Senin, 12 Oktober 2015

BAB : 4 :Attakhallii Membersihkan diri dari shifat2 yang tercela (kotoran2hati)



BAB : KEEMPAT
Attakhallii  Membersihkan diri dari shifat2 yang tercela (kotoran2hati)

Firman Allah saw, didalam al-quranul kariim : walaqad dzara’na lijahannama katsiran minaljinni wal-insi lahum quluubun laa yafqahuuna biha walahum ‘ayuunun laa yabshiruuna biha, walahum adzanun laa yasma’uuna biha, ulaa-ika kal-an’ami bal hum a’dhallu, ulaa-ika humul ghafiluuna (al-‘imran-179), artinya : dan sesungguhnya telah kami anjurkan untuk isii neraka jahanam itu kebanyakan dari (jin dan manusia) bagi mreka itu diperlengkapi dengan (hati) yang tiada mereka pergunakan hatinya itu untuk memahami (mengingat) allah-bagi mereka itu diberi mata, tiada dipergunakan matanya itu untuk melihat segala dalil ke agungan/kekuasaan Allah, bagi mereka diberi telinga yang tiada mereka pergunakan pendengarannya itu untuk mendengar kalamullah, mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka terlebih sesat lagi, mereka itulah yang (lali) daripada mempertuhankan Allah,
Orang lali daripada mengingat allah karena lebih banyak mengabdi kepada kehendak (hawa nafsunya sendiri) dihukumkan sebagai mempertuhankan (hawa nafsunya) sebagaimana yang disinggung dalam firman Allah :

Ara-aital manittakhadza ilahahu hawaahu (al-furqan-43), artinya : adakah engkau melihat orang yang mentuhankan hawa nafsu sendiri?
Bertolak pangkal dari kandungan ayat-ayat tersebutlah maka wajib kita membersihkan diri kita dari segala kotoran (hawa nafsu) yaitu segala shifat madzmumah, jangan sampai diri kita menjadi ‘abdinya (hambanya hawa nafsu),
Adapun shifat-shifat tercela mengotori jiwa manusia itu terutama ialah : (hasad)=Iri hati-(haqad)=dengki-benci-dendam (su-uzhani)=buruk sangka-takabur-sombong-(‘Ujub)=merasa lebih sempurna dari orang lain, (riya)=mempamerkan kelebihan diri,(sum’ah)=cara2nama/kemasyhuran,(bukhul)=kikir-(hubbulmali)=cintakebandaan,(tafakh-khuru)=berbanggadiri, (ghadhabun)=marah,(ghiibatun)=mengumpat,(namimah)=mengumpat,(kidzibun)=berdusta,(hiyanatun)=hiyanat, (nipaqun)=munafiq,(musyrikun)=syirik,(mempertuhankan selain allah),hubbuddunya….Gila keduniaan/kedudukan, …hubbusy-syahwat…gemar nafsu ke-inginan, (fitnah)=memburukka orang lain, (tsabahatun)=panjangtangan,(mencuri),-(tama’)=rakus,(ghabinatun)=tipudaya,(ghabwatun)=lali-(ta’ashab)=pasek diri,(quwwalatun)=banyak bicara,dan lain-lain seperti itu,
Aapun shifat-shifat yang tercela pada (ma’shiat) zhahir ialah : segala perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh anggauta –anggauta badan manusia yang merusak orang atau diri sendiri hingga membawa pengerbanan banda- pikiran dan perasaan dan ma’shiat zhahir itu melahirkan kejahatan-kejahatan yang merusak seseorang dan mengacaukan masyarakat.

Terlebih berbahaya adalah ma’shiat bathin karena tidak mudah dilihat dari luar dan biasanya kurang disadari dan lebih sukar dihilangkan dan adalah ma’shiat bathin itu sebenarnya pembangkit bagi ma’shiat zhahir an selalu menimbulkan kejahatan-kejahatan baru yang dilaksanakan oleh anggauta-anggauta badan manusia. Semua ma’shiat dan kejahatan itu berasal dari (Hati sanubari), dan shifat-shifat yang buruk itu berasal dari (Hati yang kotor) dan itu merupakan (Hijab/dinding yg menutupi dirinya dari tuhan), sebagaimana yang dimaksudkan dalam firman allah ta’ala :

Kallabal raana ‘alaa quluubihim mayaksibuuna, kalla innahum ‘an rabbihim yauma-idzin lamahjubuuna (al-muthafifina-14-15), =artinya : segala-gala curang itu, sesungguhnya apa-apa telah menutupi (Hati) mereka segala (dosa) yang telah mereka usahakan, sekali-kali tidak benar mereka itu, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) tuhan,
Dan lagi mengenai orang-orang yang berpaling inkar akan peringatan-peringatan dan ajaran-ajaran pada kebenaran yang disampaikan oleh rasuulullah saw, maka diterangkan dalam firman Allah :

Waqaluu quluubanaa fii kinnatin mimmatad’uunaa ilaihi wafii adzaninaa waqruw-wamin baininaa wabainika hijabun.(al-fusilat-5), =artinya : maka mereka berkata hati kamu berada dalam tertutup akan apa yang engkau (muhamad) serukan kami dan ditelinga kami ada sebutan dan antara kami dan engkau ada dinding aling-aling,,,
Nyatanya kotoran  hati itu ada dapatlah kita buktikan didalam shalat kita, setiap mukmin mengerti, bahwa tujuan utama dari shalat itu adalah : untuk mengingati Allah sebagaimana firman Allah ta’ala : ,,,,

Wa-aqimish-shalata lidzikri (Thaha-41), artnya : dan dirikanlah shalat untuk mengingati kami tetapi kebanyakan dalam shalat itu menyeleweng dari tujuan itu, karena sebegitu takbiratul ihram, maka ingatan telah membelok kepada segala macam masalah kekayaan-kekayaan hidup keduniaan, biasanya lalu kita coba menghilangkan ingatan pada urusan-urusan dunia itu boleh jadi dengan memejamkan mata atau menahan nafas, dan mungkin berhasil sebentar tetapi dalam waktu sekejap ingatan-ingatan bercabang itu datang lagi, keadaan seperti ini dapat diumpamakan seperti lalat yang  berkerumun menduduki kotoran-kotoran pada suatu benda, lalat-lalat itu keluar diusir pergilah dia tetapi sekejap saja sudah datang lagi manakala kotoran –kotoran masih ada.

Begitulah pula halnya (hati kita), sukarnya mengingati Allah (dalam shalat sebagai ukuran), jelaslah menandakan masih bertumpuknya kotoran-kotoran didalam (hati) kita banyak atau sedikitnya kotoran itu dapat dirasakan menetap tidaknya hati kita mengingati Allah didalam shalat kita itu, apabila seseorang didalam shalatnya tidak ada sama sekali ingatan pada Allah, itu pertanda dia dalam bahaya besar boleh jadi hatinya telah demikian berkarat dengan kotoran –kotoran (hawa nafsunya) sampai berlapis-lapis, maka pentinglah bagi seseorang yang demikian menempuh jalan ….riadhah….(latihan) pembersihan jiwa dengan mengamalkan berbagi kifayah dzikirullah yang terpimpin oleh guru yang ahlinya,

Maka itu orang yang berbuat kejahatan dengan lidahnya atau tangannya atau lisannya tidaklah dikatakan orang yang busuk badan tetapi yang busuk (hati) oleh karena mengingati Allah itu wajib maka menghilangkan penghalangnya itu wajib, dan berarti membersihkan  (Hijab) penghalang dengan membersihkan hati (Tkhalli) itu wajib dalam arti fardhu‘ain : mensucibersihkan hati untuk berbuat baik terhadap sesama manusia dan bertaqwa kepada Allah sebagaimana sama ditunjang dengan kebalikannya yaitu : berbuat baiklah terhadap sesama manusia dan bertaqwa kepada allah, agar hati menjadi suci bersih. ………………

Ketahuilah, bahwa tersingkapnya hijab / dingding penghalang /tabir yang membatasi diri dengan tuhan itu ialah suci bersihnya diri/jiwa dari segala kotoran-kotoran dosa/ma’sia lahir dan ma’siat batin, dan pada garis besarnya ada empat dinding /hijab membatasi diri dengan tuhan itu, maka ada empat jalan pula untuk membuka hijab-hijab itu yang ditempuh dalam empat tingkat pula, yang diuraikan sebagai berikut.
Tingkat pertama : suci dari najis dan hadats (bangsa zhahir)
·         dalam hal membersihkan diri dari najis maka orang beristija/bercebok dengan air atau tanah……………
·         dalam hal mensucikan diri dari hadats besar sesungguhnya wajib mandi yang disebut mandi junub……………………….
·         dalam hal mensucikan diri dari hadats kecil, seseorang wajib wudhu yakni bersih badannya,…………
·         selanjutnya tiap malam disuruh untuk selalu membersihkan tempatny dan lingkungannya, karena untuk menghadap pada Allah ta’ala (seperti sembahyang) mestilah dengan badan yang bersih, pakaian yang bersih dan tempat yang bersih .
Tingkat kedua : mensucikan diri dari dosa (bangsa zhahir.)
 memperbuat dosa yang bangsa zhahir itu berpusat pada (7) angauta badan :
·         mulut yang biasa berkata dosa, menyakitkan,ghibah,menertawakan dan segala bentuk berkata/bersuara yang keji atau jahat, dan untuk menyuapkan makan minum yang haram.
·         Mata yang biasa melihat barang yang haram, mendelik atau melototi orang,
·         Telinga yang biasa mendengarkan cerita kosong atau suara-suara yang haram,
·         Hidung yang biasa menjingjingkan orang atau menggerakkan kebencian.
·         Tangan yang biasa merusak, memukul, mengambil barang haram, menulis atau menggambar yang tercela,
·         Kaki yang biasa berjalan berbuat ma’siat, menyepak menendang, memasuki tempat haram,
·         Perut dan kemaluan yang biasa bersyahwat keinginan akan yang haram dan berzina,
Bahwasanya pada ashalnya segala angauta badan manusia itu diciptakan Allah ta’ala sebagai ni’mat dan amanat, maka oleh karena itu, imam ghazali berpendapat, bahwa menggunakan ni’mat dan amanat tuhan untuk memperbuat dosa dan ma’siat adalah kejahatan yang sangat besar, sudah seyogyanyalah seseorang setiap kali hendak memperhubungkan dirinya dengan Allah ‘azza wajalla yakni tuhan yang maha suci, perlu bertawadha’ dan hikmah wudhu antaralain sangat baik dibiasakan merenungkan tiap-tiap anggauta badan yang dikenali air wudhu itu apa yang telah diperbuatnya, dari hal mulut berkumur-kumur apa kah dosa yang telah diperbuatnya oleh mulut itu, begitupun muka-mata-tangan-kuping-otak kepala-kaki dan sebagainya, mengingati yang demikian agar memenuhi apa yang disabdakan Nabi saw, : apabila berwudhulah  seorang hamba, yang muslim, lalu berkumur2 maka keluarlah daripada mulutnya segala kesalahan, apabila mengisap hidung atau berbangkis maka keluarlah dari hidung segala kesalahan, apabila membasuh mukanya maka keluarlah dari mukanya segala kesalahan, apabila membasuh kedua tangannya keluarlah dari tangannya kesalahan, apabila memabsuh kedua kakinya dan kedua kakinya keluarlah segala kesalahan dari kakinya, demikian tatkala menyapu kepalanya dan kedua telinganya niscaya keluarlah segala kesalahan dari kepalanya sampai dari kedua telinganya, kemudian adalah perjalanannya ke masjid dan shalat itu kemulyaan baginya.
Pada pan ilmu thareqat mensucikan diri dari yang bangsa zhahir itu taubat (yang akan diterangkan kifayahnya nanti)

Tingkat ketiga : bersuci dari dosa yang bangsa bathin/hati.
Bermula yang menjadi pangkal perbuatan yang menjadi dosa dan menjadi pahala itu ashalnya terbit dari ahti, telah bersabda
rasuulullah saw, inna fii aljasadi mudhghatan idza shaluhat shaluhal jasadu kulluhu waidza fasadat fasadal jasadu kulluhu ilaa wahiyalqalbu,= artinya : sesungguhnya didalam tubuh jasmani manusia itu ada segumpal daging, apabila baik dia niscaya baiklah sekalian jasadnya dan manakala rusak dia niscaya rusaklah pula sekalian jasadnya, ketahuilah : ialah (Hati),  
Maka para ahli shufiyah meumpamakan (Hati) itu sebagai raja dan sebatang tubuh jasmani sebagai kerajaannya dan anggauta2 zhahir itu adalah sebagai rakyatnya (mata-telinga-lidah-hidung-dua tangan-dua kaki-perut-dan parji), jikalau hati itu telah baik maka baiklah pekerjaan anggauta badan yang zhahir semuanya dan jikalau hati itu telah jahat tentu berbuat jahatlah semua anggauta badan yang zhahir itu, adapun yang dikatakan hati yang baik itu ialah jika hati itu tetap selalu mengingati Allah dan yang dikatakan hati yang rusak/jahat ialah hati yang lali kepada Allah maka mudah berbuat dosa dia, ketahuilah, bahwa hati itu ada (7) pangkat dan dinamakanlah tujuh lathaif (lathifah2), yang hanyalah keadaan saja dapat dirasakan dengan perasaan yang haluh dengan pertolongan Allah ta’ala kepaa siapa2 yang dikehendakinya.
Apabila di dalam lathaif yang tujuh itu terapat shifat-shifat mazmumah yaitu shifat-shifat yang tercela tentu orangnya yang bersangkutan adalah lali kepada Allah ta’la, sebaliknya jikalau didalam (7) lathif itu seseorang telah tertanam subur shifat-shifat mahmudah/terpuji oleh syara’ tentulah orang ini qawan mengingati Allah, selalu hudhur hatinya serta Allah.
Maka hendaknya di-ingat bahwa anggauta2 diri yang zhahir itu sebenar-benarnya menurut perintah daripada anggauta diri yang bathin yang tujuh itu yaitulah :
1.      lathifatul qalbu   (tempatnya) dua jari dibawah susu kiri……………
2.      lathifatur-ruuh           (tempatnya)           dua jari dibawah susu kanan……………………
3.      lathifatussir                  (tempatnya)      dua jari di atas susu kiri………………………
4.      lathifatul khafi              (tempatnya)                  di atas susu kanan………………………………
5.      lathifatu akhfa                      (tempatnya)              di tengah-tengah dada………………
6.      lathifatun-nafsi anathiqah       (tempatnya)         di tengah dahi…………………………………………
7.      lathifatul kulli jasadi (tempatnya) di ubun-ubun/otaq kepala (keadaannya meliputi sekalian jasad badan)………..
adapun mensucikan lathaif yang tujuh tersebut dilaksanakan dengan dzikir lathif, yang akan kita bicarakan dalam bab-bab yang akan datang, sebagaimana telah kita ketahui bahwa diri kita terdiri dari jasad-hati dan ruuh (nyawa), maka shifat suci bersih ari segala yang tercela itu pun mestilah meliputi kesemuanya itu, maka itu
Tingkat kempat : bersuci daripada dosa yang bangsa nyawa. 
Ini disebut juga sebagai mensucikan sukma (rabbaniyyah) yang dinamakan lathifatul qalbu juga, yakni bangsa ruuh yang paling halus dan dialah yang memerintah dan mengatur gerak hati dan anggauta badan jasmani, dialah disebut juga sebagai (haqeqat) diri dan induk dari semua lathaif, dialah yang dapat muqaraba dan musyahadah dengan Allah ‘azza wajalla manakala telah dibersihkan ari najis dan hadats, suci dari kotoran-kotoran zhahir dan kotoran-kotoran bathin dengan dihiasi (dzikrullah). Sesungguhnya kehidupan dan alam ini penuh dengan rahasia-rahasia tersembunyi dan rahasia-rahasia itu tertutupi dengan dinding yaitulah (hawa nafsu) kejahatan kita sendiri tetapi rahasia itu bisa terbuka dinding itu bisa tersingkap dan dapatlah manusia dengan tekun menempuh jalannya, dan jalan itulah yang disebut (thareqat) yang pada garis besarnya berurut dari (Tkhalli-Tahalli-tajalli)..
Tamat
Rahmat Mulyadi. Taman Bima Permai Blok A 11 Cirebon Jabar


Tidak ada komentar: