Bab kelima : Takhallii =
Menyinari Hati
Dengan shifat-shifat yang
terpuji
Firman
Allah subhanahu wata’ala : innallah ya-a
muruna bil’adli wal-ikhsani wal-itaa-i dzilqurba wayanhaa ‘anilfahsyaa-i
walmunkari walbaghyi, ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna ( annahel-90)
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat
kebajikan, memberi kepada qaum kerabat (hidup kekeluargaan), dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan, dia memberi pengajaran (akhlaq) kepada kamu
agar kamu dapat mengambil perhatian,
Setelah kita melakukan membersihkan hati (takhalli) mestilah disertakan pula
penyinaran hati, agar hati yang kotor dan gelap itu menjadi terlebih suci dan
terang cemerlang karena hati yang demikianlah yang dapat menerima pancaran nuur
ketuhanan, maka penyinaran hati ialah mengisi hati dengan segala shifat-shifat
mahmudah (yang terpuji), mensuburkan
terutama kesaaran dan sema’at : taubat (menyesali diri dari perbuatan tercela, lagi
selalu menahan diri untuk tidak bershifat dan berbuat yang tercela), khaf dan taqwa takut kepada Allah, maka karena takutnya
bukankah menjauhi Allah akan tetapi karena takut dan taqwanya maka mendekat
berhampiri diri kepada Allah dengan menggemarkan ‘ibadat dan ‘amal-‘qamal sunat
setelah yang fardhu ditunaikan syukur senantiasa berterima kasih atas hidup dan
kehidupan ini selaku nikmat pemberian Allah dari kasih sayangnya Allah belaka,
maka jiwanya selalu rela dan (ikhlash)
–tulus hati, senantiasa ridha atas segala qadha Allah ta’ala, shabar an
tawakal=tahan diri dari kesukaran dan kesakitan semata-mata menggantungkan diri
kepada ridha Allah ta’ala, …mulazamatudz-dzikrillah….berlajim
selalu mengingat Allah sehingga timbul : (mahabbah)
cinta akan Allah semata-mata dan sadar dengan (dzikrul maut) mengingati akan mati, maka hidupnya pun menjadi (zuhud) yakni apa adanya tidak
berlebihan maka tenang,
Maka insan yang telah sampai dihiasi jiwanya dengan
shifat-shifat terpuji tersebut menjadilah manusia (wara’) yang suci dan (ikhlash
) hati dan niatnya alam menjalankan ‘ibadah kepaa Allah, ikhlash dalam
mengabdi melayani masyarakat tanpa pamrih, ikhlash bekerja untuk kepentingan (agama), negara dan bangsa, rela
memberikan pertolongan dan bantuan kepada siapapun yang memerlukan, ikhlash
berbuat baik, memelihara keluarga-anak dan istri bahkan lain orang, seluruh
hidupnya direlakan untuk Allah karena Allah, manusia yang sudah seperti itulah
dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Syare’at :
adapun melaksanakan syare’at itu diartikan sebagai memenuhi ‘amal (badaniah ) daripada segala hukum-hukum
:
Shalat,
Zakat,
Puasa,
Haji,
Yakni
segala perbuatan yang bersumber dari Al-Quran dan sunah, firman Allah subhanahu
wata’ala :
Likulli ja’alna
minkum syir’atan waminhaajaa,(alma-idah-28). Artinya : untuk tiap-tiap umat diantara kamu (umat nabi Muhammadsaw, dan umat-umat sebelumnya) kami berikan (Syare’at) dan jalan (Threqat) yang terang, maksud utama
syare’at ialah membangun kehidupan manusia atas dasar (amar ma’ruf nahii munkar).
Syare’at membagi (ma’ruf) dalam tiga hukum :
1. Fardhu atau wajib,
2. Sunah,
3. Mubah
(harus/wenang,munkarat atas dua :
1. Haram,
2. Makruh,
Petunjuk-petunjuk itu memberi pegangan yang kuat bagi
setiap manusia untuk dapat pengertian dalam membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah yang mana petunjuk-petunjuk itu
mengikat manusia sebagai kendali segala sikap hidup.
Perihal ahli shufiyah melihat, bahwa syare’at itu adalah
peraturan-peraturan dan untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan itu diperlukan perbuatan
dan istilah thareqat, yang apabila thareqat itu sudah dapat dikuasai lahirlah (Haqeqat) yaitu kenyataan perbaikan
keadaan dan ihwal menuju pada (Ma’rifat) yaitulah : mengenal Allah (Al-Khaliq)
yang bershifat engan segala shifat kesempurnaan dalam arti yang
sebenar-benarnya, kesimpulannya ialah : syare’at ialah pengenalan perintah dan
peraturan dan (Haqeqat) ialah
pengenalan yang memberi perintah dan peraturan, maka tidak dapat tidak menuntut
(I’lmu
Ma’rifatullah) berlaku padanya penegakkan2
dimulai tingkat demi tingkat yang disebut maqam. Dalam membicarakan yang
ma’rifat dan yang munkarat, qaum threqat lebih suka membagikan dua saja : yang
terpuji dan yang tercela, seumpama apa yang sunah2 itu terpuji maka kerjakanlah
tanpa memandang besar kecilnya pahala cukup karena memandang Allah yang maha
rahman rahiim.
Maka sebelum kita lanjutkan penghiasan itu dan
penghiasannya dengan dzikirullah sebagaimana dimaksud dengan (Takhalli), marilah kita bicarakan
dahulu perbaikan segi-segi (Akhlaq)
menurut peraturan (Syare’at) yang
mesti kita patuhi agar dapt meningkat pada perbaikan (Akhlaq) hati yang orang sebut juga sebagai (Budi),
1.
Shilaturrahmi : man ahabba
anyubsathalahu fii rizqihi wayansa-alahu fii atsirihi falyashil
rahimahu.(rawahul bukhari muslim ‘an anas),
artinya : barang siapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya,
hendaklah ia menyukai shilaturahmi (menyambung kekeluargaan).
2.
Menengok orang sakit : ‘a-idul mariidhi yamtsi fii mikhrafatil
jannata hatta yarji’u (rawahu muslim ‘an tsauban), artinya : barangsiapa
yang menjenguk orang yang sakit dia berada didalam kebun syurga sehingga dia
kembali.
3.
orang yang utama : inna
aulannasi man bada-a bissalami (rawahu ahmad ‘an abii hurairah), artinya : sesungguhnya manusia yang utama ialah orang yang
mendahului memberi.
4.
Menebarkan salam : idza laqia ahadukum akhahu falyusallim
‘alaihi fainhalat bainahuma syajaratun aujidarun auhajarun tsumma laqiahu
falyusallim ‘alaihi (rawahu abu daud ‘an abii hurairah), artinya : apabila
engkau bertemu dengan saudaramu sampaikan salam kepadanya, apabila terhalang
oleh pohon atau dinding atau batu kemudian bertemu, berikanlah salam kepadanya.
5.
Berbuat baik kepada orang tua : yaa rasulullahi,
hal baqia min birra bawayya syai-un aburruhuma bihi ba’da mutihima? Qala :
na’am, ash-shalatu ‘alaihima, wal-istighfaru lahuma, wainfadzu ‘ahdi hima min
ba’di hima washilaturrahimillati laatushalu illabihima, waikramu shadiiqihima
(rawahu abu daud ‘an abi asaid), artinya : bertanya shahabat : wahai
rasulullah, apakah saya masih tetap dapat berbuat suatu kebaikan kepaa orang
tua saya sudah keduanya meninggal dunia? Nabi saw, menjawab : masih ada, ialah
memohonkan rahmat bagi keduanya-memohonkan ampunan bagi keduanya-mentunaikan
segala janjinya, bershilaturahmi kepada orang yang tidak apat dihubungi kecuali
dengan keduanya (maksudnya : qarib qerabat dari kedua orang tua) dan menghormat
kepada kawan dekatnya.
6.
Amal yang paling disukai oleh Allah : sa-altu rasulullahi
saw, ayyul’amali ahabbu ilallahi? Qala : ash-shalatu ‘alaa waqtiha qultu :
tsumma ayyun? Qala : birrulwaliaini, qultu : tsumma ayyun ? qala : alhijadu fii
sabiilillahi (rawahu bukhari muslim ‘an abi ma’ud), atinya : saya bertanya
kepada rasulullah saw, perbuatan apakah yang lebih disukai Allah? Jawab
rasulullah : berbuat baik kepada kedua orang tuamu, saya bertanya lagi :
kemudian apa lagi? Beliau menjawab : berjihad dijalan Allah.
7.
Berjihat tangan : tashafahuu, yadzhabilghillu ‘an quluubikum
(rawahu baihaqi ‘an ibnu ‘abas), atinya : berjihat tanganlah kamu sekalian,
yang demikian itu dapat menghilangkan dendam dihatimu. Maksudnya : dalam hidup
bermasyarakat yang dapat manusia tidak dapat menghindarkan diri dari sesuatu
yang dapat menyinggung atau menyakitkan hati perasaan orang lain, agar ahwah
tetap baik dan hubungan tetap lancar, selalu caranya ialah berjihat
tangan-tangan dari tangan bertemu tangan diharap sampai di hati bertemu hati,
agar hidup kerahmatan tetap tegak.
8.
Orang yang beruntung :
innalladziina bada ghariban wayarji’u ghariban, fathubaa lilghuraba-illadziina
yushlihuuna maafsadannasu min ba’dii min sunnati (rawahu tarmidzi ‘an zaid), artinya : sesungguhnya agama islam itu datang engan asiing
dan akan kembali asiing, beruntunglah orang-orang yang pada waktu asiing itu
memperbaiki sunnahku sepeninggalku (tetap
berpegang dan memperjuangkan).
9.
Jaminan syurga : manyyadhman lii mabaina lahyaihi wamabaina
rijlaihi adhman lahuljannata (rawahu bukhari muslim ‘ansahal bin sa’ad),
artinya : barangsiapa menjamin kepadaku (bahwa dia) akan menjaga apa yang berada antara (rahang),
dan menjaga apa yang ada di antara kedua (kaki),
aku jamin bagi orang maksudnya : dijamin syurga yaitu orang-orang yang menjaga (mulutnya) dari berkata yang (haram)
dan yang (tercela) atau juga yang menjaga diri (makan minum) yang haram atau berlebihan dan yang kedua…mereka yang menjaga
(kemaluannya) dari perbuatan (zina)
dan nafsu yang tidak puas.
10.
Enam jaminan syurga lagi : adhminuulii sitta adhman lakuml
jannata : ashdiquu idza hadzatstum, wa-aufu idza wa’adtum wa-adduu idza
utimtum, wahfazhuu furujakum, waghudh-dhuu absharakum, wakuffuu aidiyakum
(rawahu ahmad ‘an ‘ubadah bin shamit), atinya : hendaklah kalian menjamin
kepadaku enam perkara, niscaya aku menjamin bagi kalian : syurga, ialah :
jujurlah bila bicara, tepatilah bila berjanji, tunaikanlah bila diminta, jagalah
kehormatanmu, jangan pandanganmu, kendalikan tanganmu,
11.
Jangan menganiaya orang : ittaquu da’watal mazhluumi walaukana kafiran,
fainnaha laisa duunahaa hijabun (rawahuahmad ‘an anas), artinya : jagalah dirimu dari du’a orang-orang yang (di zhalimi) meskipun ia orang yang
kafir, karena du’anya orang-orang yang di zhalimi itu tidak ada yang
menghalangi (tetap di qabulkan Allah).
12.
Tiga macam perbuatan
yang terpuji : jalisuululkubaraa-a, wasa-iluul’ulamaa-a, wakhalithul hukamaa-a (rawahu
thabrani ‘an ibn jahifah), artinya : duduklah bersama orang-orang ahli
huklum (ahli pengetahuan ‘umum). Orang besar disini maksudnya : orang yang
berjiwa besar.
13.
Yang dinilai Allah : innallaha layanzhuru ilaa shuarikum
wa-amwalikum walakin yanzhuru ilaa quluubikum wa-‘amalikum (rawahu muslim ‘an ibn
hurairah), artinya : sesungguhnya Allah tidak melihat / menilai rupamu dan
hartamu tetapi Allah hanya menilai kepada (hatimu)
dan perbuatanmu
14.
Syukur nikmat : attahaddutsu bini’matillahi syukrun
watarkuha kufrun, waman laayasykuril qaliila laa yasykuril kasyiira, waman
yasykurinnaasa laa yasykurillaha waljama’atu rahmatun walfurqatu ‘adzaabun
(rawahul baihaqi), artinya : membicarakan nikmat allah adalah termasuk
syukur dan meninggalkannya (tidak membicarakannya) termasuk (kufur), barangsiapa yang tidak
mensyukuri ni’mat yang sedikit berarti dia tidak dapat mensyukuri ni’mat yang
banyak, barangsiapa yang tidak mensyukuri manusia berarti dia tidak mensyukuri
Allah bersatu adalah rahmat dan bercerai adalah ‘adzab.
15.
Dua ni’mat yang sering dilupakan : ni’matanin
maghbuunun fiihima katsirum-minannaasi ash-shihatu walfaraghu (rawahulbuhari),
artinya : ada dua ni’mat yang kebanyakan manusia tertipu olehnya ialah : (kesehatan dan
kesempatan),
16.
Orang yang sangat dicintai Allah : ahabbul’amali ilallahi antamuuta ahabballahu ta’ala ‘abdan
samhan idza ba’a wasamhan idzastaraa wasamhan idzaqadhaa wasamhan idzaqtadha
(rawahul baihaqi ‘an ibn hurairah), artinya
: ‘amal yang sangat dicintai Allah ialah engkau mati sedang lisanmu basahkarena
berdzikir kepada allah, ahabbakum
ilallahi aqalukum thu’man wa-akhafukum badanan (rawahu dailami ‘an ibn ‘abas),
artinya : orang
paling dicintai Allah ialah orang
yang mudah bila menjual, bila membeli ringan badannya.
17.
Wasiat malaikat jabraiil r.a : atanii jibriilu
faqala : ya muhammad ‘itsma syi’ta fainnaka mayyitun, wa-ahbib masyi’ta
fainnaka mafariquhu, wa’mal masyi’ta fainnaka majriyyun bihi, wa’lam anna
syarafal mu’mini qiyamuhu billaili, wa’izzahus tighna lauhu ‘aninnaasi (rawahul
baihaqi ‘an jabar), artinya : jibril telah atang kepada saya, kemudian dia
berkata, : wahai muhammad hiduplah sesuka hatimu, sesungguhnya engkau akan
mati, cintailah apa saja yang engkau kehendaki, karena sesungguhnya pasti akan
berpisah dengannya, berbuatlah apa saja yang engkau kehendaki karena engkau
pasti mendapat balasan dari ‘amal itu, ketahuilah bahwa orang mukmin yang
paling mulia ialah orang yang senantiasa (Shalat
Malam) dan mukmin yang mulya ialah orang yang tidak membutuhkan manusia
lainnya (tidak menggantungkan diri pada
orang lain).
18.
Cara shalat yang baik :
idzash-shalla ahadukum falyushalli
shalata mawadda’I shalata man layazhunnu innahu yarji’u ilaiha abadan (rawahu
dailami ‘an am salmah) artinya : apabila sala seorang kamu mengerjakan
shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang minta diri, yang ia
berkeyakinan seolah-olah dirinya tidak akan kembali selama-lamanya, maksudnya :
orang yang shalat dengan keyaqinan bahwa itulah shalatnya yang terakhir
penghabisan tentu akan benar-benar (Khusu’) dan penuh ta’zhim,
seperti itulah shalat yang terbaik.
19.
Menyembunyikan ilmu : ayyuma rajulin ayatahullahu ‘ilman fakatamahul jamahullahu yaumal
qiyamati bilijamin minannari (awahu althabranii), artinya : mana saja yang
diberi ilmu oleh Allah kemudian menyembunyikannya maka nanti dihari qiyamat
Allah akan mengekangnya dengan kekangan api neraka. Maksudnya : orang yang
jahil wajiblah belajar dan orang yang ‘alim wajib mengajar, maka orang yang
kikir dari memberi ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya di ancam dengan ‘adzab
neraka.
20.
Hendaklah bercita-cita : innamal-amalu
ahmatun li-ummatii laulamalu maardha’at ummun waladaha walaa ghaasa syajaan
(rawahu ddailamii waghairahu), artinya :
sesungguhnya cita-cita itu adalah rahmat dari Allah untuk umtku kalau
bukan karena cita-cita seorang ibu tidak akan menyusukan anaknya dan tidak
seorang petani pun mau menanam pohon.
21.
yang mendapat naungan Allah : atadruuna
manissabiquuna ilaa dhillillahi ‘azza
wajalla? Alladziina idza’uthulhaqqa qabiluuhu wa-idza suiluuhu badzaluuhu wahakamuu
linnasi kahakmihim li-anfusihim (rawahu ahmad), artinya : taukah
engkau sekalian siapa orang yang paliang dahulu mendapat naungan dari Allah?
Ialah orang yang menerima kebenaran (haq)
orang yang segera memberi bila dimintai dan orang yang menerafkan /
menjatuhkan hukum kepada orang lain seperti menjatuhkan hukum itu kepada
dirinya sendiri.
22.
Berpagi-pagi berusaha : bakiru fii thalabir-rizqi
walhawa-iji fainnal ghuduw-wabarakatun wanajahun 9rawahu ibn ‘ad’an ‘aisyah), artinya
: berpagi-pagi itulah dalam mencari rizqi dan kebutuhan hidup, sesungguhnya
pagi-pagi itu mengandung barakah dan keberuntungan.
23.
Persaudaraan : taralmukminiina fii tarahumihim watadudihim wata’atufihim
kamatsil jasadi idzasytakaa ‘udhwun tada’alahu sairu jasadihi bisy-syahri walhumaa
(rawahul bukharii), artinya : engkau perhatikan, orang mukmin dalam hal
kasih mengasihi sayang menyayangi dan saling tolong menolong itu laksana satu
tubuh, apabila salasatu anggota tubuh ada yang sakit maka seluruh anggota tubuh
yang lain tertarik untuk membantunya dengan tidak tidur dan minum.
24.
lapang dada dan besar hati : ta’arraf ilaallahi fiirrahai ya’rifuka fiisy-syiddati, wa’lam anna
ma-akhtha-aka lam yakun liyashibaka, wamaa ashabaka lam yakun liyukhti-aka, wa
annan-nashria ma’ash-shabri wa annal gharaja ma’alkarbi, wa anna ma’al’usri
yusraa (…………), artinya : kenallah kepada Allah pada waktu lapang pasti
Allah mengenalmu diwaktu sempit, ketahuilah ! sesungguhnya apa yang ditetapkan
tidak mengenai engkau pasti tidak akan menimpah kepadamu, sebaliknya apa saja
yang ditaqdirkan untuk menimpah kamu pasti tidak dapat terhindar kamu, sesungguhnya
pertolongan itu datang bersama keshabaran, kesenangan bersama
kesusahan dan sesungguhnya beserta kesulitan itu adalah kemudaha.
25.
Orang yang paling kaya : laisal ghinaa ‘an katsratil earadhi walakinal ghinaa ghinnan-nafsi
(rawahu bukhari muslim ‘an abi hurairah), artinya : bukanlah dinamakan kaya
orang yang banyak harta bendanya tetapi yang dinamakan kaya ialah kaya jiwanya,
26.
Kasih sayang dan hormat : laisa minna man ghassana, wala yakuunal
mukminuuna mukminan hattaa yuhibbu lilmukminiina mayuhibbu linafsihi ( rawahu
thabranii), artinya : tidaklah termasuk golongan orang-orang yang tidak
menyayangi kepada yang lebih kecil/muda dan tidak mengetahuikewajibannya terhadap
prang-orang yang lebih besar/tua bukanlah termasuk golongan orang yang menipu
kamu, seorang mukmin tidak /belum dikatakan iman sehingga ia mencintai orang
mukmin yang lain seperti mencintai terhadap diri sendiri.
27.
Afdhalul imaani an ta’lama annallah ma’aka haitsu makunta
(rawahu thabranii), artinya : iman yang paling utama ialah : engkau
mengetahui bahwa Allah senantiasa menyertai kamu dimana saja kamu berada.
28.
Tawadha’ : attawadhu’u
layaziidul’abda illa rif’atan fatawa dha’u yarfa’ukumullahu ta’alaa, wal’afwu
layaziidul ‘abda illa ‘izzatan fa’fu ya’izzu kumullahu ta’ala, wash-shadaqahu
layaziidul mala illa katsiiratan. Tashaddaquu yarhamkumullahu (rawahu ibn abii
dunya), artinya : bertawadha’ itu tidak akan menambah kecuali ketinggian,
maka bertawadha’lah kamu, pasti allah meninggikan kamu, pemaaf tidak akan
menambah kecuali kemulyaan, maka jadilah orang pemaaf pasti Allah memulyakanmu,
bersedekah menambah harta kecualai bertambah, bersedekahlah kamu pasti Allah
akan mengasihi kepadamu.
29.
Memberikan kemudahan :
mayyassara ‘alaa ma’siri tayassarahullahu ‘alaihi fiiddunya wal-akhirati
(rawahu ibn majah ‘an abi hurairah), artinya
: barangsiapa yang memberi kemudahan kepada orang yang sedang kesulitan maka
Allah akan memudahkan kepadanya di dunia dan akhirat.
30.
‘Amal yang sangat dicintai Allah : ahabbul’amali ilaallahi adwamuha wain qallu ( ….. ‘alaih), artinya : ‘amal perbuatan yang dicintai Allah ialah yang
kekalnya meskipun sedikit.
31.
Baguskan budi perangai dan banyaklah diam : ‘alaika bihusunil khuluqi wathuuli alsh-shumti fawalladzii
nafsii biadihi matajammalal khala-iqu bimislihima (rawahu abuu ya’laa’an anas),
artinya : wajib bagimu berbudi perangai
yang bagus dan banyak diam, demi dzat yang diriku dalam kekuasaannya, tidak ada
kebaikan bagi manusia yang menandingi keduanya itu.
32.
Orang yang kuat : laisasy-syadiidu
bish-shur’ati innamasy-syadiidul-ladzii yamluku nafsahu ‘indalghadhabi (rawahu
bukhari muslim ‘an ibn hurairah), artinya
: orang kuat bukanlah orang yang
berani bergulat tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menguasai nasunga
ketika marah.
33.
Bekerjalah : ‘ilamuu fkullu
muyassarun lima
khuliqa lahu (rawahu thabrani), artinya :
ber’amallah kamu sekalian, sesungguhnya tiap-tiap orang itu diberi kemudahan
menjalankan sesuatu yang diciptakan Allah untuknya.
34.
Bekerja keras : li-anya’khudzu ahadukum hablahu tsumma
yaghduu ilaa jabali faya’tii bikhuzmati hathabin fayabi’aha fayakuffullahu biha
wajhahu khairullahu min an ya-alannasa ‘athaahu aumana’uhu (rawahu bukhari
muslim), artinya : demi, jika seseorang diantara maku membawa tali dan
pergi kebukit untuk mencari kayu bakar kemudian dipikul kepasar untuk dujual,
dengan bekerja itu Allah mencukupi kebutuhanmu,k itulah lebih baik daripada
meminta-minta kepada orang, baik mereka itu mau memberi atau tidak.
35.
Giat menuntut ilmu : alghuduwwu warrawahu fii ta’liimi afdhalu
‘indallahi minaljihadi fii sabilillahi (rawahu dailamii ‘an ibn ‘abas),
artinya : bahwa berangkat diwaktu pagi dan diwaktu petang untuk menuntut ‘ilmu
itu bagi allah lebih utama daripada jihad fii sabilillah.
36.
Cara berzayarah / berkunjung : zurghiyyan tazdad hubban (rawahu thabrani), artinya :
berzarahlah / berkunjunglah kamu jarang-jarang (jangan terlalu keraf) itu
menambah cinta kasih.
37.
Berbuatlah yang wajar :
ahbib habiibaka huunan ma’asaa anyakuna ya’idhaka yauman maa wa abghidh
ba’idhaka huunan ma’asaa an yakuuna habiibaka yauman maa (rawahu tarmidzi),
artinya : cintailah kekasihmu secara wajar saja, boleh ia akan menjadi musuhmu
pada hari yang lain, bencilah orang yang engkau benci secara wajar saja boleh
jadi dia akan menjadikecintaanmu.
38.
al’alimu walmuta’alimu syariikani fiilkhairi wasaa-irunnasi
lakhairafihim (rawahu thabranii), artinya
: orang yang mengajar dan orang yang belajar keduanya berhimpun dalam kebaikan,
dan segenaf manusia tidak ada kebaikan padanya, (maksudnya : jika tak ada orang
yang mengajar dan belajar tidaklah manusia dapat mengenyam kebaikan lagi.
39.
Taqarrab kepada allah : qala
ta’ala : idza taqarraba ilayyal’abdu syibran taqarrabtu minhu dzira’an, wa idza
taqarraba ilayya dzira’an taqarrabta minhu ba’an, wa idza ataanii masyyan
ataituhu harwalatan (rawahu bukhari),
artinya : apabila hambaku mendekatkan diri kepadaku sejengkal maka aku akan
mendekati kepadanya sehasta, apabila hambaku menekatkan diri kepadaku sehasta,
maka aku akan mendekatinya sedepa, dan apabila dia datang kepadaku dengan
berjalan maka aku akan datang kepadanya dengan berlari.
40.
Shabar dan syukur : khashlatani min
kanata fiihi katabahullahu syakiran shabiran waman lam yakuuna fiihi lam
yaktubhullahu syakiran shabiran, man nazhara fii duunahu fahamidallaha ‘alaa
mafadh-dhalahu bihi ‘alaihi kataballahu syakiran shabiran, waman nazhara fii
diniihi ilaa man hua duunahu wanazhara fii dunyahu ilaa man hua fauqahu fa
asifa ‘alaa mafatahu minhu lam yaktubhullahu syaakiran walaa shabiran (rawahu
tarmidzi), artinya : ada dua shifat : barang siapa yang padanya terdapat
dua shifat itu berarti dia dicatat Allah menjadi orang yang bersyukur dan
shabar, barang siapa yang padanya tidak terdapat kedua shifat tersebut berarti
dia tidak dicatat sebagai orang yang bersyukur dan shabar, ialah orang yang
dalam masalah (agamanya) dia melihat kepadanya orang yang lebih tinggi (‘ilmu
dan ‘amalnya) kemudian mengikutinya dan dalam masalah keduniaan dia melihat
kepaanya orang yang lebih rendah
kemudian dia memuji kepaa Allah atas anugrah yang telah dilimpahkan
kepadanya maka Allah mencatatnya kedalam golongan orang-orang yang bersyukur
dan shabar , dan barang siapa yang dalam hal (agamanya) melihat kepada orang
yang dibawahnya dan dalam hal keduniaan melihat kepada orang yang di atasnya kemudian dia mengeluh atas sesuatu
yang tidak ia memilikinya, Allah tidak mencatatnya kedalam golongan orang-orang
yang bersyukur dan shabar.
41.
Tau berterima kasih : inna
asykarannaasi lillahi tabaraka wata’alaa asykarahum linnaasi, wafii riwayati :
laa yasykurullahu man laa yasykurunnaasa (rawahu tarmidzi waghairah), artinya : sesungguhnya manusia yang paling bersyukur kepada
Allah ialah orang yang paling berterimakasih kepaa sesama manusia, dalam suatu
itu : tidak termasuk berterimakasih kepada Allah bagi orang yang tidak tau
berterimakasih kepada manusia.
42.
Kelebihan seorang alim :
‘alimu yafta’u bi’ilmihi khairun min alfi ‘abidin (rawahu dailami) , artinya :
seorang ‘alim yang ilmunya manfaat itu lebih baik dari pada seribu hamba.
43.
Sampaikanlah ajaran rasulullah saw, : nazh-zhara llahum
ra-ata sami’a minnaa syai-an faballaghahu kama
sami’ahu farabbu muballaghin au’aa min sami-i (rawahu ahmad ‘an ibn mas’ud), artinya
: semoga Allah berkenan memberikan cahya yang berkilauan kepada seorang yang
mendengarkan ajaranku kemudian disampaikan kepada orang lain sebagaimana apa
yang didengarnya, banyak sekali orang yang diberi anjuran itu lebih faham
daripada yang mendengarnya sendiri.
44.
Menunjukkan kebaikan : kullu
ma’ruufin shadaqatun, waddallu ‘alal khairi kafa ‘alaihi, wallahu yuhibbu
ighatsatal malhuufi (rawahu ……waibnu abi dunya), artinya : tiap-tiap kebaikan adalah shadaqah, orang yang
menunjukkan kebaikan itu seperti orang yang memperbuatnya, allah senang menolong
kepada orang yang susah.
45.
Amar ma’ruf itu diperintah : innallaha ta’ala
laayu’adz-dzibul ‘ammata bi’amalil khashati hatta yarawulmunkara baina
zhuhranihim wahum qadiruuna ‘alaa anyutrakuuhu falayunkiruuna, faidza fa’aluu
dzalika ghadz-dzaballahul ‘ammata walkhsh-shata (rawahul baghawi fii syarah
sunnah), artinya : sesungguhnya Allah tidak meng’adzab orang yang banyak dari sebab perbuatan
seseorang tertentu sehingga kemunkaran kemunkarannya ditengah-tengah mereka,
padahal mereka mampuh untuk mencegah kemunkaran itu, tetapi mereka tidak mau
bertindak, bila sudah demikian, maka Allah meng’adzab (si) orang tertentu itu
dan orang banyak pula,
46.
Nahi munkar : man raa
minkum munkaran falyughayyiruhu biyadihi, fainlan yastathi’ fabmlisanihi, fainlam
yastathi’ faqlibihi wadzalika adh’aful imaana (rawahu muslim), artinya : barang
siapa diantara kamu sekalian melihat kemunkaran hendaklah ia merubahnya dengan
tangannya, apabila tidak mampuh maka hendaklah merubah dengan lisan, apabila
itupun tidak mampuh maka rubahlah dengan hatinya, dan yang demikian ini adalah
selemah pada iman.
47.
Jangan takut dicela karena berkata benar : ‘an abii dzarri radhiallahu ‘anhu, qala : aushalii
khaniinii shalallahu ‘alaihi wasallama bikhishalin minalkhairi aushanii anlaa
akhaafu fiillahi laumata la-imi, waushanii an afuula haqqa walaukana murran
(rawahu ibn hiban), artinya : abu dzar berkata : telah berwashiat junjunanku
saw, kepadaku tentang beberapa kebaikan, beliau berwashiat kepadaku agar saya
tidak takut akan dicela menjalankan perintah Allah dan agar saya berkata benar
meskipun pahit rasanya :
48.
Shifat yang menyelamatkan dan buruk : tsalatsun munjiatun
watsalatsun muhlikatun falmunjiatu : khasyatullahi fissirri wal’alaniyyati
walhukmu bil’adli warridha fiilghadhabi wal-istishadu fiilghinaa walfaqri,
walmuhlikatu syuhhun mutha’un wahuwan muttaba’un wa’ijabulmar’i bira’yihi
(rawahu ….), artinya : ada tiga shifat yang menyelamatkan an ada tiga
shifat yang merusak, tiga shifat yang menyelamatkan ialah : (1) takut kepada Allah dengan siir (rahasia) dan dengan kezhahiran (2) menghukum
dengan adil diwaktu senang maupun diwaktu (3) hidup
sederhana diwaktu lapang maupun diwaktu sempit, tiga shifat yang merusak ialah (1) kikir yang di ikuti (2) nafsu
yang patuhi (3) membanggakan diri
sendiri.
49.
Menghilangkan kesempitan orang lain : man naffasa ‘an
mukminin kurbatan min kurubiddunya, naffasallahu kurbatan min kurubi
yaumalqiyamati, wamayyassara ‘alaa mu’sirin, yassarallahu ‘alaihi fiddunya
wal-akhirati, wallahu fii’aunil’abdi makanal’abdu fii’auni akhiihi, waman
salaka thariqan yaltamisu fiihi ‘ilman, sahhalallahu lahu bihi thariqan
ilaaljannati, wamajtama’a qaumun fiibaitin min buyuutillahi yasluuna
kitaballahi wabatada rasuunahu bainahum illa nazalat ‘alaihimussakinatu
waghasiat humulrrahmatu wajaffat humulmalaikatu wadzakarahumullahu fiiman
‘indahu, waman abth-abihi ‘amaluhu lam yusri’bihi nasabuhu ( rawahu muslim),
artinya : barangsiapa menghilangkan kesempatan orang mukmindalam masalah dunia,
Allah akan menghilangkan kesempatannya besok dihari qiyamat, barang siapa
memudahkan orang yang sedang kesulitan, Allah akan memudahkan kepadanya didunia
dan akhirat, baang siapa menutupi ‘aib (malu/celanya) orang mukmin, Allah akan
menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat, Allah tetap menolong hambanya selama
hambanya sanggup menolong saudaranya, barang siapa menempuh jalan untuk
menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju kesyurga, tidaklah
suatu jama’ah berkumpul dimesjid lalu membaca dan tadarus kitabullah al-quran
kecuali kepadanya turun ketenangan, penuh dengan rahmat, para malaikat
mengelilingi mereka dan Allah menyebut
serta memuji mereka dihadapan para malaikat yang berada dihadapan Allah, barang
siapa yang lambat ‘amalnya, nasibnya tidak dapat mempercepat.
50.
Hati-hati bergaul : arrajulu
‘alaa diini khaliilihi, falyanzhuur ahadukum man yukhaliluhu (rawahu tarmidzi
wa abu daud), artinya : seseorang itu
mengikuti agama kawannya, oleh karena itu perhatikanlah kepada siapa seseorang
itu bergaul.
51.
Tiga golongan ahli syurga : ahluljannati tsalatsun: dzuushulthani muqsithun
muwaffiqun, waajulun rahimun raqibqulqalbi likulli dziiqurbaa wamuslimun,
wa’afiifun muta’afifun dzuu’iyalin (rawahu muslim ‘an ‘aishi jamarin), artinya
: penghuni syurga ada tiga golongan, ialah penguasa yang adil dan yang baik, orang
yang periang lagi lembut hatinya kepada setiap kerabat dan orang muslim, dan
orang yang menjauhkan diri dari kejahatan serta berusaha menghindari kejahatan
lagi pula berkeluarga (maksudnya berkeluarga : mempunyai kesadaran
bermasyarakat).
52.
Berpegang kepada Al-quran : inna hadzal quran
safi’un musaffa’un manittaba’ahu qadatun ilaaljannati waman tarakahu au’aradhu
‘anhu zaja fii faqahu ilaannari (rawahu….’an jabar), artinya : sesungghunya
Al-quran ini adalah pemohon syafa’at yang diterima syafa’atnya, barang siapa
mengikutinya ia akan menghantarkan kesyurga dan barang siapa yang
meninggalkannya atau berpaling daripadanya maka ia melemparkan tengkuknya
keneraka.
53.
Belajar dan mengajarkan al-quran : hairukum man ta’allamalqurana wa’allamahu (rawahu bukhari),
artinya : sebaik-baik kamu ialah orang
yang belajar al-quran dan mengajarkannya…membuat contoh…:
man sanna fiil
islami sunnatan falahu ajruha wa ajru man ‘amila biha ba’dahu min ghairi an
yanqushu min ujurihim syai-un, waman sanna fiil islami sunnatan sayyiatan kana
‘alaihi wizruha wawizru man ‘amala biha min ma’dihi min ghiri an yunqusha min
auzarihim syai-in (rawahu muslim), artinya
: barangsiapa memulai membuat contoh baik-baik didalam islam, maka ia mendapat
pahala dan pahalanya orang yang mengamalkan sesudahnya tanpa dikurangi
pahalanya sedikit pun, barangsiapa memulai membuat contoh jelek didalam islam
maka dia mendapat dosa ditambah dosanya orang yang mengamalkan sesudahnya tanpa
dikurangi sedikit pun dosanya,
54.
Mempermainkan tuhan : atta-ibu minadz-dzambi
kaman ladzanbi lahu, walmustaghfiru minadz-dzanbi wahuwa muqiimun ‘alaihi
kalmuntahzi-ibirabbihi (rawahu baihaqii), artinya
: orang yang taubat dari dosa seperti orang yang tak pernah melakukan dosa,
orang yang minta ampunan atas dosanya, tetapi dia tetap mengerjakan dosa adalah
seperti ketahuilah maka memperbaiki (akhlaq) zhahirnya baupun bathinnya
membutuhkan kelanjutan kesucian hati, bersih dari pada syirik dalam arti
sebenar-benarnya-‘ibarat : mulai dari mengetahui Allah wujud-meningkat pada
mendakatkan diri kepada Allah-lalu mengenal wujudullah-lalu tajalli dzat Allah-
itulah : Iman-Tauhid-Ma’rifat-Islam. Diriwayatkan, bahwa : qala ‘aliyyubnu abii
thaalibi: qultu yarasuulullahi : ayyuth-thariqati aqrabu ilallahi? Faqala
rasuulullahi saw, : dzikrullahi, artinya : berkata saidina ‘aliibnu abii thalib
r.a, : wahai rasuulullah saw, manakah thareqat yang sedekat-dekatnya mencapai
tuhan? Yang dijawab oleh rasulullah saw, (DZIKRULLAH)
mengingati Allah ,…….dan yang dimaksud dengan dzikrullah adalah (puji kepada Allah) dan adapun puji itu
pun ada tingkatan maqamnya, yaitu : puji tubuh-puji hati-puji nyawa-puji rahasia, yang akan kita bicarakan nsatu demi satunya pada bab-bab
selanjutnya, jadi kesimpulannya : (Takhallii)
adalah membersihkan hati dari segala shifat yang tercela-berperangai zhahir
bathin dengan segala shifat yang terpuji, agar berhasil menjalankan : segala
puji bagi Allah zhahir bathin-lalu kosong hati dari segala apapun selain
Allah-hanyalah Allah ahad semata-mata
zhahir bathin awwalnya akhirnya…………………………………………
Ada setengah daripada ahli thareqat berkata, (Takhallii) itulah taqwa yaitu : (taa)=taubat-(qaaa) = pana’atun = rela hati-(wawu)
= wara’ = rendah hati (yaa) = yaqiin
= pasti ………………………..tamat………….. wallahu
‘alam bishshawab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar