Senin, 12 Oktober 2015

Bab : 5 : Takhallii = Menyinari Hati



Bab kelima : Takhallii = Menyinari Hati

Dengan shifat-shifat yang terpuji

Firman Allah subhanahu wata’ala : innallah ya-a muruna bil’adli wal-ikhsani wal-itaa-i dzilqurba wayanhaa ‘anilfahsyaa-i walmunkari walbaghyi, ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna ( annahel-90)

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada qaum kerabat (hidup kekeluargaan), dan melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan, dia memberi pengajaran (akhlaq) kepada kamu agar kamu dapat mengambil perhatian,
Setelah kita melakukan membersihkan hati (takhalli) mestilah disertakan pula penyinaran hati, agar hati yang kotor dan gelap itu menjadi terlebih suci dan terang cemerlang karena hati yang demikianlah yang dapat menerima pancaran nuur ketuhanan, maka penyinaran hati ialah mengisi hati dengan segala shifat-shifat mahmudah (yang terpuji), mensuburkan terutama kesaaran dan sema’at : taubat (menyesali diri dari perbuatan tercela, lagi selalu menahan diri untuk tidak bershifat dan berbuat yang tercela), khaf dan taqwa takut kepada Allah, maka karena takutnya bukankah menjauhi Allah akan tetapi karena takut dan taqwanya maka mendekat berhampiri diri kepada Allah dengan menggemarkan ‘ibadat dan ‘amal-‘qamal sunat setelah yang fardhu ditunaikan syukur senantiasa berterima kasih atas hidup dan kehidupan ini selaku nikmat pemberian Allah dari kasih sayangnya Allah belaka, maka jiwanya selalu rela dan (ikhlash) –tulus hati, senantiasa ridha atas segala qadha Allah ta’ala, shabar an tawakal=tahan diri dari kesukaran dan kesakitan semata-mata menggantungkan diri kepada ridha Allah ta’ala, …mulazamatudz-dzikrillah….berlajim selalu mengingat Allah sehingga timbul : (mahabbah) cinta akan Allah semata-mata dan sadar dengan (dzikrul maut) mengingati akan mati, maka hidupnya pun menjadi (zuhud) yakni apa adanya tidak berlebihan maka tenang,
Maka insan yang telah sampai dihiasi jiwanya dengan shifat-shifat terpuji tersebut menjadilah manusia (wara’) yang suci dan (ikhlash ) hati dan niatnya alam menjalankan ‘ibadah kepaa Allah, ikhlash dalam mengabdi melayani masyarakat tanpa pamrih, ikhlash bekerja untuk kepentingan (agama), negara dan bangsa, rela memberikan pertolongan dan bantuan kepada siapapun yang memerlukan, ikhlash berbuat baik, memelihara keluarga-anak dan istri bahkan lain orang, seluruh hidupnya direlakan untuk Allah karena Allah, manusia yang sudah seperti itulah dapat mendekatkan diri kepada Allah.
Syare’at : adapun melaksanakan syare’at itu diartikan sebagai memenuhi ‘amal (badaniah ) daripada segala hukum-hukum :
Shalat,
Zakat,
Puasa,
Haji,
Yakni segala perbuatan yang bersumber dari Al-Quran dan sunah, firman Allah subhanahu wata’ala :

Likulli ja’alna minkum syir’atan waminhaajaa,(alma-idah-28). Artinya : untuk tiap-tiap umat diantara kamu (umat nabi Muhammadsaw, dan umat-umat sebelumnya) kami berikan (Syare’at) dan jalan (Threqat) yang terang, maksud utama syare’at ialah membangun kehidupan manusia atas dasar (amar ma’ruf nahii munkar).



Syare’at membagi (ma’ruf) dalam tiga hukum :
1.      Fardhu atau wajib,
2.      Sunah,
3.      Mubah (harus/wenang,munkarat atas dua :
1.      Haram,
2.      Makruh,
Petunjuk-petunjuk itu memberi pegangan yang kuat bagi setiap manusia untuk dapat pengertian dalam membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah yang mana petunjuk-petunjuk itu mengikat manusia sebagai kendali segala sikap hidup.
Perihal ahli shufiyah melihat, bahwa syare’at itu adalah peraturan-peraturan dan untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan itu diperlukan perbuatan dan istilah thareqat, yang apabila thareqat itu sudah dapat dikuasai lahirlah (Haqeqat) yaitu kenyataan perbaikan keadaan dan ihwal menuju pada (Ma’rifat) yaitulah : mengenal Allah (Al-Khaliq) yang bershifat engan segala shifat kesempurnaan dalam arti yang sebenar-benarnya, kesimpulannya ialah : syare’at ialah pengenalan perintah dan peraturan dan (Haqeqat) ialah pengenalan yang memberi perintah dan peraturan, maka tidak dapat tidak menuntut (I’lmu Ma’rifatullah) berlaku padanya penegakkan2 dimulai tingkat demi tingkat yang disebut maqam. Dalam membicarakan yang ma’rifat dan yang munkarat, qaum threqat lebih suka membagikan dua saja : yang terpuji dan yang tercela, seumpama apa yang sunah2 itu terpuji maka kerjakanlah tanpa memandang besar kecilnya pahala cukup karena memandang Allah yang maha rahman rahiim.
Maka sebelum kita lanjutkan penghiasan itu dan penghiasannya dengan dzikirullah sebagaimana dimaksud dengan (Takhalli), marilah kita bicarakan dahulu perbaikan segi-segi (Akhlaq) menurut peraturan (Syare’at) yang mesti kita patuhi agar dapt meningkat pada perbaikan (Akhlaq) hati yang orang sebut juga sebagai (Budi),

1.                     Shilaturrahmi : man ahabba anyubsathalahu fii rizqihi wayansa-alahu fii atsirihi falyashil rahimahu.(rawahul bukhari muslim ‘an anas), artinya : barang siapa yang ingin diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyukai shilaturahmi (menyambung kekeluargaan).

2.                     Menengok orang sakit : ‘a-idul mariidhi yamtsi fii mikhrafatil jannata hatta yarji’u (rawahu muslim ‘an tsauban), artinya : barangsiapa yang menjenguk orang yang sakit dia berada didalam kebun syurga sehingga dia kembali.


3.                     orang yang utama : inna aulannasi man bada-a bissalami (rawahu ahmad ‘an abii hurairah), artinya : sesungguhnya manusia yang utama ialah orang yang mendahului memberi.


4.                     Menebarkan salam : idza laqia ahadukum akhahu falyusallim ‘alaihi fainhalat bainahuma syajaratun aujidarun auhajarun tsumma laqiahu falyusallim ‘alaihi (rawahu abu daud ‘an abii hurairah), artinya : apabila engkau bertemu dengan saudaramu sampaikan salam kepadanya, apabila terhalang oleh pohon atau dinding atau batu kemudian bertemu, berikanlah salam kepadanya.

5.                     Berbuat baik kepada orang tua : yaa rasulullahi, hal baqia min birra bawayya syai-un aburruhuma bihi ba’da mutihima? Qala : na’am, ash-shalatu ‘alaihima, wal-istighfaru lahuma, wainfadzu ‘ahdi hima min ba’di hima washilaturrahimillati laatushalu illabihima, waikramu shadiiqihima (rawahu abu daud ‘an abi asaid), artinya : bertanya shahabat : wahai rasulullah, apakah saya masih tetap dapat berbuat suatu kebaikan kepaa orang tua saya sudah keduanya meninggal dunia? Nabi saw, menjawab : masih ada, ialah memohonkan rahmat bagi keduanya-memohonkan ampunan bagi keduanya-mentunaikan segala janjinya, bershilaturahmi kepada orang yang tidak apat dihubungi kecuali dengan keduanya (maksudnya : qarib qerabat dari kedua orang tua) dan menghormat kepada kawan dekatnya.

6.                     Amal yang paling disukai oleh Allah : sa-altu rasulullahi saw, ayyul’amali ahabbu ilallahi? Qala : ash-shalatu ‘alaa waqtiha qultu : tsumma ayyun? Qala : birrulwaliaini, qultu : tsumma ayyun ? qala : alhijadu fii sabiilillahi (rawahu bukhari muslim ‘an abi ma’ud), atinya : saya bertanya kepada rasulullah saw, perbuatan apakah yang lebih disukai Allah? Jawab rasulullah : berbuat baik kepada kedua orang tuamu, saya bertanya lagi : kemudian apa lagi? Beliau menjawab : berjihad dijalan Allah.

7.                     Berjihat tangan : tashafahuu, yadzhabilghillu ‘an quluubikum (rawahu baihaqi ‘an ibnu ‘abas), atinya : berjihat tanganlah kamu sekalian, yang demikian itu dapat menghilangkan dendam dihatimu. Maksudnya : dalam hidup bermasyarakat yang dapat manusia tidak dapat menghindarkan diri dari sesuatu yang dapat menyinggung atau menyakitkan hati perasaan orang lain, agar ahwah tetap baik dan hubungan tetap lancar, selalu caranya ialah berjihat tangan-tangan dari tangan bertemu tangan diharap sampai di hati bertemu hati, agar hidup kerahmatan tetap tegak.


8.                     Orang yang beruntung : innalladziina bada ghariban wayarji’u ghariban, fathubaa lilghuraba-illadziina yushlihuuna maafsadannasu min ba’dii min sunnati (rawahu tarmidzi ‘an zaid), artinya : sesungguhnya agama islam itu datang engan asiing dan akan kembali asiing, beruntunglah orang-orang yang pada waktu asiing itu memperbaiki sunnahku sepeninggalku (tetap berpegang dan memperjuangkan).

9.                     Jaminan syurga : manyyadhman lii mabaina lahyaihi wamabaina rijlaihi adhman lahuljannata (rawahu bukhari muslim ‘ansahal bin sa’ad), artinya : barangsiapa menjamin kepadaku (bahwa dia) akan menjaga apa yang berada antara (rahang), dan menjaga apa yang ada di antara kedua (kaki), aku jamin bagi orang maksudnya : dijamin syurga yaitu orang-orang yang menjaga (mulutnya) dari berkata yang (haram) dan yang (tercela) atau juga yang menjaga diri (makan minum) yang haram atau berlebihan dan yang kedua…mereka yang menjaga (kemaluannya) dari perbuatan (zina) dan nafsu yang tidak puas.

10.                 Enam jaminan syurga lagi : adhminuulii sitta adhman lakuml jannata : ashdiquu idza hadzatstum, wa-aufu idza wa’adtum wa-adduu idza utimtum, wahfazhuu furujakum, waghudh-dhuu absharakum, wakuffuu aidiyakum (rawahu ahmad ‘an ‘ubadah bin shamit), atinya : hendaklah kalian menjamin kepadaku enam perkara, niscaya aku menjamin bagi kalian : syurga, ialah : jujurlah bila bicara, tepatilah bila berjanji, tunaikanlah bila diminta, jagalah kehormatanmu, jangan pandanganmu, kendalikan tanganmu,

11.                 Jangan menganiaya orang :  ittaquu da’watal mazhluumi walaukana kafiran, fainnaha laisa duunahaa hijabun (rawahuahmad ‘an anas), artinya : jagalah dirimu dari du’a orang-orang yang (di zhalimi) meskipun ia orang yang kafir, karena du’anya orang-orang yang di zhalimi itu tidak ada yang menghalangi (tetap di qabulkan Allah).

12.                Tiga macam perbuatan yang terpuji : jalisuululkubaraa-a, wasa-iluul’ulamaa-a, wakhalithul hukamaa-a (rawahu thabrani ‘an ibn jahifah), artinya : duduklah bersama orang-orang ahli huklum (ahli pengetahuan ‘umum). Orang besar disini maksudnya : orang yang berjiwa besar.

13.                 Yang dinilai Allah : innallaha layanzhuru ilaa shuarikum wa-amwalikum walakin yanzhuru ilaa quluubikum wa-‘amalikum (rawahu muslim ‘an ibn hurairah), artinya : sesungguhnya Allah tidak melihat / menilai rupamu dan hartamu tetapi Allah hanya menilai kepada (hatimu) dan perbuatanmu

14.                 Syukur nikmat : attahaddutsu bini’matillahi syukrun watarkuha kufrun, waman laayasykuril qaliila laa yasykuril kasyiira, waman yasykurinnaasa laa yasykurillaha waljama’atu rahmatun walfurqatu ‘adzaabun (rawahul baihaqi), artinya : membicarakan nikmat allah adalah termasuk syukur dan meninggalkannya  (tidak membicarakannya) termasuk (kufur), barangsiapa yang tidak mensyukuri ni’mat yang sedikit berarti dia tidak dapat mensyukuri ni’mat yang banyak, barangsiapa yang tidak mensyukuri manusia berarti dia tidak mensyukuri Allah bersatu adalah rahmat dan bercerai adalah ‘adzab.

15.                 Dua ni’mat yang sering dilupakan : ni’matanin maghbuunun fiihima katsirum-minannaasi ash-shihatu walfaraghu (rawahulbuhari), artinya : ada dua ni’mat yang kebanyakan manusia tertipu olehnya ialah : (kesehatan dan kesempatan),

16.                 Orang yang sangat dicintai Allah : ahabbul’amali ilallahi antamuuta ahabballahu ta’ala ‘abdan samhan idza ba’a wasamhan idzastaraa wasamhan idzaqadhaa wasamhan idzaqtadha (rawahul baihaqi ‘an ibn hurairah), artinya : ‘amal yang sangat dicintai Allah ialah engkau mati sedang lisanmu basahkarena berdzikir kepada allah, ahabbakum ilallahi aqalukum thu’man wa-akhafukum badanan (rawahu dailami ‘an ibn ‘abas), artinya : orang                   paling  dicintai Allah ialah orang yang mudah bila menjual, bila membeli ringan badannya.

17.                 Wasiat malaikat jabraiil r.a : atanii jibriilu faqala : ya muhammad ‘itsma syi’ta fainnaka mayyitun, wa-ahbib masyi’ta fainnaka mafariquhu, wa’mal masyi’ta fainnaka majriyyun bihi, wa’lam anna syarafal mu’mini qiyamuhu billaili, wa’izzahus tighna lauhu ‘aninnaasi (rawahul baihaqi ‘an jabar), artinya : jibril telah atang kepada saya, kemudian dia berkata, : wahai muhammad hiduplah sesuka hatimu, sesungguhnya engkau akan mati, cintailah apa saja yang engkau kehendaki, karena sesungguhnya pasti akan berpisah dengannya, berbuatlah apa saja yang engkau kehendaki karena engkau pasti mendapat balasan dari ‘amal itu, ketahuilah bahwa orang mukmin yang paling mulia ialah orang yang senantiasa (Shalat Malam) dan mukmin yang mulya ialah orang yang tidak membutuhkan manusia lainnya (tidak menggantungkan diri pada orang lain).

18.                 Cara shalat yang baik : idzash-shalla ahadukum falyushalli shalata mawadda’I shalata man layazhunnu innahu yarji’u ilaiha abadan (rawahu dailami ‘an am salmah) artinya : apabila sala seorang kamu mengerjakan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang minta diri, yang ia berkeyakinan seolah-olah dirinya tidak akan kembali selama-lamanya, maksudnya : orang yang shalat dengan keyaqinan bahwa itulah shalatnya yang terakhir penghabisan tentu akan benar-benar (Khusu’) dan penuh ta’zhim, seperti itulah shalat yang terbaik.

19.                 Menyembunyikan ilmu : ayyuma rajulin ayatahullahu ‘ilman fakatamahul jamahullahu yaumal qiyamati bilijamin minannari (awahu althabranii), artinya : mana saja yang diberi ilmu oleh Allah kemudian menyembunyikannya maka nanti dihari qiyamat Allah akan mengekangnya dengan kekangan api neraka. Maksudnya : orang yang jahil wajiblah belajar dan orang yang ‘alim wajib mengajar, maka orang yang kikir dari memberi ilmu pengetahuan yang ada pada dirinya di ancam dengan ‘adzab neraka.

20.                 Hendaklah bercita-cita :  innamal-amalu ahmatun li-ummatii laulamalu maardha’at ummun waladaha walaa ghaasa syajaan (rawahu ddailamii waghairahu), artinya :  sesungguhnya cita-cita itu adalah rahmat dari Allah untuk umtku kalau bukan karena cita-cita seorang ibu tidak akan menyusukan anaknya dan tidak seorang petani pun mau menanam pohon.

21.                 yang mendapat naungan Allah : atadruuna manissabiquuna ilaa dhillillahi  ‘azza wajalla? Alladziina idza’uthulhaqqa qabiluuhu wa-idza suiluuhu badzaluuhu wahakamuu linnasi kahakmihim li-anfusihim (rawahu ahmad), artinya :  taukah engkau sekalian siapa orang yang paliang dahulu mendapat naungan dari Allah? Ialah orang yang menerima kebenaran (haq)  orang yang segera memberi bila dimintai dan orang yang menerafkan / menjatuhkan hukum kepada orang lain seperti menjatuhkan hukum itu kepada dirinya sendiri.

22.                 Berpagi-pagi berusaha : bakiru fii thalabir-rizqi walhawa-iji fainnal ghuduw-wabarakatun wanajahun 9rawahu ibn ‘ad’an ‘aisyah), artinya : berpagi-pagi itulah dalam mencari rizqi dan kebutuhan hidup, sesungguhnya pagi-pagi itu mengandung barakah dan keberuntungan.

23.                 Persaudaraan : taralmukminiina fii tarahumihim watadudihim wata’atufihim kamatsil jasadi idzasytakaa ‘udhwun tada’alahu sairu jasadihi bisy-syahri walhumaa (rawahul bukharii), artinya : engkau perhatikan, orang mukmin dalam hal kasih mengasihi sayang menyayangi dan saling tolong menolong itu laksana satu tubuh, apabila salasatu anggota tubuh ada yang sakit maka seluruh anggota tubuh yang lain tertarik untuk membantunya dengan tidak tidur dan minum.

24.                 lapang dada dan besar hati : ta’arraf ilaallahi fiirrahai ya’rifuka fiisy-syiddati, wa’lam anna ma-akhtha-aka lam yakun liyashibaka, wamaa ashabaka lam yakun liyukhti-aka, wa annan-nashria ma’ash-shabri wa annal gharaja ma’alkarbi, wa anna ma’al’usri yusraa (…………), artinya : kenallah kepada Allah pada waktu lapang pasti Allah mengenalmu diwaktu sempit, ketahuilah ! sesungguhnya apa yang ditetapkan tidak mengenai engkau pasti tidak akan menimpah kepadamu, sebaliknya apa saja yang ditaqdirkan untuk menimpah kamu pasti tidak dapat terhindar kamu, sesungguhnya pertolongan itu datang bersama keshabaran, kesenangan bersama kesusahan dan sesungguhnya beserta kesulitan itu adalah kemudaha.

25.                 Orang yang paling kaya : laisal ghinaa ‘an katsratil earadhi walakinal ghinaa ghinnan-nafsi (rawahu bukhari muslim ‘an abi hurairah), artinya : bukanlah dinamakan kaya orang yang banyak harta bendanya tetapi yang dinamakan kaya ialah kaya jiwanya,

26.                 Kasih sayang dan hormat : laisa minna man ghassana, wala yakuunal mukminuuna mukminan hattaa yuhibbu lilmukminiina mayuhibbu linafsihi ( rawahu thabranii), artinya : tidaklah termasuk golongan orang-orang yang tidak menyayangi kepada yang lebih kecil/muda dan tidak mengetahuikewajibannya terhadap prang-orang yang lebih besar/tua bukanlah termasuk golongan orang yang menipu kamu, seorang mukmin tidak /belum dikatakan iman sehingga ia mencintai orang mukmin yang lain seperti mencintai terhadap diri sendiri.

27.                 Afdhalul imaani an ta’lama annallah ma’aka haitsu makunta (rawahu thabranii), artinya :  iman yang paling utama ialah : engkau mengetahui bahwa Allah senantiasa menyertai kamu dimana saja kamu berada.

28.                 Tawadha’ : attawadhu’u layaziidul’abda illa rif’atan fatawa dha’u yarfa’ukumullahu ta’alaa, wal’afwu layaziidul ‘abda illa ‘izzatan fa’fu ya’izzu kumullahu ta’ala, wash-shadaqahu layaziidul mala illa katsiiratan. Tashaddaquu yarhamkumullahu (rawahu ibn abii dunya), artinya : bertawadha’ itu tidak akan menambah kecuali ketinggian, maka bertawadha’lah kamu, pasti allah meninggikan kamu, pemaaf tidak akan menambah kecuali kemulyaan, maka jadilah orang pemaaf pasti Allah memulyakanmu, bersedekah menambah harta kecualai bertambah, bersedekahlah kamu pasti Allah akan mengasihi kepadamu.

29.                 Memberikan kemudahan : mayyassara ‘alaa ma’siri tayassarahullahu ‘alaihi fiiddunya wal-akhirati (rawahu ibn majah ‘an abi hurairah), artinya : barangsiapa yang memberi kemudahan kepada orang yang sedang kesulitan maka Allah akan memudahkan kepadanya di dunia dan akhirat.

30.                 ‘Amal yang sangat dicintai Allah : ahabbul’amali ilaallahi adwamuha wain qallu ( ….. ‘alaih), artinya : ‘amal perbuatan yang dicintai Allah ialah yang kekalnya meskipun sedikit.

31.                 Baguskan budi perangai dan banyaklah diam : ‘alaika bihusunil khuluqi wathuuli alsh-shumti fawalladzii nafsii biadihi matajammalal khala-iqu bimislihima (rawahu abuu ya’laa’an anas), artinya : wajib bagimu berbudi perangai yang bagus dan banyak diam, demi dzat yang diriku dalam kekuasaannya, tidak ada kebaikan bagi manusia yang menandingi keduanya itu.

32.                 Orang yang kuat : laisasy-syadiidu bish-shur’ati innamasy-syadiidul-ladzii yamluku nafsahu ‘indalghadhabi (rawahu bukhari muslim ‘an ibn hurairah), artinya : orang kuat bukanlah orang yang berani bergulat tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menguasai nasunga ketika marah.

33.                 Bekerjalah : ‘ilamuu fkullu muyassarun lima khuliqa lahu (rawahu thabrani), artinya : ber’amallah kamu sekalian, sesungguhnya tiap-tiap orang itu diberi kemudahan menjalankan sesuatu yang diciptakan Allah untuknya.

34.                 Bekerja keras : li-anya’khudzu ahadukum hablahu tsumma yaghduu ilaa jabali faya’tii bikhuzmati hathabin fayabi’aha fayakuffullahu biha wajhahu khairullahu min an ya-alannasa ‘athaahu aumana’uhu (rawahu bukhari muslim), artinya : demi, jika seseorang diantara maku membawa tali dan pergi kebukit untuk mencari kayu bakar kemudian dipikul kepasar untuk dujual, dengan bekerja itu Allah mencukupi kebutuhanmu,k itulah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang, baik mereka itu mau memberi atau tidak.

35.                 Giat menuntut ilmu : alghuduwwu warrawahu fii ta’liimi afdhalu ‘indallahi minaljihadi fii sabilillahi (rawahu dailamii ‘an ibn ‘abas), artinya : bahwa berangkat diwaktu pagi dan diwaktu petang untuk menuntut ‘ilmu itu bagi allah lebih utama daripada jihad fii sabilillah.

36.                 Cara berzayarah / berkunjung : zurghiyyan tazdad hubban (rawahu thabrani), artinya : berzarahlah / berkunjunglah kamu jarang-jarang (jangan terlalu keraf) itu menambah cinta kasih.

37.                 Berbuatlah yang wajar : ahbib habiibaka huunan ma’asaa anyakuna ya’idhaka yauman maa wa abghidh ba’idhaka huunan ma’asaa an yakuuna habiibaka yauman maa (rawahu tarmidzi), artinya : cintailah kekasihmu secara wajar saja, boleh ia akan menjadi musuhmu pada hari yang lain, bencilah orang yang engkau benci secara wajar saja boleh jadi dia akan menjadikecintaanmu.

38.                 al’alimu walmuta’alimu syariikani fiilkhairi wasaa-irunnasi lakhairafihim (rawahu thabranii), artinya : orang yang mengajar dan orang yang belajar keduanya berhimpun dalam kebaikan, dan segenaf manusia tidak ada kebaikan padanya, (maksudnya : jika tak ada orang yang mengajar dan belajar tidaklah manusia dapat mengenyam kebaikan lagi.


39.                 Taqarrab kepada allah : qala ta’ala : idza taqarraba ilayyal’abdu syibran taqarrabtu minhu dzira’an, wa idza taqarraba ilayya dzira’an taqarrabta minhu ba’an, wa idza ataanii masyyan ataituhu harwalatan (rawahu bukhari), artinya : apabila hambaku mendekatkan diri kepadaku sejengkal maka aku akan mendekati kepadanya sehasta, apabila hambaku menekatkan diri kepadaku sehasta, maka aku akan mendekatinya sedepa, dan apabila dia datang kepadaku dengan berjalan maka aku akan datang kepadanya dengan berlari.

40.                 Shabar dan syukur : khashlatani min kanata fiihi katabahullahu syakiran shabiran waman lam yakuuna fiihi lam yaktubhullahu syakiran shabiran, man nazhara fii duunahu fahamidallaha ‘alaa mafadh-dhalahu bihi ‘alaihi kataballahu syakiran shabiran, waman nazhara fii diniihi ilaa man hua duunahu wanazhara fii dunyahu ilaa man hua fauqahu fa asifa ‘alaa mafatahu minhu lam yaktubhullahu syaakiran walaa shabiran (rawahu tarmidzi), artinya : ada dua shifat : barang siapa yang padanya terdapat dua shifat itu berarti dia dicatat Allah menjadi orang yang bersyukur dan shabar, barang siapa yang padanya tidak terdapat kedua shifat tersebut berarti dia tidak dicatat sebagai orang yang bersyukur dan shabar, ialah orang yang dalam masalah (agamanya) dia melihat kepadanya orang yang lebih tinggi (‘ilmu dan ‘amalnya) kemudian mengikutinya dan dalam masalah keduniaan dia melihat kepaanya orang yang lebih rendah  kemudian dia memuji kepaa Allah atas anugrah yang telah dilimpahkan kepadanya maka Allah mencatatnya kedalam golongan orang-orang yang bersyukur dan shabar , dan barang siapa yang dalam hal (agamanya) melihat kepada orang yang dibawahnya dan dalam hal keduniaan melihat kepada orang yang  di atasnya kemudian dia mengeluh atas sesuatu yang tidak ia memilikinya, Allah tidak mencatatnya kedalam golongan orang-orang yang bersyukur dan shabar.

41.                 Tau berterima kasih : inna asykarannaasi lillahi tabaraka wata’alaa asykarahum linnaasi, wafii riwayati : laa yasykurullahu man laa yasykurunnaasa (rawahu tarmidzi waghairah), artinya : sesungguhnya manusia yang paling bersyukur kepada Allah ialah orang yang paling berterimakasih kepaa sesama manusia, dalam suatu itu : tidak termasuk berterimakasih kepada Allah bagi orang yang tidak tau berterimakasih kepada manusia.

42.                 Kelebihan seorang alim : ‘alimu yafta’u bi’ilmihi khairun min alfi ‘abidin (rawahu dailami) , artinya : seorang ‘alim yang ilmunya manfaat itu lebih baik dari pada seribu hamba.

43.                 Sampaikanlah ajaran rasulullah saw, : nazh-zhara llahum ra-ata sami’a minnaa syai-an faballaghahu kama sami’ahu farabbu muballaghin au’aa min sami-i (rawahu ahmad ‘an ibn mas’ud), artinya : semoga Allah berkenan memberikan cahya yang berkilauan kepada seorang yang mendengarkan ajaranku kemudian disampaikan kepada orang lain sebagaimana apa yang didengarnya, banyak sekali orang yang diberi anjuran itu lebih faham daripada yang mendengarnya sendiri.
44.                 Menunjukkan kebaikan : kullu ma’ruufin shadaqatun, waddallu ‘alal khairi kafa ‘alaihi, wallahu yuhibbu ighatsatal malhuufi (rawahu ……waibnu abi dunya), artinya : tiap-tiap kebaikan adalah shadaqah, orang yang menunjukkan kebaikan itu seperti orang yang memperbuatnya, allah senang menolong kepada orang yang susah.

45.                 Amar ma’ruf itu diperintah : innallaha ta’ala laayu’adz-dzibul ‘ammata bi’amalil khashati hatta yarawulmunkara baina zhuhranihim wahum qadiruuna ‘alaa anyutrakuuhu falayunkiruuna, faidza fa’aluu dzalika ghadz-dzaballahul ‘ammata walkhsh-shata (rawahul baghawi fii syarah sunnah), artinya : sesungguhnya Allah tidak meng’adzab  orang yang banyak dari sebab perbuatan seseorang tertentu sehingga kemunkaran kemunkarannya ditengah-tengah mereka, padahal mereka mampuh untuk mencegah kemunkaran itu, tetapi mereka tidak mau bertindak, bila sudah demikian, maka Allah meng’adzab (si) orang tertentu itu dan orang banyak pula,

46.                 Nahi munkar : man raa minkum munkaran falyughayyiruhu biyadihi, fainlan yastathi’ fabmlisanihi, fainlam yastathi’ faqlibihi wadzalika adh’aful imaana (rawahu muslim), artinya : barang siapa diantara kamu sekalian melihat kemunkaran hendaklah ia merubahnya dengan tangannya, apabila tidak mampuh maka hendaklah merubah dengan lisan, apabila itupun tidak mampuh maka rubahlah dengan hatinya, dan yang demikian ini adalah selemah pada iman.

47.                 Jangan takut dicela karena berkata benar : ‘an abii dzarri radhiallahu ‘anhu, qala : aushalii khaniinii shalallahu ‘alaihi wasallama bikhishalin minalkhairi aushanii anlaa akhaafu fiillahi laumata la-imi, waushanii an afuula haqqa walaukana murran (rawahu ibn hiban), artinya : abu dzar berkata : telah berwashiat junjunanku saw, kepadaku tentang beberapa kebaikan, beliau berwashiat kepadaku agar saya tidak takut akan dicela menjalankan perintah Allah dan agar saya berkata benar meskipun pahit rasanya :

48.                 Shifat yang menyelamatkan dan buruk : tsalatsun munjiatun watsalatsun muhlikatun falmunjiatu : khasyatullahi fissirri wal’alaniyyati walhukmu bil’adli warridha fiilghadhabi wal-istishadu fiilghinaa walfaqri, walmuhlikatu syuhhun mutha’un wahuwan muttaba’un wa’ijabulmar’i bira’yihi (rawahu ….), artinya : ada tiga shifat yang menyelamatkan an ada tiga shifat yang merusak, tiga shifat yang menyelamatkan ialah : (1) takut kepada Allah dengan siir (rahasia) dan dengan kezhahiran (2) menghukum dengan adil diwaktu senang maupun diwaktu (3) hidup sederhana diwaktu lapang maupun diwaktu sempit, tiga shifat yang merusak ialah (1) kikir yang di ikuti (2) nafsu yang patuhi (3) membanggakan diri sendiri.

49.                 Menghilangkan kesempitan orang lain : man naffasa ‘an mukminin kurbatan min kurubiddunya, naffasallahu kurbatan min kurubi yaumalqiyamati, wamayyassara ‘alaa mu’sirin, yassarallahu ‘alaihi fiddunya wal-akhirati, wallahu fii’aunil’abdi makanal’abdu fii’auni akhiihi, waman salaka thariqan yaltamisu fiihi ‘ilman, sahhalallahu lahu bihi thariqan ilaaljannati, wamajtama’a qaumun fiibaitin min buyuutillahi yasluuna kitaballahi wabatada rasuunahu bainahum illa nazalat ‘alaihimussakinatu waghasiat humulrrahmatu wajaffat humulmalaikatu wadzakarahumullahu fiiman ‘indahu, waman abth-abihi ‘amaluhu lam yusri’bihi nasabuhu ( rawahu muslim), artinya : barangsiapa menghilangkan kesempatan orang mukmindalam masalah dunia, Allah akan menghilangkan kesempatannya besok dihari qiyamat, barang siapa memudahkan orang yang sedang kesulitan, Allah akan memudahkan kepadanya didunia dan akhirat, baang siapa menutupi ‘aib (malu/celanya) orang mukmin, Allah akan menutupi ‘aibnya di dunia dan akhirat, Allah tetap menolong hambanya selama hambanya sanggup menolong saudaranya, barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju kesyurga, tidaklah suatu jama’ah berkumpul dimesjid lalu membaca dan tadarus kitabullah al-quran kecuali kepadanya turun ketenangan, penuh dengan rahmat, para malaikat mengelilingi mereka dan  Allah menyebut serta memuji mereka dihadapan para malaikat yang berada dihadapan Allah, barang siapa yang lambat ‘amalnya, nasibnya tidak dapat mempercepat.

50.                 Hati-hati bergaul : arrajulu ‘alaa diini khaliilihi, falyanzhuur ahadukum man yukhaliluhu (rawahu tarmidzi wa abu daud), artinya : seseorang itu mengikuti agama kawannya, oleh karena itu perhatikanlah kepada siapa seseorang itu bergaul.

51.                 Tiga golongan ahli syurga : ahluljannati tsalatsun: dzuushulthani muqsithun muwaffiqun, waajulun rahimun raqibqulqalbi likulli dziiqurbaa wamuslimun, wa’afiifun muta’afifun dzuu’iyalin (rawahu muslim ‘an ‘aishi jamarin), artinya : penghuni syurga ada tiga golongan, ialah penguasa yang adil dan yang baik, orang yang periang lagi lembut hatinya kepada setiap kerabat dan orang muslim, dan orang yang menjauhkan diri dari kejahatan serta berusaha menghindari kejahatan lagi pula berkeluarga (maksudnya berkeluarga : mempunyai kesadaran bermasyarakat).

52.                 Berpegang kepada Al-quran : inna hadzal quran safi’un musaffa’un manittaba’ahu qadatun ilaaljannati waman tarakahu au’aradhu ‘anhu zaja fii faqahu ilaannari (rawahu….’an jabar), artinya : sesungghunya Al-quran ini adalah pemohon syafa’at yang diterima syafa’atnya, barang siapa mengikutinya ia akan menghantarkan kesyurga dan barang siapa yang meninggalkannya atau berpaling daripadanya maka ia melemparkan tengkuknya keneraka.

53.                 Belajar dan mengajarkan al-quran : hairukum man ta’allamalqurana wa’allamahu (rawahu bukhari), artinya : sebaik-baik kamu ialah orang yang belajar al-quran dan mengajarkannyamembuat contoh…:

man sanna fiil islami sunnatan falahu ajruha wa ajru man ‘amila biha ba’dahu min ghairi an yanqushu min ujurihim syai-un, waman sanna fiil islami sunnatan sayyiatan kana ‘alaihi wizruha wawizru man ‘amala biha min ma’dihi min ghiri an yunqusha min auzarihim syai-in (rawahu muslim), artinya : barangsiapa memulai membuat contoh baik-baik didalam islam, maka ia mendapat pahala dan pahalanya orang yang mengamalkan sesudahnya tanpa dikurangi pahalanya sedikit pun, barangsiapa memulai membuat contoh jelek didalam islam maka dia mendapat dosa ditambah dosanya orang yang mengamalkan sesudahnya tanpa dikurangi sedikit pun dosanya,

54.                 Mempermainkan tuhan :  atta-ibu minadz-dzambi kaman ladzanbi lahu, walmustaghfiru minadz-dzanbi wahuwa muqiimun ‘alaihi kalmuntahzi-ibirabbihi (rawahu baihaqii), artinya : orang yang taubat dari dosa seperti orang yang tak pernah melakukan dosa, orang yang minta ampunan atas dosanya, tetapi dia tetap mengerjakan dosa adalah seperti ketahuilah maka memperbaiki (akhlaq) zhahirnya baupun bathinnya membutuhkan kelanjutan kesucian hati, bersih dari pada syirik dalam arti sebenar-benarnya-‘ibarat : mulai dari mengetahui Allah wujud-meningkat pada mendakatkan diri kepada Allah-lalu mengenal wujudullah-lalu tajalli dzat Allah- itulah : Iman-Tauhid-Ma’rifat-Islam. Diriwayatkan, bahwa : qala ‘aliyyubnu abii thaalibi: qultu yarasuulullahi : ayyuth-thariqati aqrabu ilallahi? Faqala rasuulullahi saw, : dzikrullahi, artinya : berkata saidina ‘aliibnu abii thalib r.a, : wahai rasuulullah saw, manakah thareqat yang sedekat-dekatnya mencapai tuhan? Yang dijawab oleh rasulullah saw, (DZIKRULLAH) mengingati Allah ,…….dan yang dimaksud dengan dzikrullah adalah (puji kepada Allah) dan adapun puji itu pun ada tingkatan maqamnya, yaitu : puji tubuh-puji hati-puji nyawa-puji rahasia, yang akan kita bicarakan nsatu demi satunya pada bab-bab selanjutnya, jadi kesimpulannya : (Takhallii) adalah membersihkan hati dari segala shifat yang tercela-berperangai zhahir bathin dengan segala shifat yang terpuji, agar berhasil menjalankan : segala puji bagi Allah zhahir bathin-lalu kosong hati dari segala apapun selain Allah-hanyalah Allah  ahad semata-mata zhahir bathin awwalnya akhirnya…………………………………………

Ada setengah daripada ahli thareqat berkata, (Takhallii) itulah taqwa yaitu : (taa)=taubat-(qaaa) = pana’atun = rela hati-(wawu) = wara’ = rendah hati (yaa) = yaqiin = pasti ………………………..tamat………….. wallahu ‘alam bishshawab











Tidak ada komentar: