjadi mukmin, pada sore harinya menjadi kafir lantaran ia menjual agamanya dengan harta dunia.

48.                 Shifat usil terhadap orang : yabshiru ahadahumulqazata fii’aini akhiihi wayansaljad’a fii’ainihi (rawahu ibnu hiban),= artinya : sesungguhnya dari antara mereka melihat kotoran di mata saudaranya, tetapi dia lupa akan balok berada dimatanya. Ada pepatah bahasa kita : kuman disebrang lautan tampak- gajah dipelupuk mata sendiri tak nampak, itulah kesalahan orang lain diperhatikan bahkan kecilpun dibesar-besarkan padahal kesalahan sendiri yang lebih besar dari kesalahan orang lain tak diperkatikannya, ini termasuk perangai yang tercela sekali.

49.                 orang yang bangkrut /jatuh pailit : afatadaruuna minalmuflisu? Qaluu: almuflisu fiinaman ladirhama lahu walamata’a, faqala : innalmuflisa min ummatii ya’tii yaumal qiamati bishalatin washiamin wazakatin, waya’tii waqadsyatama hadzaa, waqadafa hadza, wa akala mala hadza, wasafaka dama hadza, wadharaba hadza, fayu’thaa hadza min hasanatihi wahadza min hasanatihi, fainfaniat hasanatahu qabla an yuqdhaa ma’alaihi hadza min khathayahum fathurihat ‘alaihi tsumma thuriha finnari ( rawahu muslim ‘an abi hurairah),= artinya : bertanya rasulullah saw, taukah kalian siapakah orang yang (bangkrut) itu? Para shahabat menjawab : orang yang bangkrut itu ialah orang yang tidak ber uang dan tidak berharta, rasulullah saw, bersabda : sesungguhnya orang yang jatuh pailit / bangkrut dari umatku ialah orang yang pada hari qiamah, datang dengan membawa hasil ‘amalan shalat- puasa-dan zakat, disamping itu ialah berdusta mencacimaki ini menuduh itu dan memukul ini, maka ia (yang dinodai) itu menerima dari kebaikannya dan yang lain pun dari hasil kebaikannya pula, apabila hasil kebaikannya itu habis padahal belum selesai memenuhi tuntutan orang yang mempunyai haq menuntut, maka diambillah kesalahan2 orang-orang tersebut kemudian dilemparkan/dibebankan kepadanya, lalu dicampakkan dia itu kedalam neraka.

50.                 Menyuruh orang pada kebaikan tanpa dirinya sendiri menjalankan :  yu’yaa birrajuli yaumalqiamati fayulqaa fiinnari fatandaliqu aqtabu bathnihi fayadhurubiha kama yadhuruuru himaru fiirruha fasayajtami’u ilaihi ahlunnari fayaquuluuna, yafalanu malaka? Alam takun ta’muru bilma’ruufi watanhaa ‘anilmunkar? Fayaquulu : balaa kuntu amuru bilma’ruufi walaa atiihi wa anhaa ‘anilmunkari wa atihi ,= artinya : pada hari qiamah seorang dihadapkan kepengadilan Allah lalu dicampakkan kedalam neraka maka keluarlah usus perutnya sambil berputar-putar dia bagaikan keledai yang berputar-putar mengitari penggilingan. Maka berkerumunlah ali-ahli neraka kepadanya dan bertanya : hai pulan, mengapakah engkau begini? Bukankah engkau (sewaktu didunia) gemar menyuruh pada kebaikan dan mencegah perbuatan munkar? Ia menjawab : benar, aku selalu menganjurkan orang lain untuk berbuat baik tetapi aku sendiri tidak melaksanakannya dan aku mencegah kemunkaran padahal aku suka menjalankannya.
Tamat
Bismillahirrahmanirrahiim
Peringatan
Tahun : banyak malapetaka –kejahatan dan kekacauan : peperangan dan saling serang
Ada gerakan2 rakyat dan pemuda2 berambut lebat, banyak yang menjadi jahat badan terpotong hidung atau kuping, banyak harta rampasan,
Tahun : banyak berawan/mendung-banjir-banjir deras-laut meluap-sampai berserakan-banyak tanah menjadi subur.
Tahun : kesuburan bagi sebagian beruntung mendapat harta dengan mudah, dilain pihak banyak yang kelaparan dan orang-orang kikir dan qaum zandiq (yang menyembunyikan kekufuran) mendadak miskin tidak mendapat penampungan.
Tahun : bencana banjir besar dan gempa bumi, gunung (muzdalifah) berguncang, udara panas menyesakkan, orang-orang pezina celaka.
Tahun : timbulnya wabah penyakit : (kolera) – bisul-gondok-sesak nafas- sakit kerongkongan-perut kembung-penyakit dahaga.…obatnya : susu yang kental… (dengan dipanaskan) – air tawar agak asin (seperti air zazam)-dan tanggal dengan azimat.
Tahun : terbongkarnya harta-harta terpendam dalam tempayan-tempayan besar yang terhanyut dari kuburannya memberikan rizqi yang berkah bagi para penemunya,
Tahun : Allah menurunkan ‘ilmu laduni bagi yang dikehendakinya yakni yang gemar berdu’a.

Hajatan : malam jum’at 14 muharam 1404 H : seluruh bangsa siluman berpesta hari rayanya.


Tidak ada komentar: