Bab ketujuh :
Mandi taubat dan dzikir maut
Seseorang yang
menuntut ilmu thareqat dan telah mengerti ta’rif dan tujuan berthreqat itu,
maka di dalam rangka bersuci dari, setelah selalu bersuci dari najis dan hadats
(yang bangsa zhahir) sebagai bersuci tingkat pertama yang telah diuraikan dalam
(bab ke empat) mengenai (takhalli), tibalah dia sekarang pada tingkat bersuci
dari (dosa) yang bangsa zhahir dan bangsa bathin yang menurut kifayah dalam pan
ilmu thareqat mesti dibersihkan dengan (taubat) dan ‘amal-‘amalan yang
bersangkut dengan (taubat), di antaranya : (mandi taubat), maka itu sebelum
pembicaraan kita sampai pada menerangkan kifayah mandi taubat, terlebih dahulu
ada banyaknya disinggung sekedarnya pokok-pokok dasar kelakuan taubat itu,
sebagai berikut :
1.
taubat itu termasuk (Thagarah ma’nawiya) bersuci dari
najis dan hadats adalah thaharah hassiyyah.
2. taubat
pekerjaan hati, yakni berpokok pada membersihkan hati daripada dosa, niat tidak
akan kembali melakukan dosa karena semata-mata menjungjung tinggi perintah
Allah, bukan dikarenakan malu atau takut pada manusia. Firman Allah ta’ala :
innallaha yuhibbu ttawamiina wayuhibbul
mutathahhiriina (al-baqarah-222)
artinya :
sesungguhnya Allah itu suka dan kasih pada orang-orang yang bertaubat dan suka
serta kasih pada orang-orang yang suka membersihkan diri, dan telah sabda
rasulullah saw,
al-islamu nazhikun fatanadhafuu.
Artinya :
islam itu bersih, hendaknya kamu membersihkan diri.
Firman Allah
ta’ala : warabbuka pakabbir-wasiyabaka
fathahhir (almundatsir-3-4)
Artinya : dan
kepada tuhan hendaklah engkau besarkan (dengan taubat dan dzikir (thaharah
ma’nawiah). Dan pakaian engkau hendaklah dibersihkan (thaharah hasiyyah)
3.
taubat
berarti juga pencegahan, yakni meninggalkan dosa yang dirinya masih mampu
untuk mengerjakannya, seperti : (dosa-fitnah-ria-hasud-dengki-mengumpat-sombong-takabur
dan sepertinya itu).
4.
yang mendorong pada taubat, ada tiga :
1.
ingat akan kejahatan,
2.
ingat akan pedihnya
siksa Allah, dan
3.
ingat akan kelemahan
dan kedunguan diri sendiri.
5.
Syarat taubat ada tiga :
1.
meninggalkan ma’siat
yang dikerjakan itu,
2.
menyesali diri atas
perbuatan me’siat itu,
3.
berjanji,(niat) tidak
akan kembali pada memperbuat dosa itu,
6.
hikmah taubat : ialah
agar supaya beroleh taufiq untuk tha’at sebab banyak dosa itu menyebabkan
tha’at dan malas ‘ibadah dan terutama agar diterima oleh Allah ta’ala ‘ibadah
kita yang sunnah, sebab taubat itu hukumnya wajib, mesti ditunaikan sebelum
melakukan yang sunnah2.
7.
rahasia pentingnya air untuk bersuci dan bertaubat. Firman Allah ta’ala
:
8.
waja’alna
minal ma-i kulla syai-iin hayyin apala yukminuuna (al-anbia-30).
Artinya : dan kami (Allah) telah menjadikan pada tiap-tiap
yang hidup itu dari air, apakah mereka tidak percaya? Dan lagi firmannya :
wayunazzilu ‘alaikum minassa-imaa-anliyuthahhirukum bihi wayudzhiba
‘ankum rijzasy-syaithani waliyarbitha ‘alaa quluubikum wayusabbit bihi ilaqdama
(al-anfal-11)
artinya : dan Allah yang menurunkan atas kamu air dari
langit untuk kamu sucikan diri kamu dengan air itu dan menghilangkan daripada
kamu gangguan syaithan dan untuk ia mengikat hati2 kamu(menahan dari dosa2
keburukan hati) dan meneguhkan dengan air itu telapak2 kakimu (pendirian kamu
dalam agama).
Bermula qasluttaubat : atau mandi taubat itu dikerjakan
pada malam hari, selama (3-4) malam berterut-turut (lebih lama lebih baik)
mulai tengah malam dan pertama-tama pada malam (jumah) dan malam2 berikutnya.
Adapun tempat mandinya mesti tidak beratapi maksudnya udara
terbuka, tidak boleh telanjang badan mesti memakai ttalasan/lapisan, mengapa?
Dalil mandi ditengah malam dibawa udara terbuka mengingat hadits yang ditunkan
dari sayyidina abi hurairah sebagai berikut :
Kana rasuulillahi
saw, ya quulu : aquula : allahummagh-ghsil khatha yaya bilma-i wassalji
walbadri,
Artinya : adalah rasulullah saw, bersabda : aku membaca
du’a : yaa Allah, basuhlah oleh engkau akan semua kesalahan-kesalahanku dengan
air stalju dan embun,
Maka itu bagaimanakah kita yang banyak kesalahan, sedangkan
Nabi saw, ada menjalankan mandi taubat itu, dan jelas di malam hari, sebab
salju dan embun tidak turun di siang hari, yang dimaksud dengan stalju disini
bukannya mesti stalju yang turun dimusim dingin yang hanya terdapat
dibenua-benua dekat kutub bumi, tetapi stalju adalah sejenis embun yang tiap
lewat tengah malam turun dari langit, maka itu juga mandinya diudara terbuka,
sebab nmanakala tempat beratap tentu embun dan stalju tersebut tertahan tidak
berbaur dengan air yang dipake mandi taubat,
Selanjutnya persiapkan terlebih dahulu air yang akan dipake
mandi dalam bejana atau tempat apa saja yang bersih dan banyakan padanya suruh
: baca (al-fatihah 5x/7x) atau lebih
sambil dihadiahkan sekurang-kurangnya kepada : rasulullah saw, para shahabat,
para masyaikhi min ahlis-silsilatil qadariyyati wannaqsabandiyyah khusushnya
assulthanil-aulia syekh ‘abdul qadir jailani- syekh /guru kita yang masih hidup
atau yang selagi hidupnya semasa dengan kita, ibu, bapak kita, dan segenap
arwah umat islam al ahya-iminhum wal-amwat. Maka airnya itu seolah-olah…..(air
bibit)…untuk mandi taubat, yakni buat dituangkan dicampurkan dengan air yang
lebih banyak yang mencukupi buat seluruh mandi taubat nanti.
1.
taubat dari dosa yang
bangsa zhahir (yang diperbuat dengan anggota badan zhahir).
2.
taubat dari dosa yang
bangsa bathin (perbuatan/geraq hati).
3.
taubat dari bangsa
ruuh (nyawa).
4.
taubat dalam arti
mohon terjaga dari memperbuat lagi dosa-dosa zhahir dan dosa-dosa bathin seraya
mohon limpah karunia Allah ta’ala akan dibukakan (hijab yang menghalangi
ma’rifatullah sehingga tiada terdinding yang lagi antara ruhani kita dengan
Allah).
Mandinya menghadap jurusan
(qiblat) sambil berjongkok dengan kaki kiri lebih bertekuk (lebih direndahkan),
mata memandang kelathifatul qalbi, dengan tellafazh niat :
bismillahirrahmanirrahiim.
Nawaitu liridha-illahil ghuslat-taubata ‘an jami-idz-dzunubi zhahiran
wabathinan lillahi ta’ala.
Artinya : seja aku niat mandi taubat daripada sekalian
dosa-dosa yang zhahir dan bathin karena Allah ta’ala.
Tertibnya : mandi yang pertama :
Menghadap air
yang akan dipakai mandi, maka air bibit yang telah dibacai fatihah2 tadi
seperempatnya dicampurkan pada air yang lebih banyak, mitsalnya dalam ember
atau sebangsanya (yang mencukupi buat mandi yang pertama) sambil memohon kepada
Allah ta’ala bahwasanya air ini dijadikanlah air dunya yang suci untuk mandi
taubat dari segala najis dan dosa yang bangsa zhahir yang diperbuat dengan
anggota2 badan dari kepala sampai kaki, sambil : mengguyur membasahi seluruh
tubuh/badan-menggosok-gosok badan sehingga merata terbasahi dengan membaca : astaghfirallahal’azhiim (35x) sambil dalam hati memohon ampunan
Allah atas segala dosa yang doperbuat dengan masing-masing anggauta badan yang
bangsa zhahir beserta memohon disucikan daripada segala najis yang zhahir
(sebelum guyuran pertama-tama, terlebih dahulu hadhirkan syekh /guru kita yang
masih hidup atau yang selagi hidupnya semasa kita dihapan kita sehingga tampak
jelas dalam pandangan ruhanii kita)
Setelah merata
gosoklah badan dan membasahinya, juga telah selesai membaca (istighfar)-nya
diminum sedikit dan ingat bagian rasa air itu : …(manis,
pahit, wangi, atau sebagainya untuk nanti dilaporkan kepada guru sebab itu
bahan penilaian guru untuk mengukur tingkat kebersihan hati murudnya)….selesai
dari guyuran air yang sekaligus ini, lalu membaca surat : (alamnasyrah…..ilah
1x) dengan itu selesailah mandi yang pertama, lalu mempersiapkan mandi yang
kedua : tempat air agak digeserkan sedikit, barulah dilanjutkan :
Mandi yang kedua :
Taubat dari
segala dosa yang bangsa bathiniah. Maka dengan menuangkan/mencampurkan (satu
perempat) bagian yang kedua dari air bibit kepada air yang sudah disediakan
untuk mandi yang kedua, mohonlah kepada Allah ta’ala agar air tersebut
dijadikanlah air (Zamzam) untuk mandi taubat daripada sekalian dosa yang
nbangsa bathinah, yakni memohon di ampuni segala dosa yang terbit dari hawa
nafsu yaitu yang tergerak dari hati yang terpaut didalam lathifah-lathifah yang
tujuh (lathifatul qalbi, lathifatur-ruuh, lathifatul akhafi, lathifatul akhfa,
lathifatun-nafsi ana thiqah, lathifatul kulli jasadi), dengan lafazh niat : …
nawaitu liridha-illahil ghuslat-taubati ‘an
jami’idz-dzunuubi zhahiru wabathinallahi ta’ala…… selanjutnya lakukan
sebagaimana pada mandi pertama tadi, pada bacaannya dan tatacara perbuatannya
sama, hingga dosa selesai, baru dilanjutkan dengan
Mandi yang ketiga :
Taubat dari
segala bangsa rahasia dan nyawa, dengan air yang dicampur (satu seperempat)
bagian air bibit, mohon kepada Allah ta’ala dijadikan air itu air telaga koshar
untuk mandi taubat memohon di ampuni daripada segala dosa-dosa hati, siir, rahasia, dan nyawa sehingga dibersihkanlah diri kita
dari segala bentuk shifat mdzmumah/tercela sambil memohon dikokohkan hati
dengan shifat-shifat mahmudah/yang terpuji, demikian memohon limpah karunia
Allah ta’ala disucikan hati, rahasia, nyawa, sebagaimana telah disucikan oleh
Allah ta’ala akan diri yang mulya rasulullah saw,
Juga cara dan
bacaan sama dengan tinggkat mandi-mandi sebelumnya, lalu dilanjutkan dengan
berikutnya :
Mandi ke empat :
Taubat
daripada hijab. Dengan air yang telah dicampur dengan (satu seperempat) bagian yang ke empat dari air bibit memohon
kepada Allah ta’ala dijadikan air mahfudh yakni air nurullah yang terpelihara
di sisi Allah ta’ala untuk mandi taubat, memohon ampunan Allah terbukalah
hijab/dinding yang antara ruhani kita dengan allah.
Adapun tatacara dan bacaan
seperti perbuatan pada mandi-mandi sebelumnya juga
Lalu
badan jangan dikeringkan dengan kain-biarkan kering dengan sendirinya- sambil
menunggu badan kering baca banyak-banyak (astghfirullah wa atuubu ilah.
|
Maka selesai
mandi ke empat-empatnya, kemudian berpakaian (dengan…..) utamanya dengan
pakaian ihram haji atau dengan yang serba putih bersih lalu masuk pada tempat
shalat atau tempat khalwat, untuk menjalankan :
Rabathah qubur.
Pertama
rabathah qubur itu disebut juga : dzikrulmauti (mengingati mati) yakni menjalankan perintah :…muutuu qabla an tamuutuu….(hadits) artinya : tasailah mati sebelum
kalian mati.
Secara ilmiah
seseorang akan lebih bersungguh-sungguh bertaubatmanakala dia tidak melupakan
bahwa dirinya akan mati dan akan dihidupkan pada perhitungan ‘amal baik buruk,
jasa dan dosa tidak ada yang terluput,
terbanding yang dengan taubat ashal begitu saja, terlebih-lebih orang bertaubat
sambil merasai mati tentu benar-benar taubatnya dapat sempurna.
Bagaimana
hukumnya menjalankan dzikrul maut atau rabathah qubur ini? Jawabannya
perhatikan oleh kita marad daripada firman allah ta’ala di dalam al-quranul karim….
innallahashthafa lakumuddiina fala
tamutunna illa wa-antum muslimuuna (al-baqarah-123)
Artinya :
sesungguhnya Allah telah memilihkan bagi kalian agama (islam) ini, maka bangunlah kamu mati kecuali dalam kedudukan (islam) yang benar-maka rahasia yang
kita ambil dari ayat ini adalah : boleh saja kalian tidak memerlukan merasai
mati (tidak dimestikan thareqat dengan kifayah rabathah qubur atau dzikrul
maut) hanya kalau kalian betul-betul sudah sampai pada tingkat muslim yang haq,
yang ‘arafu billah, yang mukasyafah, yang masyahadah, kiranya kita tidak berani
menilai derajat diri sidah setinggi itu, bukan?.....
Abuu ‘abas r.a
berkata : laa yadkhula ‘alaallahi illa
min baabilfana-il-akbari wahuwal maututh-thabi’iyyu.
Artinya :
tidak ada jalan masuk/masyahadah dengan allah kecuali melaui dua pintu : salah satu daripada itu ialah (fana-ul akbaru) yaitu (mati thabi’i)
Bagaimana
orang akan mengenal (mati) manakala belum pernah merasakannya, sebab qaidah
berlaku :
man lam yadzuq lam ya’rif.
Artinya :
barangsiapa tidak merasai ia belum dapat mengenalnya. Berarti : apa lagi dengan
mengingatinya.
Qaidah
: setelah berada ditempat shalat atau tempat khalwat ba’daselesainya dari
melaksanakan mandi taubat yang (4) tingkat itu mulailah terlebih dahulu shalat
sunah wudhu (2) raka’at (1) salam. Kemudian shalat hajat bagi mengingat (mati)
dengan telafzh niat seumpama :
Ushalli liridha-illahi shalatalhajati
lidzikrilmauti rak’ataini lillahi ta’ala.
Pada raka’at
pertama ba’da fatihah dibaca surat al-kafiruuna dan raka’at kedua ba’da fatihah
dibaca surat Al-Ikhlash, lalu setelah selesai salam, sanbil duduk itu takbitul
iharam dengan niat munajat kepada Allah-karena Allah dan setelah terasa menetap
(Khusyu’) terus takbir dan sujud, dalam sujud mana membaca (1) shalawat (10x)
(2) tasbihul kamal (10x) (3) ayat hasanah (10x)
rabbana atina fiddunya hasanah
wafil-akhirati hasanatawwaqina ‘adzabannar (10x) kemudian takbir bangun
dari sujud, duduk dan memberi lagi salam kekanan dan kiri.
Terlebih baik
apabila sebelum shalat sunah hajat, juga shalat taubat sekurang-kurangnya (2) raka’at yaitu setelah selesai shalat
sunah wudhu tersebut di atas. Setelah itu duduk (tawaruk) dari kekanan kekiri
dan membaca (fatihah) yang dihadiahkan sebagaimana seperti waktu membacakan air
(bibit) untuk mandi taubat- hadirkan seperti syekhul mursyid (baca pada
rubathah 5) sambil membaca :
Yaa ayyuhal ldziina amanuushbiruu washabiru
warabithuu wattaqullaha la’allakum tuflihuuna (al-imran)
Artinya :
Wahai sekalian orang-orang beriman bersabarlah kalian dan tekunlah keshabaranmu
dan tetap siapaga dan bertaqwalah kepada Allah, tentu kalian beruntung.
Kemudian
mengucap…(Istghfar) sekurang-kurangnya dengan lafazh, Astghfirullahal (70x)
disertai didalam hati mohon diampunkan segala dosa yang zhahir dosa tubuh
seperti dosa (ua mata-dua telinga-mulut-hidung-dua tangan-dua kaki-perut dan
kemaluan) adapun juga dosa yang bathin yakni yang ada pada semua lathifah kita.
Setelah itu ditutup dengan membaca surat
(alamnasyrah 1x).
Mulailah
berdzikir dengan kalimah nafi itsbat…Laa ilaha illa illallah 7x…dengan lisan,
maka barulah dua mata dipejamkan, bibir dan gigi dirapatkan dan lidah ujungnya
ditekuk ke atas ditekan pada langit-langit mulut-dan semua anggota badan
dilemahkan-kemudian hadhirkan dihadapan hati kita guru yang meminpin kita (guru
mursyid), setelah itu mulailah didalam hati menggerakkan dzikir dengan membaca
terlebih dahulu :
Ilahi anta maqshudii waridhaka mathlubii
a’thinii muhibbataka wama’rifataka birahmatika ya arhamarrahimiina.
Wahai tuhanku,
engkaulah yang hamba maksud dan ridhamu yang hamba cari curahkanlah akan hamba
kasihmu dan ma’rifatmu diteruskan berdzkir didalam hati kita (lathif) kalimatul
ulya…Allah,Allah, Allah….dengan secepatnya mungkin sampai sekurang-kurangnya
satu nafas dapat (25x) sampai (200x) sekali masuk nafas, tekan nafas-keluar
nafas kemudian ditingkatkan dzikir itu sambil menjalankan-rabathah qubur- yakni
sambil berfikir didalam hati dari masa ‘alam dunia hingga ‘alam akhirat yaitu
seolah-olah kita orang yang (mati) : direnungkan, dibayangkan dirasakan betapa
mayat kita dijenguk orang-dimandikan orang-diwudhukan orang-dikafankan
orang-disembahyangkan orang-digotong orang-menuju quburan kita-lalu diturunkan
dan dibaringkan didalam lubang lahat (maka baringkanlah badan kita kala mayat:
kepala disebelah utara melonjor kaki sebelah selatan-wajah muka menghadap
qiblat artinya badan miring-terus berkekalan hudhur hati serta Allah,
dzikrullah……lalu bangunlah akan keatangan dua petugas Allah (malaikat) munkar
dan nakir untuk mensual kepada kita : man rabbuka? Waman nabiyyuka? Wama
imamuka?wama qiblatuka? Bayangkan : luluskah kita menjawabnya? Kemudian rasai
seolah-olah akan telah berdiri qiyamat engan segala huru haranya-dilapangan
‘alam mahsyar hingga ‘alam akhirat- dan kita bayangkan diri kita seakan-akan
berhadapan padatitiyan shirathal mustaqiim sambil kita berpikir betul2 apakah
dapat kita menjadi ahli jannah jangan-jangan pula tiada pantas menjadi diri
ahli jannah, karena kita orang yang banyak lalai-banyak dosa-masih berat paa
dunia terbanding berat pada akhirat- maka bagaimana kita dimasukkan dalam ‘alam
neraka yang dahsyat itu.
Dengan di
atasnya matahari dan api dunia saja kita sudah tidak tahan : tidak kuat,
apalagi ini dengan panasnya neraka jahanam. Tentu timbul rasa sambil yang
mendalam, terlihat, sesal yang menambah derita saj, mengapa selama ini
menghamburkan waktu hidup dengan selalu tersia-sia yang penuh dosa, mengumbar
hawa nafsu belaka.
Maka hidup
kita kembali beserta apakah kiranya? Kembali kita tidak ada dosa memberi
keselamatan dunia dan akhirat selain Allah semata-mata, kini sadarkah betapa
sebenarnya kita pakir akan Allah, kita teramat butuh pertolongannya, jadinya :
dekatilah Allah ! cinta cintaila ! agar selalu kita rindukan Allah, tentulah
senantiasa beserta Allah zhahir bathin, itulah dirasai sebagai satu2nya keadaan
yang pasti membawa pada ! keselamatan dunia akhirat, mengingati Allah-muraqabah
kekhadhirat Allah sebagaimana yang dimaksud dengan ta’rifnya thareqat
annaqsabandiyyah adanya.
Qalallahu
subhanahu wata’ala :
Watuzarraduu fainna khairaz-zadit-taquuni
ya-ulil-albab (al-baqarah-197)
Artinya :
berbekalah kalian sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan taqwalah
kepada kami wahai orang-orang yang berakal-dan lagi mengenai thareqat serta
rabathah mursyid tersimpul :
Yaa ayyuhalladziina amanuut-taqullaha wabtaghuu
ilaihilwasiilau (alma-idah-35)
Artinya :
wahai segala orang yang beriman taqwalah kepada Allah dan carilah kepadanya
jalan wasilah. Setelah semua itu selesai dzikirkan sampai disitu maka terus
kita dzikir ismudz-dzat sampai tertidur , dimana tidur istiharah namanya (tidur
meminta kebaikan) tetap dalam kea-daan berbaring lurus, miring menghadap qiblat
seperti sebagaimana mayat dalam lubang qubur.
Semoga dalam
tidur ini beroleh limpah karunia rahmat Allah memperoleh petunjuk hidayah.
Ingat dan
perhatikan dan dirasakan firman Allah ta’ala :
Walillahil masyriqu walmaghribu, fa-ainama
tuwallau fatsamma wajhullahi, innallaha wasi’uln ‘aliimu (albaqarah-115)
Artinya : dan
bagi Allah (milik Allah) timur dan
barat, maka kemanapun kalian menghadap disitulah wajah Allah (Dzat Allah) sesungguhnya Allah maha
luas lagi maha mengetahui dan diterangkan oleh masya-ikhi :
fa’lam annadz-dzata ‘ibaratun ‘amman kanatil lathiifatul
ilahiyahtu, idza tajalla ‘alaa’abdihi wa-afnahu ‘an nafsihi qama
fiihillathiifatu ilahiyahtu.
Artinya : kita
mulailah bahwa dzat itu adalah ‘ibarat dimana bertempat karunia ketuhanan,
manakala Allah berkehendak tajalli atas hambanya maka difanakan hamba itu dari
dirinya, maka bertempatlah padanya karunia ketuhanan.
Wallahu ‘alam
bish-shawab
tamat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar