Senin, 12 Oktober 2015

Bab ; 7 : Mandi taubat dan dzikir maut



Bab ketujuh :
Mandi taubat dan dzikir maut

Seseorang yang menuntut ilmu thareqat dan telah mengerti ta’rif dan tujuan berthreqat itu, maka di dalam rangka bersuci dari, setelah selalu bersuci dari najis dan hadats (yang bangsa zhahir) sebagai bersuci tingkat pertama yang telah diuraikan dalam (bab ke empat) mengenai (takhalli), tibalah dia sekarang pada tingkat bersuci dari (dosa) yang bangsa zhahir dan bangsa bathin yang menurut kifayah dalam pan ilmu thareqat mesti dibersihkan dengan (taubat) dan ‘amal-‘amalan yang bersangkut dengan (taubat), di antaranya : (mandi taubat), maka itu sebelum pembicaraan kita sampai pada menerangkan kifayah mandi taubat, terlebih dahulu ada banyaknya disinggung sekedarnya pokok-pokok dasar kelakuan taubat itu, sebagai berikut :
1.      taubat itu termasuk (Thagarah ma’nawiya) bersuci dari najis dan hadats adalah thaharah hassiyyah.
2.      taubat pekerjaan hati, yakni berpokok pada membersihkan hati daripada dosa, niat tidak akan kembali melakukan dosa karena semata-mata menjungjung tinggi perintah Allah, bukan dikarenakan malu atau takut pada manusia. Firman Allah ta’ala :

 innallaha yuhibbu ttawamiina wayuhibbul mutathahhiriina (al-baqarah-222)

artinya : sesungguhnya Allah itu suka dan kasih pada orang-orang yang bertaubat dan suka serta kasih pada orang-orang yang suka membersihkan diri, dan telah sabda rasulullah saw,
al-islamu nazhikun fatanadhafuu.

Artinya : islam itu bersih, hendaknya kamu membersihkan diri.

Firman Allah ta’ala : warabbuka pakabbir-wasiyabaka fathahhir (almundatsir-3-4)

Artinya : dan kepada tuhan hendaklah engkau besarkan (dengan taubat dan dzikir (thaharah ma’nawiah). Dan pakaian engkau hendaklah dibersihkan (thaharah hasiyyah)
3.      taubat berarti juga pencegahan, yakni meninggalkan dosa yang dirinya masih mampu untuk mengerjakannya, seperti : (dosa-fitnah-ria-hasud-dengki-mengumpat-sombong-takabur dan sepertinya itu).
4.      yang mendorong pada taubat, ada tiga :
1.      ingat akan kejahatan,
2.      ingat akan pedihnya siksa Allah, dan
3.      ingat akan kelemahan dan kedunguan diri sendiri.

5.      Syarat taubat ada tiga :
1.      meninggalkan ma’siat yang dikerjakan itu,
2.      menyesali diri atas perbuatan me’siat itu,
3.      berjanji,(niat) tidak akan kembali pada memperbuat dosa itu,
6.      hikmah taubat : ialah agar supaya beroleh taufiq untuk tha’at sebab banyak dosa itu menyebabkan tha’at dan malas ‘ibadah dan terutama agar diterima oleh Allah ta’ala ‘ibadah kita yang sunnah, sebab taubat itu hukumnya wajib, mesti ditunaikan sebelum melakukan yang sunnah2.
7.      rahasia pentingnya air untuk bersuci dan bertaubat. Firman Allah ta’ala :


8.       waja’alna minal ma-i kulla syai-iin hayyin apala yukminuuna (al-anbia-30).

Artinya : dan kami (Allah) telah menjadikan pada tiap-tiap yang hidup itu dari air, apakah mereka tidak percaya? Dan lagi firmannya :

 wayunazzilu ‘alaikum minassa-imaa-anliyuthahhirukum bihi wayudzhiba ‘ankum rijzasy-syaithani waliyarbitha ‘alaa quluubikum wayusabbit bihi ilaqdama (al-anfal-11)

artinya : dan Allah yang menurunkan atas kamu air dari langit untuk kamu sucikan diri kamu dengan air itu dan menghilangkan daripada kamu gangguan syaithan dan untuk ia mengikat hati2 kamu(menahan dari dosa2 keburukan hati) dan meneguhkan dengan air itu telapak2 kakimu (pendirian kamu dalam agama).

Bermula qasluttaubat : atau mandi taubat itu dikerjakan pada malam hari, selama (3-4) malam berterut-turut (lebih lama lebih baik) mulai tengah malam dan pertama-tama pada malam (jumah) dan malam2 berikutnya.
Adapun tempat mandinya mesti tidak beratapi maksudnya udara terbuka, tidak boleh telanjang badan mesti memakai ttalasan/lapisan, mengapa? Dalil mandi ditengah malam dibawa udara terbuka mengingat hadits yang ditunkan dari sayyidina abi hurairah sebagai berikut :

Kana rasuulillahi saw, ya quulu : aquula : allahummagh-ghsil khatha yaya bilma-i wassalji walbadri,

Artinya : adalah rasulullah saw, bersabda : aku membaca du’a : yaa Allah, basuhlah oleh engkau akan semua kesalahan-kesalahanku dengan air stalju dan embun,
Maka itu bagaimanakah kita yang banyak kesalahan, sedangkan Nabi saw, ada menjalankan mandi taubat itu, dan jelas di malam hari, sebab salju dan embun tidak turun di siang hari, yang dimaksud dengan stalju disini bukannya mesti stalju yang turun dimusim dingin yang hanya terdapat dibenua-benua dekat kutub bumi, tetapi stalju adalah sejenis embun yang tiap lewat tengah malam turun dari langit, maka itu juga mandinya diudara terbuka, sebab nmanakala tempat beratap tentu embun dan stalju tersebut tertahan tidak berbaur dengan air yang dipake mandi taubat,
Selanjutnya persiapkan terlebih dahulu air yang akan dipake mandi dalam bejana atau tempat apa saja yang bersih dan banyakan padanya suruh : baca (al-fatihah 5x/7x) atau lebih sambil dihadiahkan sekurang-kurangnya kepada : rasulullah saw, para shahabat, para masyaikhi min ahlis-silsilatil qadariyyati wannaqsabandiyyah khusushnya assulthanil-aulia syekh ‘abdul qadir jailani- syekh /guru kita yang masih hidup atau yang selagi hidupnya semasa dengan kita, ibu, bapak kita, dan segenap arwah umat islam al ahya-iminhum wal-amwat. Maka airnya itu seolah-olah…..(air bibit)…untuk mandi taubat, yakni buat dituangkan dicampurkan dengan air yang lebih banyak yang mencukupi buat seluruh mandi taubat nanti.

1.      taubat dari dosa yang bangsa zhahir (yang diperbuat dengan anggota badan zhahir).
2.      taubat dari dosa yang bangsa bathin (perbuatan/geraq hati).
3.      taubat dari bangsa ruuh (nyawa).
4.      taubat dalam arti mohon terjaga dari memperbuat lagi dosa-dosa zhahir dan dosa-dosa bathin seraya mohon limpah karunia Allah ta’ala akan dibukakan (hijab yang menghalangi ma’rifatullah sehingga tiada terdinding yang lagi antara ruhani kita dengan Allah).

Mandinya menghadap jurusan (qiblat) sambil berjongkok dengan kaki kiri lebih bertekuk (lebih direndahkan), mata memandang kelathifatul qalbi, dengan tellafazh niat :

bismillahirrahmanirrahiim. Nawaitu liridha-illahil ghuslat-taubata ‘an jami-idz-dzunubi zhahiran wabathinan lillahi ta’ala.

Artinya : seja aku niat mandi taubat daripada sekalian dosa-dosa yang zhahir dan bathin karena Allah ta’ala.

Tertibnya : mandi yang pertama :
Menghadap air yang akan dipakai mandi, maka air bibit yang telah dibacai fatihah2 tadi seperempatnya dicampurkan pada air yang lebih banyak, mitsalnya dalam ember atau sebangsanya (yang mencukupi buat mandi yang pertama) sambil memohon kepada Allah ta’ala bahwasanya air ini dijadikanlah air dunya yang suci untuk mandi taubat dari segala najis dan dosa yang bangsa zhahir yang diperbuat dengan anggota2 badan dari kepala sampai kaki, sambil : mengguyur membasahi seluruh tubuh/badan-menggosok-gosok badan sehingga merata terbasahi dengan membaca : astaghfirallahal’azhiim (35x) sambil dalam hati memohon ampunan Allah atas segala dosa yang doperbuat dengan masing-masing anggauta badan yang bangsa zhahir beserta memohon disucikan daripada segala najis yang zhahir (sebelum guyuran pertama-tama, terlebih dahulu hadhirkan syekh /guru kita yang masih hidup atau yang selagi hidupnya semasa kita dihapan kita sehingga tampak jelas dalam pandangan ruhanii kita)
Setelah merata gosoklah badan dan membasahinya, juga telah selesai membaca (istighfar)-nya diminum sedikit dan ingat bagian rasa air itu : …(manis, pahit, wangi, atau sebagainya untuk nanti dilaporkan kepada guru sebab itu bahan penilaian guru untuk mengukur tingkat kebersihan hati murudnya)….selesai dari guyuran air yang sekaligus ini, lalu membaca surat : (alamnasyrah…..ilah 1x) dengan itu selesailah mandi yang pertama, lalu mempersiapkan mandi yang kedua : tempat air agak digeserkan sedikit, barulah dilanjutkan :

Mandi yang kedua :
Taubat dari segala dosa yang bangsa bathiniah. Maka dengan menuangkan/mencampurkan (satu perempat) bagian yang kedua dari air bibit kepada air yang sudah disediakan untuk mandi yang kedua, mohonlah kepada Allah ta’ala agar air tersebut dijadikanlah air (Zamzam) untuk mandi taubat daripada sekalian dosa yang nbangsa bathinah, yakni memohon di ampuni segala dosa yang terbit dari hawa nafsu yaitu yang tergerak dari hati yang terpaut didalam lathifah-lathifah yang tujuh (lathifatul qalbi, lathifatur-ruuh, lathifatul akhafi, lathifatul akhfa, lathifatun-nafsi ana thiqah, lathifatul kulli jasadi), dengan lafazh niat : …

nawaitu liridha-illahil ghuslat-taubati ‘an jami’idz-dzunuubi zhahiru wabathinallahi ta’ala…… selanjutnya lakukan sebagaimana pada mandi pertama tadi, pada bacaannya dan tatacara perbuatannya sama, hingga dosa selesai, baru dilanjutkan dengan

Mandi yang ketiga :
Taubat dari segala bangsa rahasia dan nyawa, dengan air yang dicampur (satu seperempat) bagian air bibit, mohon kepada Allah ta’ala dijadikan air itu air telaga koshar untuk mandi taubat memohon di ampuni daripada segala dosa-dosa hati, siir, rahasia, dan nyawa sehingga dibersihkanlah diri kita dari segala bentuk shifat mdzmumah/tercela sambil memohon dikokohkan hati dengan shifat-shifat mahmudah/yang terpuji, demikian memohon limpah karunia Allah ta’ala disucikan hati, rahasia, nyawa, sebagaimana telah disucikan oleh Allah ta’ala akan diri yang mulya rasulullah saw,
Juga cara dan bacaan sama dengan tinggkat mandi-mandi sebelumnya, lalu dilanjutkan dengan berikutnya :

Mandi ke empat :
Taubat daripada hijab. Dengan air yang telah dicampur dengan (satu seperempat) bagian yang ke empat dari air bibit memohon kepada Allah ta’ala dijadikan air mahfudh yakni air nurullah yang terpelihara di sisi Allah ta’ala untuk mandi taubat, memohon ampunan Allah terbukalah hijab/dinding yang antara ruhani kita dengan allah.

Adapun tatacara dan bacaan seperti perbuatan pada mandi-mandi sebelumnya juga
Lalu badan jangan dikeringkan dengan kain-biarkan kering dengan sendirinya- sambil menunggu badan kering baca banyak-banyak (astghfirullah wa atuubu ilah.
Maka selesai mandi ke empat-empatnya, kemudian berpakaian (dengan…..) utamanya dengan pakaian ihram haji atau dengan yang serba putih bersih lalu masuk pada tempat shalat atau tempat khalwat, untuk menjalankan :
Rabathah qubur.

Pertama rabathah qubur itu disebut juga : dzikrulmauti (mengingati mati) yakni menjalankan perintah :…muutuu qabla an tamuutuu….(hadits) artinya : tasailah mati sebelum kalian mati.
Secara ilmiah seseorang akan lebih bersungguh-sungguh bertaubatmanakala dia tidak melupakan bahwa dirinya akan mati dan akan dihidupkan pada perhitungan ‘amal baik buruk, jasa dan dosa tidak ada yang terluput,  terbanding yang dengan taubat ashal begitu saja, terlebih-lebih orang bertaubat sambil merasai mati tentu benar-benar taubatnya dapat sempurna.
Bagaimana hukumnya menjalankan dzikrul maut atau rabathah qubur ini? Jawabannya perhatikan oleh kita marad daripada firman allah ta’ala  di dalam al-quranul karim….

innallahashthafa lakumuddiina fala tamutunna illa wa-antum muslimuuna (al-baqarah-123)

Artinya : sesungguhnya Allah telah memilihkan bagi kalian agama (islam) ini, maka bangunlah kamu mati kecuali dalam kedudukan (islam) yang benar-maka rahasia yang kita ambil dari ayat ini adalah : boleh saja kalian tidak memerlukan merasai mati (tidak dimestikan thareqat dengan kifayah rabathah qubur atau dzikrul maut) hanya kalau kalian betul-betul sudah sampai pada tingkat muslim yang haq, yang ‘arafu billah, yang mukasyafah, yang masyahadah, kiranya kita tidak berani menilai derajat diri sidah setinggi itu, bukan?.....

Abuu ‘abas r.a berkata : laa yadkhula ‘alaallahi illa min baabilfana-il-akbari wahuwal maututh-thabi’iyyu.

Artinya : tidak ada jalan masuk/masyahadah dengan allah kecuali melaui dua pintu  : salah satu daripada itu ialah (fana-ul akbaru) yaitu (mati thabi’i)
Bagaimana orang akan mengenal (mati) manakala belum pernah merasakannya, sebab qaidah berlaku :
man lam yadzuq lam ya’rif.

Artinya : barangsiapa tidak merasai ia belum dapat mengenalnya. Berarti : apa lagi dengan mengingatinya.

Qaidah : setelah berada ditempat shalat atau tempat khalwat ba’daselesainya dari melaksanakan mandi taubat yang (4) tingkat itu mulailah terlebih dahulu shalat sunah wudhu (2) raka’at (1) salam. Kemudian shalat hajat bagi mengingat (mati) dengan telafzh niat seumpama :

Ushalli liridha-illahi shalatalhajati lidzikrilmauti rak’ataini lillahi ta’ala.
Pada raka’at pertama ba’da fatihah dibaca surat al-kafiruuna dan raka’at kedua ba’da fatihah dibaca surat Al-Ikhlash, lalu setelah selesai salam, sanbil duduk itu takbitul iharam dengan niat munajat kepada Allah-karena Allah dan setelah terasa menetap (Khusyu’) terus takbir dan sujud, dalam sujud mana membaca (1) shalawat (10x) (2) tasbihul kamal (10x) (3) ayat hasanah (10x)

rabbana atina fiddunya hasanah wafil-akhirati hasanatawwaqina ‘adzabannar (10x) kemudian takbir bangun dari sujud, duduk dan memberi lagi salam kekanan dan kiri.
Terlebih baik apabila sebelum shalat sunah hajat, juga shalat taubat sekurang-kurangnya  (2) raka’at yaitu setelah selesai shalat sunah wudhu tersebut di atas. Setelah itu duduk (tawaruk) dari kekanan kekiri dan membaca (fatihah) yang dihadiahkan sebagaimana seperti waktu membacakan air (bibit) untuk mandi taubat- hadirkan seperti syekhul mursyid (baca pada rubathah 5) sambil membaca :
Yaa ayyuhal ldziina amanuushbiruu washabiru warabithuu wattaqullaha la’allakum tuflihuuna (al-imran)

Artinya : Wahai sekalian orang-orang beriman bersabarlah kalian dan tekunlah keshabaranmu dan tetap siapaga dan bertaqwalah kepada Allah, tentu kalian beruntung.

Kemudian mengucap…(Istghfar) sekurang-kurangnya dengan lafazh, Astghfirullahal (70x) disertai didalam hati mohon diampunkan segala dosa yang zhahir dosa tubuh seperti dosa (ua mata-dua telinga-mulut-hidung-dua tangan-dua kaki-perut dan kemaluan) adapun juga dosa yang bathin yakni yang ada pada semua lathifah kita. Setelah itu ditutup dengan membaca surat (alamnasyrah 1x).

Mulailah berdzikir dengan kalimah nafi itsbat…Laa ilaha illa illallah 7x…dengan lisan, maka barulah dua mata dipejamkan, bibir dan gigi dirapatkan dan lidah ujungnya ditekuk ke atas ditekan pada langit-langit mulut-dan semua anggota badan dilemahkan-kemudian hadhirkan dihadapan hati kita guru yang meminpin kita (guru mursyid), setelah itu mulailah didalam hati menggerakkan dzikir dengan membaca terlebih dahulu :

Ilahi anta maqshudii waridhaka mathlubii a’thinii muhibbataka wama’rifataka birahmatika ya arhamarrahimiina.

Wahai tuhanku, engkaulah yang hamba maksud dan ridhamu yang hamba cari curahkanlah akan hamba kasihmu dan ma’rifatmu diteruskan berdzkir didalam hati kita (lathif) kalimatul ulya…Allah,Allah, Allah….dengan secepatnya mungkin sampai sekurang-kurangnya satu nafas dapat (25x) sampai (200x) sekali masuk nafas, tekan nafas-keluar nafas kemudian ditingkatkan dzikir itu sambil menjalankan-rabathah qubur- yakni sambil berfikir didalam hati dari masa ‘alam dunia hingga ‘alam akhirat yaitu seolah-olah kita orang yang (mati) : direnungkan, dibayangkan dirasakan betapa mayat kita dijenguk orang-dimandikan orang-diwudhukan orang-dikafankan orang-disembahyangkan orang-digotong orang-menuju quburan kita-lalu diturunkan dan dibaringkan didalam lubang lahat (maka baringkanlah badan kita kala mayat: kepala disebelah utara melonjor kaki sebelah selatan-wajah muka menghadap qiblat artinya badan miring-terus berkekalan hudhur hati serta Allah, dzikrullah……lalu bangunlah akan keatangan dua petugas Allah (malaikat) munkar dan nakir untuk mensual kepada kita : man rabbuka? Waman nabiyyuka? Wama imamuka?wama qiblatuka? Bayangkan : luluskah kita menjawabnya? Kemudian rasai seolah-olah akan telah berdiri qiyamat engan segala huru haranya-dilapangan ‘alam mahsyar hingga ‘alam akhirat- dan kita bayangkan diri kita seakan-akan berhadapan padatitiyan shirathal mustaqiim sambil kita berpikir betul2 apakah dapat kita menjadi ahli jannah jangan-jangan pula tiada pantas menjadi diri ahli jannah, karena kita orang yang banyak lalai-banyak dosa-masih berat paa dunia terbanding berat pada akhirat- maka bagaimana kita dimasukkan dalam ‘alam neraka yang dahsyat itu.
Dengan di atasnya matahari dan api dunia saja kita sudah tidak tahan : tidak kuat, apalagi ini dengan panasnya neraka jahanam. Tentu timbul rasa sambil yang mendalam, terlihat, sesal yang menambah derita saj, mengapa selama ini menghamburkan waktu hidup dengan selalu tersia-sia yang penuh dosa, mengumbar hawa nafsu belaka.
Maka hidup kita kembali beserta apakah kiranya? Kembali kita tidak ada dosa memberi keselamatan dunia dan akhirat selain Allah semata-mata, kini sadarkah betapa sebenarnya kita pakir akan Allah, kita teramat butuh pertolongannya, jadinya : dekatilah Allah ! cinta cintaila ! agar selalu kita rindukan Allah, tentulah senantiasa beserta Allah zhahir bathin, itulah dirasai sebagai satu2nya keadaan yang pasti membawa pada ! keselamatan dunia akhirat, mengingati Allah-muraqabah kekhadhirat Allah sebagaimana yang dimaksud dengan ta’rifnya thareqat annaqsabandiyyah adanya.

Qalallahu subhanahu wata’ala :

Watuzarraduu fainna khairaz-zadit-taquuni ya-ulil-albab (al-baqarah-197)

Artinya : berbekalah kalian sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan taqwalah kepada kami wahai orang-orang yang berakal-dan lagi mengenai thareqat serta rabathah mursyid tersimpul :


Yaa ayyuhalladziina amanuut-taqullaha wabtaghuu ilaihilwasiilau (alma-idah-35)

Artinya : wahai segala orang yang beriman taqwalah kepada Allah dan carilah kepadanya jalan wasilah. Setelah semua itu selesai dzikirkan sampai disitu maka terus kita dzikir ismudz-dzat sampai tertidur , dimana tidur istiharah namanya (tidur meminta kebaikan) tetap dalam kea-daan berbaring lurus, miring menghadap qiblat seperti sebagaimana mayat dalam lubang qubur.
Semoga dalam tidur ini beroleh limpah karunia rahmat Allah memperoleh petunjuk hidayah.
Ingat dan perhatikan dan dirasakan firman Allah ta’ala :

Walillahil masyriqu walmaghribu, fa-ainama tuwallau fatsamma wajhullahi, innallaha wasi’uln ‘aliimu (albaqarah-115)

Artinya : dan bagi Allah (milik Allah) timur dan barat, maka kemanapun kalian menghadap disitulah wajah Allah (Dzat Allah) sesungguhnya Allah maha luas lagi maha mengetahui dan diterangkan oleh masya-ikhi :

fa’lam annadz-dzata ‘ibaratun ‘amman kanatil lathiifatul ilahiyahtu, idza tajalla ‘alaa’abdihi wa-afnahu ‘an nafsihi qama fiihillathiifatu  ilahiyahtu.

Artinya : kita mulailah bahwa dzat itu adalah ‘ibarat dimana bertempat karunia ketuhanan, manakala Allah berkehendak tajalli atas hambanya maka difanakan hamba itu dari dirinya, maka bertempatlah padanya karunia ketuhanan.

Wallahu ‘alam bish-shawab
tamat

Tidak ada komentar: